Mohon tunggu...
Vincent Milano
Vincent Milano Mohon Tunggu... Ilmuwan - Mahasiswa

Seorang Wibu yang suka Berpikir Aneh...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Apakah Menjadi "Gamers" Itu Salah?

26 November 2017   17:19 Diperbarui: 26 November 2017   19:17 1719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: pinterest.co.uk/AshakellCream

Banyak sekali orang tua yang beranggapan bahwa bermain game itu gak ada gunanya sama sekali, hanya membuat seseorang menjadi malas dan menumpuk penyakit. Sebenarnya faktanya bukanlah seperti itu. Sesuatu pastilah memiliki sisi positif dan negatifnya masing-masing. Seperti game, siapa sangka game sebenarnya membuat otak seseorang menjadi cerdas. Gak percaya?. ini buktinya

Dilansir dari national geographic, penelitian di Australia membuktikan bahwa 12.000 siswa sekolah yang bermain game online, ditemukan mendapatkan nilai tertinggi dalam ujian mata pelajaran matematika, membaca, dan sains dibanding mereka yang tidak bermain game.

"Siswa yang bermain game online hampir setiap hari mampu mendapatkan nilai 15 poin diatas rata-rata pada pelajaran matematika, dan 17 poin di atas rata-rata untuk sains," ujar ahli ekonomi Alberto Posso dari RMIT University di Melbourne. "Ketika Anda bermain game online, akan mencoba memecahkan puzzle untuk terus bergerak ke level berikutnya. Untuk memecahkannya, secara umum Anda menggunakan pengetahuan dan kemampuan matematika, membaca, dan sains yang dipelajari sehari-hari di sekolah."

Banyak sekali tipe game MOBA seperti Dota atau Mobile Legend atau AOV yang lagi tenar di zaman ini yang dianggap tidak memiliki kegunaan dalam perkembangan anak-anak. Bukannya membantah, tapi sebenarnya game-game seperti ini melatih kognitif, logika, problem solving, dan strategi anak untuk bertahan dari serangan musuh. Perkembangan ini membantu siswa dalam pembelajaran dan juga saat mengerjakan tugas. Bagaimana strategi mereka untuk menyelesaikan semua PR dan tugas, sementara harus belajar untuk besok ulangan, belum lagi waktu untuk istirahat. 

Tentunya apabila anak yang tidak bermain game tertimpa hal seperti ini, kemungkinan besar mental mereka akan langsung drop karena tugas yang banyak serta ulangan yang sulit. Tidak seperti para gamers. Para gamers tentunya sudah memiliki cara khusus dan strategi yang jitu apabila ditimpa hal seperti ini. Mereka sudah terbiasa hidup dalam tekanan dalam berpuasa ngegame, Ngerjain tugas saat ada event game, dan lainnya. Itulah alasan mengapa gamers mampu menyelesaikan tugas H-1 atau saat hari H.

screenshot dari youtube
screenshot dari youtube
Counter Strike (Game FPS)

"Main game aja terus sampe matamu itu buta". Siapa yang sering diomongin kayak gini?

Fakta mengejutkan lainnya adalah sebenarnya game itu bisa membuat penglihatan kita menjadi lebih baik. Dilansir dari techinasia.com, sementara di masyarakat mengatakan bahwa bermain game dapat memperburuk penglihatan, Para peneliti mengungkapkan bahwa bermain game, terutama game FPS (First Person Shooter), dapat meningkatkan kemampuan mata untuk melihat hal-hal yang sangat kecil terutama tulisan apabila di game, dan juga kemampuan untuk mendeteksi kontras warna secara visual. Hanya saja mata akan lelah jika terus menerus digunakan , dan inilah yang ada di pikiran masyarakat tentang mata rusak.

screenshot dari youtube
screenshot dari youtube
Grand Theft Auto (Game Bandit)

"Jangan main GTA, nanti kamu besar jadi penjahat". Ya, itulah yang sering dikatakan orang lain saat kita sedang bermain GTA. Sebenarnya, Penelitian membuktikan bahwa gamers yang sering bermain game yang berperan sebagai bandit/penjahat, cenderung bersikap baik di kehidupan nyata. Mengapa?

Pernakah pembaca merasa bersalah atas suatu hal terhadap orang lain sampai bahkan tidak berani meminta maaf?. Setelah terjadi kejadian itu, pastilah kita menginginkan agar kejadian itu tidak terulang kembali dengan cara kita jangan sampai berbuat hal tersebut lagi. Sama seperti dalam game GTA. Gamers yang bermain game setipe GTA yang menjadi Bandit, jauh di lubuk hatinya merasa kasihan terhadap orang yang dibunuh, sehingga dia secara otomatis tidak mau membunuh lagi, karena hatinya merasa demikian.

Menurut penulis sendiri, bermain game seperti ini juga dapat untuk melampiaskan amarah gamers. Dengan cara membunuh orang yang ada di sana, amarah para gamers dapat tersalurkan dan di kehidupan nyata para gamers ini terlihat santai seperti tanpa beban.

screenshot dari youtube
screenshot dari youtube
Nova 3 (Game Online)

"Main gameee terus, lama-lama gak punya temen kamu". Seperti itulah kira-kira nasib para gamers. Tapi, siapa sangka, kalau main game sebenarnya bisa membuat kita menjadi lebih sosial. Hanya saja 'sosial' yang dibahas disini tidak terlihat. Apa yang dikatakan di atas memang benar, para gamers biasanya jarang memiliki teman atau temannya relatif sedikit. Tetapi rasa pertemanan yang dimiliki oleh gamers lebih besar dari yang tidak bermain game. Mengapa?

Saat kita bermain game multiplayer, otomatis kalau kita mau menang maka kita harus mau saling bantu membantu dengan teman satu tim. Nah disini mulai tumbuh benih-benih compassion.Tidak mungkin juga bagi para gamers untuk memenangkan game multiplayer tanpa saling membantu. Yang kuat membantu yang lemah, yang lemah harus mau merendahkan diri untuk diajari oleh yang lebih profesional.

Web penelitian tentang game membuat pro-sosial dapat dilihat di sini.

Kesimpulan dari penulis adalah sebenarnya game itu tidak salah. Tapi manusia banyak yang ketagihan dalam bermain game dan terus menerus. Makanya manusia itu hanya mendapatkan sisi buruk dari game, bukan mendapatkan sisi baiknya. 

Demikianlah essay ini, jika ada salah kata yang menyebabkan pembaca kurang berkenan, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya. Terima kasih telah membaca.

Untuk penutup, penulis memilih quotes dari Michael Jordan

sumber: pinterest.co.uk/AshakellCream
sumber: pinterest.co.uk/AshakellCream
"Talent wins games, but teamwork and intelligence wins championsips"

"Kemampuan memenangkan permainan, tapi kerja sama dan kepandaian memenangkan kejuaraan"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun