Mohon tunggu...
vincentius EkaPutra
vincentius EkaPutra Mohon Tunggu... Lainnya - penulis

selamat datang, terimakasih telah berkunjung

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Apakah Manusia Itu Bebas?

6 Juni 2022   23:27 Diperbarui: 7 Juni 2022   00:13 1650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                                                         apakah Manusia itu bebas?

Bebas berarti tidak terikat (psikis, fisik, sosial, historis, dan sebagainya). Artinya bahwa dengan bebas aku menentukan diriku sendiri. Pada hakekatnya, bebas adalah penentuan diri (self determination). Kebebasan  tidak dapat dipastikan secara pengetahuan indrawi. 

Pengetahuan indrawi dan empiris tidak membuktikan seluruhnya (misal: suatu tindakan dipengaruhi oleh orang lain). Manusia bebas karena ia hadir dalam dirinya sendiri. Berkat kehadiran dalam dirinya manusia dengan tahu dan mau, dan didukung oleh motivasi secara rasional 

(artinya sebelum bertindak manusia melakukan pertimbangan yang rasional sehingga ketika bertindak manusia juga dapat mempertanggungjawabkannya secara rasional) dan memutuskan apa yang hendak ia pilih.

Manusia bebas karena ia hadir pada dirinya. Hadir pada diri sendiri merupakan syarat mutlak bagi manusia untuk bertindak bebas. Dengan berdistansi terhadap kemungkinan-kemungkinan yang terbuka, apapun itu, mempertimbangan pro dan kontra, kemudian memutuskan, 

manusia menjadi mahkluk yang bebas. Bebas berasal dari diri manusia dengan berdistansi. Distansi menjadikan manusia bebas untuk memilih. Tanpa distansi tidak ada kebebasan untuk memilih, semua berjalan dengan keperluan (keindahan bunga bukan karena kemauannya, tetapi karena keperluannya). Kebebasan manusia ini merupakan suatu kepastian yang disetujui secara umum.

Kehadiran pada diri sendiri menjadi kunci kebebasan manusia. Berkat kehadiran pada diri sendiri manusia dapat mengarahkan perhatiannya pada kegiatan tertentu dengan bebas. Agar manusia dapat hadir secara penuh dalam kegiatan yang menjadi fokusnya itu maka manusia mesti mengintensifkan kehadirannya. 

Dengan mengintensifkan diri manusia menemukan kebebasannya. Berkat hubungan budi (sebagai lumen naturale) dan kehendak (sebagai desiderium naturale) manusia menemukan motivasi di balik tindakan bebasnya untuk menggapai panggilannya "menjadi" diri sendiri. Budi manusia seluas kenyataan. 

Berkat budi segala kenyataan menjadi nyata. Kenyataan dikatakan benar karena relasinya dengan budi. Kehendak manusia seluas kenyataan. Kenyataan dikatakan baik karena relasinya dengan kehendak. Budi dan kehendak memampukan manusia memilih "ya" atau "tidak" secara bebas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun