Mohon tunggu...
Vincent Setiawan
Vincent Setiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - A person who loves to write and inspire others

I love to live a life that full with logic. I love to write for inspiring you and helps you escape this mystical night ride

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Ghosting Jauh Lebih Menyakitkan daripada Sakit Fisik

27 Februari 2021   09:01 Diperbarui: 27 Februari 2021   09:09 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Ghosting atau mungkin kata padanan yang paling sesuai di Bahasa Indonesia adalah "digantung" atau dijauhi adalah salah satu bentuk perlakuan yang sering dialami oleh anak muda yang sedang PDKT. 

Baru di-WA sekali, sudah kena block. Jiahhh!!! Tenang penulis juga sama kok. Saya bahkan pernah di-ghosting selama bertahun-tahun oleh satu orang yang sama.

Tapi sebetulnya, ghosting ini bukanlah hal baru dalam kehidupan manusia. Berjuta-juta tahun lalu, di saat nenek moyang kita masih berbentuk setengah monyet, ghosting ini sudah ada. Bahkan, memori mengenai ghosting dari nenek moyang kita tersebut diturunkan kepada kita hingga sekarang. Mau tahu ceritanya?

Di zaman manusia purba masih hidup, perjuangan kelompok adalah suatu hal yang sangat dibutuhkan oleh nenek moyang kita. Menurut buku Sapiens, karya Yuval Noah Harari, manusia adalah salah satu spesies terlemah yang berada di zaman itu. Jikalau nenek moyang singa dan harimau bisa memakan daging, nenek moyang kita hanya memakan sumsum tulang dan sisa-sisa daging yang tidak sempat dimakan oleh sang predator tersebut.

Sehingga, ketika manusia-manusia di zaman dahulu berburu, tidaklah mungkin mereka berburu sendiri-sendiri. Manusia harus tetap tinggal dan berkumpul dalam kelompok. Hal ini pun tidak hanya berlaku untuk manusia jantan, tetapi juga berlaku kepada manusia betina. 

Manusia zaman dahulu tidak bisa sendirian saja dalam mengurus anak atau mengurus kelompok mereka. Mereka harus bersama-sama menjaga dan merawat anak-anak manusia serta tempat mereka tinggal.

Hal-hal sederhana seperti ini, pada akhirnya diturunkan dari satu generasi ke generasi yang lain lewat genetika. Genetik manusia menuliskan dan menyuratkan bahwa manusia memang harus hidup secara bersama-sama. Manusia harus terus mengembangkan cinta kasihnya kepada sesama, serta manusia harus terikat oleh sesamanya. 

Hal ini bukan tanpa alasan. Karena di zaman dahulu, tanpa adanya kelompok sosial, manusia mungkin akan menjadi sangat mudah untuk diburu dan menjadi mangsa bagi predator-predator lain yang lebih kuat. Hal ini pun secara terus menerus mengikat di dalam genetik manusia, hingga akhirnya menjadi suatu sifat manusia yaitu manusia sebagai mahluk sosial.

Lantas, di mana ghosting yang tadi dijanjikan akan diceritakan? Harap bersabar dulu, kita kan tidak mau buru-buru juga.

Nah, jikalau kita melihat uraian kehidupan manusia di atas, pastinya kita akan melihat adanya satu hal yang sangat utama dalam hidup manusia zaman purba. Ya, ciri utama itu adalah mereka harus tetap hidup dalam kelompok. Entah itu untuk mengurus rumah, menjaga anak, berburu, dsb. 

Sehingga, pada zaman purba, ketika manusia dijauhkan dari kelompoknya, hal ini akan menjadi suatu pertanda kalau mereka kematian akan datang sebentar lagi. Entah itu karena penyakit mereka yang tidak bisa diobati ataupun karena mereka akan mati diterkam oleh hewan buas.

Ghosting pada zaman purba, memiliki efek yang sangat berbahaya bagi manusia purba kala itu. Sehingga, bagi manusia purba, pengasingan adalah suatu pertanda yang jauh lebih menyakitkan daripada tangan yang diterkam harimau ataupun kulit yang tersayat. 

Dengan kata lain, sakit karena pengasingan akan menjadi sesuatu yang jauh lebih berbahaya daripada sakit fisik akibat tersayat oleh kapak batu. Memori tentang pengasingan inilah yang pada akhirnya akan menjadi cikal bakal ghostingdi zaman modern.

Maka sekarang kita sudah tahu mengapa ghosting yang dilakukan oleh si dia akan menjadi suatu rasa sakit yang luar biasa bagi kita. Tubuh kita mungkin boleh berbeda, otak kita boleh lebih pintar, teknologi kita boleh lebih maju daripada eyang-eyang kita di zaman purba, tetapi genetika kita tetap sama. 

Memori tentang bagaimana manusia harus berinteraksi dalam masyarakat masih terus diwariskan kepada kita lewat genetik kita. Manusia entah semaju apapun tetap akan mewarisi genetika dari pendahulunya.

Karena adanya kesamaan genetika antara kita dengan nenek moyang kita, maka efek-efek lanjutan daripada ghosting pun masih tetap kita bisa rasakan. 

Bagi orang yang mendapatkan ghosting, hal pertama yang akan hilang dari dirinya adalah kepercayaan diri. Hal ini pun terjadi oleh nenek moyang kita bertahun-tahun lalu. 

Jikalau mereka kehilangan tekad untuk hidup kembali, bagi kita di zaman modern mungkin akan menjadi suatu trauma berat yang membuat kita sulit untuk memulai kembali suatu hubungan. 

Hal kedua yang pastinya dirasakan adalah kesepian. Entah itu sesaat ataupun berlarut-larut, kesepian adalah suatu hal yang pasti sebagai efek samping daripada ghosting bagi yang menerimanya.

Oleh sebab itu, memang mungkin ghosting adalah hukuman yang paling berat dalam hubungan dan menjadi sesuatu yang harus dihindari oleh setiap kita. Karena bukan hanya akan mengakhiri hubungan kita, ghosting juga bisa berdampak negatif lebih dari yang seharusnya. 

Di banyak negara, frekuensi bunuh diri karena merasa terisolasi oleh dunia luar semakin meningkat. Salah satunya juga disebabkan oleh kurangnya interaksi yang interaktif entah di dunia nyata ataupun maya bagi orang-orang yang mengalaminya. Hal ini tidak lain dan tidak bukan juga merupakan bentuk ghostingkolektif yang dilakukan oleh masyarakat secara tersirat.

Setelah melihat uraian di atas, alangkah baiknya bagi kita untuk tidak melakukan ghosting kepada siapapun. Serta bagi yang telah melakukan ghosting, jikalau memang orang yang anda ghosting adalah orang yang anda kenal, temuilah mereka dan bukalah kembali lembaran baru jaringan di antara anda berdua. 

Tidak perlu spesial, cukup membuka pertemanan kembali saja sudah cukup. Serta bagi mereka yang menjadi korban ghosting, semangatlah. Hidup tidak hanya seluas daun kelor, masih banyak orang yang bisa kita hubungi dan mungkin akan membawa hidup kita menjadi lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun