Perbedaan di Nusantara
Nusantara dikenal sebagai wilayah yang kaya akan keberagaman. Mulai dari agama, budaya, bahasa, hingga warna kulit, semua mencerminkan betapa pluralnya masyarakat Indonesia. Namun, keberagaman ini justru menjadi kekuatan, bukan penghalang. Salah satu cara untuk mempererat hubungan antarindividu yang berasal dari latar belakang berbeda adalah melalui kegiatan ekskursi lintas agama.
 Ekskursi lintas agama merupakan suatu kegiatan yang dimana kita yang berasal dari agama, latar belakang, dan ras yang berbeda bergabung pada suatu tempat yaitu di pondok pesantren Bina Insan Qur'ani.
Dimana siswa pada berdinamika di pondok pesantren selama tiga hari 2 malam.Â
Pagi itu menunjukan pukul 11.00 dimana anak-anak berusia tujuh belas tahun tiba di pondok pesantren Bina Insan Qur'ani. Bukan hanya agama yang berbeda, tetapi warna kulit pun juga tampak memiliki perbedaan. Akan tetap, di balik perbedaan itu semua terdapat suatu keakraban antara siswa Kolese Kanisius dengan santri Bina Insan Qurani.Â
Gambaran pada saat anak-anak dari Kolese Kanisius datang ke pesantren Bina Insan Qur'ani tampak ada sebuah perbedaan. Yang dimana mereka duduk seperti berpecah kubu, yang dimana siswa Kanisius duduk di sisi kanan dan santri Bina Insan Qur'ani di sisi kiri. Namun, setelah berbagai kegiatan yang dilakukan oleh para siswa Kolese Kanisius dan santri Bina Insan Qur'ani, itu tertampak sangat jelas apa dari makna persaudaraan.
Semangat persaudaraan ini juga tercermin dalam antusiasme santri yang selalu menyambut siswa Kolese Kanisius dengan ramah. Meskipun memiliki aktivitas padat, para santri tetap meluangkan waktu untuk membantu dan menemani siswa Kolese Kanisius dalam setiap kegiatan. Hal ini menegaskan nilai persatuan dan kebersamaan sebagai warga Indonesia yang berasal dari satu tanah air, satu bangsa, meskipun memiliki latar belakang yang berbeda.
Makna satu tanah air, satu bangsa terlihat jelas pada saat siswa Kolese Kanisius dengan santri Bina Insan Qur'ani belajar ngaji bersama , sholat , belajar di sekolah bersama-sama, bermain bola bersama , ngobrol bersama , dan saling bertukar pikiran bersama. Dimana santri Bina Insan Qur'ani ini tidak pernah ada capenya dalam menjemput kita untuk belajar ngaji bersama, sholat, belajar di sekolah bersama , bermain bola bersama. Itu yang sangat mencerminkan bahwa persaudaraan diantara kita sangat erat sebagai suatu kesatuan.Â
Dengan adanya ekskursi lintas agama ini, siswa Kolese Kanisius semakin mengenal ajaran-ajaran yang diajarkan dalam ajaran agama Islam hingga ke sejarah Islam, karena pada hari kedua siswa Kolese Kanisius diajak oleh para pengurus pondok pesantren Bina Insan Qur'ani untuk pergi ke Keraton yang dimana tempat tersebut adalah tempat peninggalan sejarah Islam ke Indonesia, sehingga membuat siswa Kolese Kanisius semakin luas akan wawasan mengenai sejarah dari agama Islam itu sendiri.Â
Pengalaman ini memberikan kesan mendalam bagi para siswa. Mereka tidak hanya belajar tentang ajaran Islam, tetapi juga merasakan langsung kehidupan sehari-hari para santri. Dengan demikian, mereka semakin memahami bahwa setiap agama memiliki keindahan dan keunikannya masing-masing. Kegiatan seperti belajar ngaji, mendengarkan cerita tentang perjuangan para wali dalam menyebarkan agama Islam, hingga berdiskusi tentang nilai-nilai moral yang universal menjadi pengalaman yang memperkaya batin mereka.
Di sisi lain, para santri juga mendapat manfaat besar dari kegiatan ini. Mereka bisa belajar tentang budaya dan perspektif dari siswa Kolese Kanisius yang datang dengan latar belakang yang berbeda. Diskusi dan interaksi yang terjadi selama kegiatan ini membantu mereka memahami bahwa persaudaraan sejati tidak memandang perbedaan agama atau latar belakang.
Kegiatan ekskursi lintas agama ini memberikan banyak pelajaran berharga. Tidak hanya membuka wawasan tentang ajaran Islam dan sejarahnya, tetapi juga menumbuhkan rasa saling menghormati di antara mereka yang berbeda. Siswa Kolese Kanisius semakin memahami nilai-nilai keislaman seperti persaudaraan, kesederhanaan, dan kedermawanan. Sementara para santri pun belajar tentang nilai-nilai kemanusiaan universal yang dianut oleh agama lain.
Pada akhirnya, kegiatan ini membuktikan bahwa perbedaan bukanlah penghalang untuk bersatu. Justru melalui perbedaan itulah persaudaraan sejati dapat dibangun. Ekskursi lintas agama di Pondok Pesantren Bina Insan Qur'ani menjadi salah satu contoh nyata bagaimana Indonesia, dengan segala keberagamannya, mampu menciptakan harmoni. Ini adalah pengingat bahwa meskipun berbeda dalam banyak hal, kita tetap satu bangsa yang memiliki tujuan bersama, yaitu menciptakan kedamaian dan kebahagiaan bagi semua.
Oleh karena itu, menurut saya kegiatan ekskursi ini harus selalu di kembangankam tidak hanya di Kolese Kanisius. Akan tetapi di terapkan di setiap sekolah supaya mereka dapat lebih mengenal apa pengajaran dari agama Islam dan apa budaya dari agama Islam dan supaya kita memiliki pandangan yang luas mengenai keberagaman di Indonesia yang sangat banyak ini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H