Tidak ada yang sakit ataupun tidak ada yang berkhianat. Semua ini dilakukan untuk mempertahankan kelompok dan bertahan hidup di alam yang masih sangat ekstrim kala itu. Sehingga, di kebudayaan manapun yang berorientasi pada kelompok, akan selalu terjadi kebiasaan kepo ini.Â
Lalu, jikalau kita lihat lagi, budaya Indonesia memang benar-benar mengembangkan budaya kepo ini. Terutama setelah masuknya feodalisme, di mana pada saat feodalisme masih sangat kental di Indonesia, hal-hal privat pun semakin tergerus sebagai bentuk adaptasi masyarakat.Â
Dengan adanya pemerintahan dan budaya feodal, maka masyarakat hanya bisa mengandalkan sekitarnya. Karena semakin dekat seseorang dengan sekitarnya, terutama kalangan pejabat, maka hidupnya bisa jadi jauh lebih sejahtera.Â
Maka menjadi kepo adalah bentuk reaksi manusia terhadap persaingan kala itu. Untuk mencapai kesejahteraan lebih, masyarakat Indonesia harus mengetahui kabar-kabar yang ada tentang siapa yang bisa mereka "tempel".Â
Hal ini pun jelas memperbesar dan memperkuat kultur kepo masyarakat kita. Ditambah lagi dengan masuknya agama abrahamik yang menjadikan urusan agama sebagai urusan sosial. Makinlah jadi kultur kepo masyarakat kita hingga saat ini.
Namun, seiring berubahnya zaman, maka generasi muda sekarang pun menjadi lebih individualis. Oleh sebab itu, kultur kepo yang kita lestarikan ratusan hingga ribuan tahun lamanya mulai dianggap sebagai sesuatu yang mengganggu kultur generasi muda yang ada. Maka, jangan heran, jikalau anak muda memandang kalau orang-orang kolot itu terlalu kepo, karena kerangka memandangnya saja sudah berbeda.
Sehingga, kita bisa tarik kesimpulan, bahwa menjadi kepo adalah cara bertahan hidup masyarakat Indonesia. Sayangnya, dengan adanya pergeseran budaya dan pola pikir masyarakat, hal-hal yang dahulu dianggap sebagai cara bertahan hidup, sekarang dipandang menjadi cara mengganggu hidup. Jangan salahkan siapapun! Beda zaman, beda pula cara bertahan hidupnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H