Mohon tunggu...
Dimas Sanubari
Dimas Sanubari Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Kampus Ungu Semarang

Suka merenung tapi bukan filsuf.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kecanduan Sosial Media Berujung Krisis Identitas

29 Oktober 2020   18:57 Diperbarui: 3 April 2022   16:10 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selayaknya sosial media yang bisa digunakan siapa pun maka krisis identitas juga bisa terjadi pada siapa saja tanpa memandang kelompok usia dan paruh baya. 

Menurut saya, krisis identitas akan muncul ketika kita terlalu banyak melihat apa yang ada di sosial media sampai membuat kita tidak bisa melihat diri kita sendiri dan bisa saja karena kita menerima represi atau mendapatkan tekanan yang membuat tidak kenyamanan serta keraguan atas identitas yang dimilikinya. 

Dalam upaya mengatasi krisis identitas, menurut Foulcher dan Day (Rakhman Fadly, 2013 : 4) manusia harus melakukan konstruksi identitas dengan melakukan resistensi, yakni tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk mengatasi represi-represi yang diterima olehnya. 

Kajian-kajian poskolonial, khusunya kritik sastra poskolonial, seringkali terfokus pada cara-cara bagaimana sastra meneliti masalah identitas dengan menggunakan pengertian “hibriditas” (suatu bentuk resistensi) sebagai cara untuk mengacu pada interaksi antara bentuk-bentuk budaya berbeda, yang suatu saat akan menghasilkan pembentukan budaya dan identitas-identitas baru dengan sejarah dan perwujudan tekstual sendiri.

Pada saat di masa seperti ini memang sangat sulit sekali untuk menjauhkan dari yang namanya sosial media tapi tidak ada salahnya kalau kita meluangkan waktu untuk rehat sejenak pada kehidupan yang ada di dunia maya. 

Tidak ada salahnya mencoba terlebih dahulu untuk melakukan puasa bermain sosial media karena bisa menjadikan toxic pada diri sendiri, sebenarnya yang toxic itu bukan sosial media tapi diri kita yang selalu berpikiran tidak-tidak dan selalu membandingkan kedipuan orang lain. 

Ditambah kita akan membuang waktu untuk hal yang tidak ada benefit dari diri sendiri dan secara tidak langsung energi kita habis untuk hal yang tidak bisa kalian aplikasikan diri Anda sendiri. “Langit terbuka luas, mengapa tidak pikiranku, pikiranmu?” mengkutip judul lagu dari band Pure Saturday.

Di luar sosial media yang merupakan dunia maya, kita bisa semakin menggali dari diri kita. Mulailah dari melakukan aktivitas sehari-hari, menggunakan waktu beristirahat sebaik mungkin, atau melakukan hobi yang kalian suka, hingga bertemu dan berinteraksi langsung dengan orang lain. Jadi, jangan lupa memanusiakan diri sendiri yes! 

Sebenarnya ada banyak cara lagi untuk menjauhkan diri kita dari sosial media, tapi cara-cara itu semua tergantung dari diri kita masing-masing. Bulatkan tekad dan berpikirlah selalu kalau dirimu tidak akan pernah sendirian, you’ll never walk alone! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun