Mohon tunggu...
Vincentius twee Prasanto
Vincentius twee Prasanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya vincentius Twee Prasanto, hobi saya menulis, kepribadian saya ramah, saya mencoba menulis artikel dengan tujuan mengembangkan diri dan memberikan informasi kepada masyarakat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Blankon sebagai Simbol Budaya Jawa

13 Desember 2022   20:07 Diperbarui: 13 Desember 2022   20:24 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam hal ini,tentunya hal ini sangat penting dalam memahami unsur-unsur kebudayaan pada suatu daerah. Banyak hal yang menjadi latar belakang terciptanya suatu hasil dari budaya tersebut. Sebagai contohnya adalah perbedaan keadaan geografi dan demografi suatu masyarakat di wilayah tertentu akan sangat mempengaruhi terciptanya kekhasan watak dan kepribadian dalam setiap kelompok masyarakat.

Pakaian juga menunjukkan identitas, kedudukan seseorang. Demikian dengan suku Jawa yang masyarakatnya memiliki kebudayaan khas di mana di dalam sistem ataupun metode budayanya digunakan simbol-simbol untuk sarana atau sebagai media penyampaian pesan atau nasehat-nasehat bagi suku dan bangsanya. 

Salah satu perlengkapan yang dipakai dalam busana adat Jawa adalah Blangkon atau ikat kepala. Blangkon yang menjadi ciri kahas masyarakat Jawa adalah sebuah atribut memiliki makna yang dalam bagi setiap kehidupan, dalam segi keindahan maupun pada segi sosial masyarakat Jawa.

  • Pembahasan
  • Blangkon Yogyakarta sebagai simbol Budaya Jawa

Dalam berpakaian adat Jawa biasanya terdapat atribut-atribut penunjang didalamnya yang dapat menambah kewibawaan seorang pria. Blangkon merupakan salah satu atribut penutup kepala yang terbuat dari batik dan digunakan oleh kaum pria sebagai kelengkapan dari pakaian tradisional jawa.[1] Blangkon tidak hanya berfungsi sebagai tutup kepala, tetapi di dalamnya terdapat gambaran tentang cara berpikir orang Jawa dan mempunyai makna simbolisme tertentu. Blangkon yang merupakan kelengkapan pakaian tradisional Jawa, di samping fungsinya sebagai enutup kepala juga terkandung maksud simbolik berupa pengharapan dalam nilai-nilai hidup.[2] Sebagian besar masyarakat Jawa menjadikan Blangkon sebagai simbol atau ciri khas yang digunakan sebagai penbeda antara kaum ningrat Kraton dengan masyarakat bukan kraton. Menurut seorang antropolog Coleridge menyatakan bahwa sebuah simbol sebenarnya mengambil dalam bagian realitas yang menmbuatnya dapat dimengerti dan diapahami.[3] Suatu simbol itu tidak terlepas dari keikutsertaannya manusia dalam melakukan peran sebagai subjek yang mampu dan bisa mamahami, serta memaknai suatu benda yang sebagai objek yang bisa dimengerti dan mudah dipahami arti, eksistensi dan kedudukannya. Tidak ada catatan sejarah yang pasti akan asal usul orang jawa memakai Iket sebagai penutup kepala. Iket telah tersebut dalam legenda Aji Saka, yang merupakan pencipta tahun Saka atau tahun Jawa. Menurut legenda terjadi sekitar 20 abad yang lalu ketika Aji Saka berhasil mengalahkan Dewa Cengkar hanya menggelar kain penutup kepala yang kemudian bisa menutupi seluruh tanah Jawa. Cerita lain juga mengatakan bahwa karena terjadi peperangan kain menjadi langka, sehingga pemimpin kraton meminta seniman untuk menciptakan ikat kepala yang lebih efisien yaitu Blangkon.[4]

 

Menurut Erwin Goodenoug menyatakan bahwa simbol adalah barang atau pola yang apa pun sebabnya, bekerja pada manusia, dan berpengaruh pada manusia, melampaui pengakuan semata-mata tentang apa yang disajikan secara harafiah dalam bentuk yang diberikan itu.[5] Blangkon juga menjadi simbol sosial yang menunjukkan martabat maupun kedudukan sosial bagi pemiliknya. 

 

  • Dalam blangkon tersimpan nilai-nilai kehidupan sehari-hari seperti keindahan, ketekunan, ketelitian, dan kesabaran. Blangkon Yogyakarta mengandung Filosofi bahwa masyarakat Jawa pandai menyimpan rahasia dan tidak suka membuka aib orang lain atau diri sendiri. Dalam bertutur kata dan bertingkah laku penuh dengan kehati-hatian, sebagai bukti keluhuran budi pekerti orang Jawa. Blangkon Yogyakarta juga menyimpan makna bahwa orang Jawa senantiasa berpikir untuk berbuat yang terbaik demi sesama, meski harus mengorbankan dirinya sendiri. Blangkon Yogyakarta dipengaruhi oleh faktor rasa masyarakat Yogyakarta agar yang memakainya terlihat baik, sopan, pantas. Hubungan dengan kepribadian orang Jawa yakni yang melekat pada diri abdi dalem.[6] Blangkon hanya dibuat ole hara seniman yang ahli dengan pakem (aturan) tentang iket. Semakin memenuhi pakem yang ditetapkan, maka blangkon akan semakin tinggi nilainya.
  •  
  • Penutup

 

Blangkon merupakan sebuah kelengkapan busana dalam pakaian adat Jawa, Blangkon memiliki sebuah fungsi dan makna yang mendalam bagi kehidupan masyarakat Jawa. Blangkon dipakai sebagai penutup kepala dan terdapat sebuah nilai yang penting di dalamnya seperti keindahan, ketekunan, ketelitian, kesoanan, dan kesabaran. Blangkon secara umum bisa digunakan oleh siapa saja dan tidak hanya oleh orang Jawa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun