HIV(human immunodeficiency virus) ialah virus yang bisa menurunkan sistem kekebalan tubuh dan menghancurkan sel CD4. Bagian dari sistem imun yang melawan infeksi sendiri adalah sel CD4. Akibatnya jika banyaknya sel CD4 ini menurun maka sistem imun tidak akan cukup kuat untuk melawan infeksi yang ada. Dan AIDS sendiri adalah singkatan dari (Acquired Immune Deficiency Syndrome) yang berarti tahapan akhir dari infeksi virus HIV jangka waktu yang panjang atau lebih tepatnya adalah penyakit yang ditimbulkan oleh virus HIV.
Virus HIV ini sendiri hidup dalam cairan seperti cairan vagina,darah,air mani dan bisa ditularkan dalam berbagai model cara seperti jarum suntik yang dipakai berulang kali, hubungan seks bebas,dan banyak lainnya. Obat untuk mencegah penularan atau perkembangan virus ini masih belum ditemukan dan para peneliti selalu melakukan berbagai macam cara dari dahulu untuk menemukan obat dari penyakit ini.
Pada 2009 uji coba vaksin kepada simpanse atau sejenis monyet mulai dilakukan dan hasilnya cukup baik karena mengurangi hampir 80% kemungkinan hewan tersebut akan tertular dan menurut para ahli virus dalam darah simpanse yang diberi vaksin lebih sedikit dari pada simpanse yang tidak di vaksin(Michael,2009),walaupun pada akhirnya semua hewan monyet akan tertular.
Sebuah vaksin yang diujicobakan di antara 16.000 relawan Thailand pada tahun 2009 menurunkan tingkat infeksi manusia sebesar 31 persen. Tetapi efek itu dianggap terlalu rendah untuk obat yang akan digunakan secara luas. Profesor Barouch mengatakan meskipun vaksin 'mosaik' telah memicu tanggapan anti-HIV yang menjanjikan pada manusia,tidak ada jaminan itu akan cukup untuk mencegah infeksi HIV.
Tetapi berdasarkan judul tulisan ini apa hubungan HIV ini dengan simpanse atau primata, karena mungkin tidak banyak orang yang tahu tentang salah satu virus ini yaitu SIV yang merupakan singkatan dari Simian immunodeficiency virus yang memiliki pengartian sebuah retrovirus yang ditemukan pada primata,apa itu retrovirus? Retrovirus adalah sebuah virus yang terdiri dari satu benang tunggal RNA.
Dan biasanya setelah menginfeksi sebuah sel,virus ini akan membentuk replika DNA dari RNA-nya dengan memakai enzim reverse transcriptase.
Dan biasanya virus ini terdapat pada kera-kera kecil,gorila,dan simpanse yang ada di Afrika, serta pongo atau yang biasa kita sebut orang utan yang ada di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatra.
Pada 1985 SIV ini pertama kali ditemukan. Dan yang akan saya bahas apakah penguji coba obat HIV untuk manusia perlu dilakukan atau ditestkan ke simpanse terlebih dahulu. Dalam hal ini SIV dianggap penyebab adanya HIV sehingga kita akan membahas HIV yang lebih dikenal dalam masyarakat.
Menurut pendapat saya,saya kurang setuju dengan pemakaian simpanse sebagai bahan uji coba obat HIV walaupun memang hal ini didukung dengan beberapa hal yaitu kemiripan struktur tubuh simpanse dan manusia yang pertama ada dari DNA hal ini sering mengatakan bahwa manusia dan simpanse berbagi 99% DNA yang sama. Dan juga simpanse ini sendiri mempunyai 48 kromosom, dan manusia mempunyai 46 yang hanya berselisih 2.
Diperkirakan karena ini adalah nenek moyang manusia, dua pasang kromosom yang ada ini bersatu menjadi satu pasangan. Dan yang cukup menarik adalah, manusia memiliki beberapa variasi genetik,yang mengapa kawin dengan orang yang sedarah dapat menyebabkan masalah genetik. Bahkan dua manusia yang benar-benar tidak memiliki hubungan biasanya secara genetik lebih mirip simpanse dari pasangan bersaudara.
Dari segala kemungkinan ini menurut saya penggunaan hewan contohnya simpanse ini tidak cukup baik banyak hal-hal yang merugikan karena, Profesor Barouch dan rekan-rekannya menguji bermacam-macam kombinasi vaksin mosaik pada orang yang sehat di Afrika, Thailand dan Amerika Serikat pada 2015. Pada  kombinasi vaksin ditemukan aman lalu menghasilkan tanggapan kekebalan anti-HIV.
Pada saat yang sama, peneliti-peneliti ini memberikan kombinasi vaksin mosaik terhadap sekitar 72 monyet untuk menguji ketahanan terhadap virus HIV yang menyerang monyet(yang kita sebut SIV). "Ada sejarah yang sangat menonjol di sini tentang vaksin yang tampak bagus pada monyet dan kemudian Anda memindahkannya ke manusia dan mereka tidak bekerja"(Lewin,2015),dan juga dalam pemakaian simpanse dalam uji ini tidak lah efektif menurut saya lebih baik di uji coba di lab.
Sekumpulan peneliti yang berada di University of Pittsburgh University of Pittsburgh Graduate School of Public Health mengatakan bahwa dalam EbioMedicine mereka telah berhasil menmbuat sebuah imunoterapi baru yang dapat menghancurkan virus AIDS /HIV Â dengan permanen. Imunoterapi ini ditest atau dujikan melalui sel dari seseorang dengan HIV dan juga belum diuji secara klinis dengan klinis yang berarti deretan penilaian dalam riset medis dan pengembangan obat yang bertujuan untuk mengetahui bahwa apakah obat itu sudah berhasil dan aman untuk dipakai kepada manusia untuk kedepannya.
Dan para peneliti meyakinkan lagi akan  temuan ini bisa dikembangkan untuk vaksin agar orang-orang yang terkena atau terinfeksi HIV tidak akan  meminum obat seumur hidup untuk menghentikan perkembangan virus ini. Bahkan ada juga Penelitian yang dikerjakan oleh ilmuwan dari Universitas Oxford,Universitas Imperial College London,dan Universitas College London,"Terapi ini khusus didesain untuk membersihkan virus HIV dalam tubuh. Sudah teruji di laboratorium, dan ada bukti bekerja baik pada tubuh manusia. Tapi ini masih awal, tes ini akan terus berlanjut lima tahun ke depan."(Fidler,2018).
Jadi sebenarnya pengujian obat dari HIV ini bisa dilakukan langsung kepada manusia,para peneliti pun juga pasti sudah melakukan beberapa test uji di lab kepada sel manusia seperti yang sudah disebutkan. Â Dan juga hal yang dikhawatirkan adalah kepunahan spesies primata karen telah disebutkan dalam laporan penelitian pada jurnal ilmiah Science Advances, yaitu didapatkan 60% dari kurang lebih 300 spesies primata, terancam punah dan tiga perempatnya telah mengalami penurunan populasi. Spesies yang termasuk adalah simpanse,gorila,tarsius,dan owa. Skala penurunan dangatlah besar dan juga mengancam spesies primata dalam jumlah besar,dunia ini akan menghadapi peristiwa kepunahan terbesar dalam sejarah jika tidak ada tindakan yang diambil(Rylands,2010).
KESIMPULAN
Jadi penguji cobaan obat untuk menghentikan penginfeksian HIV tidak pelu dilakukan ke hewan terutama primata/simpanse karena telah dibuktikan bahwa dengan cara uji lab memakai sel tubuh manusia yang terkena HIV para peneliti bisa menemukan obat maupun terapi yang bisa menghilangkan virus ini secara permanen dan akan terus diperbarui lagi dan lagi sehingga akan ditemukan obat yang sempurna yang telah di test berhasil dan aman untuk dipakai manusia dalam penyembuhan penyakit AIDS.
Jika masih memakai hewan seperti simpanse akan sangat merugikan jika memang vaksin yang disuntikan maupun dimasukkan tidak berhasil maka akan membuat simpanse mati dan berakibat akan berkurangnya pupulasi simpanse ataupun spesies lainnya di dunia ini,
"Animals are not property or things but rather living organisms, subjects of a life, who are worthy of our compassion, respect, friendship, and support." --- Marc Bekoff.
DAFTAR PUSTAKA
~ Aini,Nur. 2018." Uji Coba Vaksin HIV ke Manusia Tunjukkan Hasil Menjanjikan". Hari Kamis, 22 Agustus 2019,pukul 20.34 WIB.
~Wibawa Wangsa,Shierine.2019." Terobosan Besar, Terapi Baru Mampu Bunuh Virus HIV yang Tersembunyi". Hari Kamis, 22 Agustus 2019,pukul 22.14 WIB.
~Malik,Abdul.2007."70% Spesies Primata Indonesia Terancam Punah".Hari rabu, 21 Agustus 2019,pukul 17.38 WIB.
~Kumparan,redaksi.2017."Dunia Terancam Kehilangan Spesies Primata".Hari Rabu 21 Agustus 2019,pukul 16.35 WIB.
~Berman,Jessica.2012."Pengembangan Vaksin pada Monyet Pengidap SIV Bisa Percepat Pembuatan Vaksin HIV". Hari Rabu 21 Agustus 2019,pukul 16.45 WIB.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H