Mohon tunggu...
Vincent Sucipto
Vincent Sucipto Mohon Tunggu... Freelancer - Agriculture student' 18

@cwvs_vincent

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Potensi Danau Beko, Pemanfaatan Kubangan Bekas Tambang Kapur

16 Juni 2020   21:27 Diperbarui: 18 Juni 2020   15:11 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Danau Beko terletak di Desa Jatilaba, Kecamatan Margasari, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Danau ini bukanlah danau alami sperti danau toba atau danau-danau lainnya, melainkan ini adalah lokasi bekas penambangan kapur yang menumbilkan cekungan dan terisi oleh air hujan sehingga membentuk seperti danau. Beko atau backhoe, yang artinya (alat pengeruk) yang dilakukan untuk menambang kapur, sehingga membuat danau ini dinamakan beko. 

Bekas penggalian batu gamping/kapur ini memiliki lima lokasi danau dengan ukuran yang berbeda, namun lokasinya berurutan. Ukuran dari danau ini ada yang sebesar 1 lapangan badminton, dan yang paling besar sampai 15 kali lapangan badminton. Untuk masuk ke kawasan ini, pengunjung tidak dikenakan biaya masuk, karena lokasi ini masih belum dijadikan sebagai tempat wisata, walaupun pemandangan yang diberikan termasuk unik dan bagus. Lokasi yang teramai adalah danau kelima, yaitu danau yang terbesar. Danau ini sering digunankan untuk berenang oleh warga sekitar dengan cara loncat dari atas bukit ke danau

Danau ini memiliki potensi karena memiliki batuan-batuan kapur yang eksotik seperti di brown canyon, Semarang. Kawasan ini juga memiliki potensi lanskap pemandangan dari alam-alam yang disekitarnya, serta struktur lanskap yang baik seperti terbentuknya danau pada lahan bekas tambang dan terdapat lahan hijau disekeliling area bekas tambang. Karena memiliki pemandangan yang indah, tempat ini juga dapat digunakan sebagai area fotografi ataupun pembuatan video dengan background batu-batu pertambangan kapur. Serta menjadi potensi untuk area wisata air bahkan penginapan

Kendala yang ada sehingga danau ini belum dijadikan area wisata masyarakat karena adanya aspek danger signal/hazard yang ada yaitu, disekitar danau beko ini masih dilakukan adanya aktifitas penambangan kapur, sehingga sering dilewati sebagai area mobilisasi alat-alat berat penambangan. Debu-debu kapur dari hasil penambangan yang dilakukan juga dapat membahayakan keserhatan para pengunjung.

Dalam hal ini, danau beko dapat dijadikan salah satu alasan untuk memanfaatkan area bekas tambang sebagai area pariwisata terutama sebagai tempat penginapan atau resort bahkan sebagai tempat wisata air. Bentuk arsitek merupakan fokal point yang ingin ditampilkan pada kawasan. Karena strategi pengembangan objek kawasan yang ingin ditonjolkan berupa resort serta wisata air, maka bagaimana jika danau beko dilakukan aktivitas lanskap, sehingga menciptakan suasana kawasan sesuai dengan konsep yaitu batuan kapur. 

Hal ini dapat dilakukan salasatunya dengan menciptakan resort dengan gaya penginapan seperti didalam gua kapur. Konsep ini hampir sama seperti penginapan di kota Cappadocia, Turki. Serta memanfaatkan danau sebagai pusat orientasi resort/penginapan dari segi sirkulasi maupun pemandangan. Sehingga tidak meninggalkan rasa pasca penambangan yang dilakukan.

Untuk pemanfaatan wisata air, pada danau kelima yang merupakan danau yang paling luas dapat dilakukan strategi pelaksanaan dengan disediakaanya wisata air berupa semacam jet skis. Mungkin sudah terlalu biasa jika jet skis dilakukan di air asin/laut. 

Penggunaan jet skis di air tawar/danau dapat menjadi inovasi yang dilakukan dalam pengembangan wisata air ini. Bentuk danau yang luas membuat potensi untuk dilakukannya wisata air ini tidak terhambat, karena jet skis ini umumnya harus ditempatkan dilokasi yang lapang.  Karena wisata ini juga sering digunakan untuk berenang, maka dapat ditambahkan seluncuran seperti yang ada di watter boom, juga disediakan pula papan loncat sehingga dapat masyarakat tidak lagi lompat dari bukit-bukit yang ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun