Dalam pembuatan film terdapat jalan cerita yang menarik, serta bermacam-macam. Setiap film memiliki suatu pesan yang ingin disampaikan kepada penonton. Hal tersebut dapat dilihat melalui paradigma film.
Paradigma merupakan cara pandang seseorang yang digunakan untuk mendalami suatu fenomena. Cara pandang orang-orang pun dapat berbeda satu sama lain.
Dalam film, paradigma memiliki kegunaan untuk memahami fokus analisis dari suatu film. Terdapat empat paradigma film, antara lain paradigma fungsionalisme, empirisme, fenomenilogi, serta kritis.
Dalam hal ini, akan membahas paradigma dari film Imperfect: Karier, Cinta & Timbangan yang rilis pada tahun 2019. Film tersebut disutradarai oleh Ernest Prakasa serta dimainkan oleh Jesica Mila dan Reza Rahardian.
Imperfect merupakan film yang mengangkat isu bullying yang sering terjadi di sekitar kita. Orang-orang yang gendut, berkulit hitam, berambut panjang merupakan orang "jelek".
Imperfect menceritakan seorang wanita bernama Rara yang memiliki badan gendut, berkulit kusam, serta tidak peduli terhadap tubuhnya sendiri. Namun, berbeda 180 derajat dengan adiknya yang berkuli cerah, serta berbadan langsing.
Permasalahan muncul ketika Rara mendapatkan diskriminasi di lingkungan kerja serta lingkungan pertemanan ibunya. Saat mendapatkan promosi di tempat Rara bekerja, ia terhalang karena badannya yang gemuk.
Pada akhirnya Rara berhasil menurunkan berat badannya, namun teman terdekatnya, serta pacarnya merasa bahwa Rara telah berubah.
Dalam film tersebut orang-orang yang cantik, good looking memiliki kekuatan sosial. Hal tersebut ditunjukkan dari scene yang menampilkan bahwa Rara mendapatkan tawaran menjadi marketing manager oleh Kelvin, atasannya. Kelvin mengatakan bahwa marketing manager tidak hanya pintar namun berpenampilan cantik. Scene tersebut membuktikan bahwa hanya wanita cantik yang dapat naik jabatan.
Imperfect memiliki nilai rela berkorban yang ditunjukkan pada saat Rara dan Dika, pacarnya mengajarkan pelajaran dasar kepada anak-anak pemulung. Mereka rutin membantu anak-anak tersebut. Tidak hanya belajar materi dasar, melainkan belajar menghargai teman, saling menolong, dan lain-lain.
Film Imperfect merupakan paradigma kritis, dalam realitas sosial terbentuk melalui adanya budaya. Dalam film tersebut terdapat Ibu Rara yang memiliki sebuah kelompok ibu-ibu sosialita yang mempunyai kebiasaan berkumpul. Dalam kehidupan sehari-hari, hal itu menjadi budaya bagi ibu-ibu sosialita yang memiliki kebiasaan berkumpul.
Paradigma kritis memiliki tujuan yaitu sebagai kritik sosial. Dalam film tersebut terlihat bahwa wanita tomboy, tidak pintar make up, gendut selalu mendapatkan diskriminasi.
Pada scene saat Rara dan temannya mencari tempat duduk untuk makan siang, terdapat dua orang laki-laki yang menolak Rara untuk duduk di meja. Tetapi kedua laki-laki tersebut memiliki sikap yang berbeda pada saat teman Rara yang cantik itu datang.
Selain itu masalah kritik sosial dalam film tersebut ditunjukkan melalui adegan saat anak-anak pemulung yang belajar dengan Rara mulai bertengkar. Mereka saling menjelek-jelekkan satu sama lain, seperti hitam, mata sipit, dan lain-lain.
Dalam kehidupan sehari-hari, hal tersebut dapat menjadi permasalahan dalam pertemanan, selain itu akan menimbulkan sakit hati.
Film Imperfect ini mengajarkan agar kita selalu bersyukur apa yang kita miliki. Tidak perlu insecure atas tubuh kita sendiri. Karena semuanya baik apa adanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H