Mohon tunggu...
Vincentius Nayottama
Vincentius Nayottama Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa Kolese Kanisius

Halo, selamat datang di halaman Kompasnia saya, saya merupakan siswa SMA saat sedang menulis ini.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Tuhan, Toleransi, dan Pesantren, Menemukan Kesamaan di Antara Perbedaan

21 November 2024   23:52 Diperbarui: 22 November 2024   03:29 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Agama merupakan subjek yang cukup sensitif, saya ingat pernah ada yang mengatakan kepada saya bahwa "apabila sepasang teman ingin tetap berteman, mereka tidak boleh membahas agama atau politik". Kata tersebut saya pun renungkan, pengalaman saya sendiri berdinamika dengan teman-teman saya dan menurut saya, perkataan tersebut ada benarnya, tapi tidak selalu benar. 

Dari pengalaman saya sendiri, saya memiliki beragam teman-teman, tapi teman-teman saya yang paling dekat pun ada yang beragama muslim, bahkan tidak beragama pun. Tentu berteman dan sungguhan membahas agama merupakan hal yang berbeda, tetapi saya pun seringkali menemukan diri saya di situasi diri berdebat keberadaan Tuhan ke teman dekat saya.

Tapi, persahabatan yang saya jalankan masih berlangsung dengan teman-teman dekat saya. Hingga sekarang ini, meskipun dengan perbedaan-perbedaan yang cukup menonjol di antara saya dan teman-teman saya, kita masih tetap bisa berteman bersama. Tentu pasti akan muncul ketidaksepakatan dan sikap argumentasi, melahirkan pertengkaran, tapi saya rasa memang hubungan yang sehat pasti harus bisa melalui interaksi tersebut.

 Dalam suatu hubungan, pihak-pihak yang terlibat harus bisa memahami sesama, tapi di atas itu, kedua pihak tersebut harus bisa menghormati pihak lain. Tidak bisa kita berekspektasi suatu masyarakat dipaksa bertemanan apabila suatu pihak menutup dirinya dari interaksi antar pihak yang berbeda.

Indonesia merupakan contoh yang cukup sesuai untuk menggambarkan situasi yang sama. Biasanya suatu negara yang terdapat banyak sekali keberagaman jarang sekali bisa diajak berbaur. Bisa dilihat sepanjang sejarah, terdapat banyak sekali konflik yang diakibatkan identitas suatu masyarakat dalam suatu negara. 

Indonesia juga pernah seringkali bertentangan antargolongan dan dengan jumlah masyarakat yang sangat besar, pemerintah tentu tidak bisa mengendalikan satu-per-satu orang Indonesia untuk berbaur.

 Konflik akan pasti terjadi, tapi konflik pasti bisa diatasi, dikurangi, dan bisa dicegah. Masyarakat multikultural seperti Indonesia bisa cukup baik menanggapi konflik antargolongan ada penyebabnya juga, sebab hal tersebut merupakan inti dari semboyan negara kita, Bhineka Tunggal Ika.

Perbedaan antar agama di Indonesia pun cukup besar, melihat meskipun Indonesia merupakan negara yang mayoritas muslim, hal ini bukan berarti umat beragama lain di Indonesia sedikit. Sekitar 30 juta orang Kristen merupakan orang Indonesia dan masyarakat ini bahkan tergolong minoritas dari kira-kira 242 juta orang Muslim berkewarganegaraan Indonesia. 

Perbedaan antar agama ini sebenarnya jelas berkonflik antar sesama, ajaran Kristen mengajarkan bahwa agama lain yang akan muncul setelahnya adalah palsu dan buatan gembala penipu. 

Ajaran Islam mengajarkan bahwa agama Kristen kurang lengkap dan percaya akan Muhammad SAW, Nabi yang muncul lama setelah peristiwa-peristiwa Injil. Ajaran yang bertentangan ini membuat agama tersebut bermusuhan secara natural, tetapi sebagai masyarakat yang beradab, bisa kita lihat kita lebih baik dari itu.

Toleransi adalah ajaran yang juga sangat penting di antara kedua agama tersebut. Dengan itu, apakah cara yang terbaik untuk membangun toleransi apabila tidak dengan saling memahami dan melakukan dinamika yang berdampingan dengan sesama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun