Imperfect memiliki nilai rela berkorban yang ditunjukkan pada saat Rara dan Dika, pacarnya mengajarkan pelajaran dasar kepada anak-anak pemulung. Mereka rutin membantu anak-anak tersebut. Tidak hanya belajar materi dasar, melainkan belajar menghargai teman, saling menolong, dan lain-lain.
Film Imperfect merupakan paradigma kritis, dalam realitas sosial terbentuk melalui adanya budaya. Dalam film tersebut terdapat Ibu Rara yang memiliki sebuah kelompok ibu-ibu sosialita yang mempunyai kebiasaan berkumpul. Dalam kehidupan sehari-hari, hal itu menjadi budaya bagi ibu-ibu sosialita yang memiliki kebiasaan berkumpul.
Paradigma kritis memiliki tujuan yaitu sebagai kritik sosial. Dalam film tersebut terlihat bahwa wanita tomboy, tidak pintar make up, gendut selalu mendapatkan diskriminasi.
Pada scene saat Rara dan temannya mencari tempat duduk untuk makan siang, terdapat dua orang laki-laki yang menolak Rara untuk duduk di meja. Tetapi kedua laki-laki tersebut memiliki sikap yang berbeda pada saat teman Rara yang cantik itu datang.
Selain itu masalah kritik sosial dalam film tersebut ditunjukkan melalui adegan saat anak-anak pemulung yang belajar dengan Rara mulai bertengkar. Mereka saling menjelek-jelekkan satu sama lain, seperti hitam, mata sipit, dan lain-lain.
Dalam kehidupan sehari-hari, hal tersebut dapat menjadi permasalahan dalam pertemanan, selain itu akan menimbulkan sakit hati.
Film Imperfect ini mengajarkan agar kita selalu bersyukur apa yang kita miliki. Tidak perlu insecure atas tubuh kita sendiri. Karena semuanya baik apa adanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H