Mohon tunggu...
vincentius EkaPutra
vincentius EkaPutra Mohon Tunggu... Lainnya - penulis

selamat datang, terimakasih telah berkunjung

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Partisipasi Aktif Umat Beriman dalam Berliturgi

29 Maret 2022   23:01 Diperbarui: 29 Maret 2022   23:17 3961
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Partisipasi sakramental terwujud apabila umat beriman mempersatukan diri dengan korban diri Kristus dalam perayaan ekaristi. Kesatuan dengan Kristus ini ditandai dengan menerima roti dan anggur sebagai lambang Tubuh dan Darah Kristus yang dikonsekrir oleh imam. Di samping menerima Kristus sebagai korban dalam ekaristi, partisipasi sakramental umat merupakan pengakuan kehadiran Kristus penyelamat secara aktif dalam perayaan ekaristi, sehingga pengakuan itu dapat menguatkan penghargaan umat terhadap perayaan ekaristi sebagai korban. Kristus adalah korban yang menggantikan diri-Nya demi manusia pendosa. Corak korban Kristus nampak dalam pemakaian kata-kata "Tubuh dan Darah"(bdk. Im. 17:11-14;Ul. 12:23). Darah dan Tubuh identik dengan nyawa. Oleh karena itu, pemberian Tubuh dan Darah merupakan tindakan penyerahan seluruh diri Kristus  dalam perayaan ekaristi (bdk. Ibr.10:7).

Tindakan penyerahan diri Kristus serentak sebagai pemenuhan janji, perwujudan diri, komunikasi kehidupan dan komunikasi penyelamatan-Nya yakni menebus dosa manusia. Maka setiap kali perayaan ekaristi diulangi, umat menyadari bahwa mereka sedang merayakan Kristus sebagai korban.  Korban Kristus bukan suatu korban sia-sia kepada Allah, melainkan suatu tindakan  penyerahan Diri Kristus yang berlanjut di surga, di mana Dia hidup senantiasa menjadi pengantara  Allah dengan manusia (Ibr 7:25).

Maka umat beriman dipanggil untuk menanggapi tindakan penyerahan diri Kristus dan menghadirkan karya penebusan Kristus. Konsekuensinya ialah bahwa setiap umat beriman rela diutus untuk melakukan hal yang sama dengan Kristus, memerankan keseluruhan hidup Kristus melalui suatu penyerahan diri kepada Bapa.  Mereka seharusnya mempersembahkan tubuhnya sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan berkenan kepada Allah (Bdk. Rm 12:1).

Membangun Partisipasi Aktif Umat Beriman Dalam Ekaristi

Tata Gerak

Gerak-gerik yang dijadikan ritus dalam liturgi memperoleh nilai lebih dari apa yang dimaksudkan oleh gerak-gerik itu. Seluruh gerak tubuh merupakan  tanda untuk mengungkapkan hasrat dan sikap batin manusia. Dalam liturgi, ia merupakan salah satu tanda atau sarana yang memungkinkan manusia bertemu dengan Allah. Oleh karena itu, seluruh tata tubuh dalam liturgi adalah tanda pengungkapan diri manusia kepada Allah.

Gerak-gerik itu mengandung muatan simbolis, sebagaimana ditegaskan Konsili Vatikan II yakni membahasakan, menghadirkan sesuatu yang ilahi dan yang tak nampak. Gerak-gerik itu menyingkapkan suatu realitas atau nilai-nilai yang tak kelihatan. Dengan kata lain, bahwa liturgi ekaristi sebagai tindakan jemaat terus-menerus menggunakan segala yang ada sebagai sarana pengungkapan iman, entah itu berupa gerak-gerik atau perkataan. Yang dimaksudkan gerak-gerik yang mengandung makna simbolis itu ialah seperti berdiri, berlutut, dan duduk.

Nyanyian

Sampai sekarang, peranan nyanyian dalam ibadat masih mendapat tempat yang istimewa. Nyanyian dimaksudkan untuk memeriahkan upacara suci, menciptakan suasana kebersamaan umat dalam ibadat. Nyanyian juga dipandang sebagai sarana untuk menyapa, menyentuh lubuk spiritual dan emosional umat. Maka ibadat tanpa nyanyian belum lengkap.

Keberadaan nyanyian dalam ibadat dianjurkan kepada himpunan umat yang menantikan kedatangan Tuhan, supaya mereka menyanyikan mazmur, madah, lagu-lagu rohani, sebagaimana ditegaskan oleh Rasul Paulus dalam suratnya kepada umat di Kolose (Bdk.Kol 3:16). Himpunan umat yang menantikan  kedatangan Tuhan ini, bernyanyi bersama karena suasana hatinya gembira. Terdorong oleh suasana gembira, umat dengan sendirinya penuh cinta bernyanyi. Umat menyanyikan nyanyian dialog, sebagai sambutan/tanggapan atas kerahiman Tuhan yang mendatangi umat-Nya. Nyanyian  dalam ibadat memperoleh nilai spiritual, sebab syair nyanyian itu berjiwa sabda Allah.  Setiap nyanyian diilhami oleh sabda Allah tersusun dengan kata-kata sederhana yang bermakna. Maknanya diperoleh dari sabda Allah itu sendiri, sebab ia bersumber dari sabda Allah.

Jadi jelas bahwa nyanyian dalam ibadat mempunyai dasar biblis, sebab diwahyukan dari  sabda Allah. Sedangkan nilai liturgis nyanyian dapat mempersatukan, menyentuh hati setiap orang yang menghadiri perayaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun