Mohon tunggu...
Vincentius Nayottama
Vincentius Nayottama Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa Kolese Kanisius

Halo, selamat datang di halaman Kompasnia saya, saya merupakan siswa SMA saat sedang menulis ini.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Tuhan, Toleransi, dan Pesantren, Menemukan Kesamaan di Antara Perbedaan

21 November 2024   23:52 Diperbarui: 22 November 2024   03:29 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Retret yang sempat dilakukan Kolese Kanisius merupakan sebuah cara untuk membangun pemahaman antar agama. Seperti yang sudah dibahas di atas, bagaimana kita sebagai masyarakat bisa toleran terhadap sesama apabila kita menutup diri dari masyarakat lain.

 Siswa-siswa beragama Katolik pun pergi menginap di pesantren, mengenal satu sama lain dan berdinamika bersama para santri. Saya pribadi pun belajar banyak hal tentang kehidupan seorang santri, sikapnya mereka yang begitu bersyukur dan aktif berkegiatan. 

Meskipun saya rasa dialog antar agama masih kurang, tapi mungkin hal ini untuk yang terbaik. Seperti yang sudah dikatakan, debat antar agama merupakan hal yang sangat sensitif, apalagi di suatu pesantren sebagai orang Katolik. Tapi yang paling inti dari pengalaman tersebut adalah bagaimana kita bisa mengupayakan toleransi dengan sesama umat beragama. 

Kita bisa saling sopan santun, mengajar sesama, berdinamika bersama, belajar bersama tanpa merasa dengki terhadap sesama. Hal ini terjadi karena adanya kesadaran yang sama diantara umat beragama, meskipun kita semua berbeda-beda, kita semua percaya Tuhan diatas sana pasti ada.

Agama merupakan sebuah alat untuk mendekatkan diri dengan Tuhan dan orang-orang pun akan berbeda satu sama lain, sehingga interpretasi Tuhan pasti akan beragam. Ada yang akan percaya konsep A dan akan ada yang percaya lawan dari konsep A. Meskipun begitu, tidak ada yang salah untuk menemukan jalan sendiri apa Tuhan itu sendiri, karena Ia ada dan kita sebagai Individu bebas ingin menanggapinya dengan cara kita sendiri menggunakan kehendak bebas kita atau tidak. 

Tentu sebagai orang Katolik, pengalaman saya di pesantren ini membuat saya berefleksi tentang hal diatas. Orang-orang beragama semua sama, kita semua ingin memahami dan mengenali Tuhan dengan cara kita sendiri. 

Perbedaan akan selalu ada dan pertentangan tentang perbedaan tersebut pun pasti akan ada, tetapi apabila masyarakat bisa melihat lagi bahwa kita semua ini manusia, yang sebenarnya tidak sepenuhnya memahami kehendak Tuhan, saya rasa kita bisa lebih bersimpati terhadap sesama dan lebih toleran, karena diantara perbedaan, kita semua satu ras manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun