Karya sastra merupakan hasil kreatifitas manusia sebagai bentuk cerminan kehidupan mereka. Hal tersebut terlihat dari permasalahan yang di tuangkan di dalam karya sastra juga sering terjadi di dunia nyata atau sebaliknya. Tidak hanya bertujuan untuk meluapkan ekspresi semata, karya sastra dipandang sebagai bentuk atensi, aspirasi, dan bahkan di dalamnya termuat informasi terkait berbagai unsur serta kultur yang menyertainya. Namun demikian, dalam membuat sebuah karya sastra bukanlah perkara yang sederhana. Ada rangkaian tahapan yang harus dilampaui oleh seorang penulis hingga terlahir sebuah karya yang layak dinikmati oleh pembaca. Kabar baiknya, kini muncul varian sastra yang hadir di tengah maraknya penggunaan teknologi internet, yaitu sastra cyber yang setiap saat memanjakan para penggiat sastra dalam berkarya.
Sebelum Kita ulas lebih lanjut, apa yang ada di benak Anda ketika mendengar istilah sastra cyber? Varian sastra ini sudah tidak asing lagi bagi generasi milenial yang setiap detiknya menggenggam smartphone untuk menunjang aktifitasnya, termasuk berliterasi. Kemajuan teknologi internet memungkinkan munculnya sastra cyber di tengah-tengah gelombang antusiasme pecinta sastra yang merasa dimudahkan dalam berkreatifitas, atau hanya sekedar menikmati karya dari penggiat sastra lainnya. Maka dapat disimpulkan, bahwa sastra cyber merupakan sastra yang mencakup berbagai genre karya yang kemudian disampaikan melalui media elektronik/internet, seperti komputer dan smartphone, yang biasanya berupa karya sastra yang bergenre puisi atau prosa. Eksistensi sastra cyber memungkinkan pengguna-pengguna komputer dan gawai untuk memanfaatkan media internet secara bebas dan tanpa batas dalam berkreatifitas.
Sastra cyber muncul sejak adanya teknologi informasi yang mampu menjadi wadah inovasi-inovasi baru. Hal tersebut mampu memberikan gaya baru dalam memfasilitasi sastrawan dalam berkarya. Di Indonesia sendiri, kemunculan sastra cyber tergolong masih muda. Kehadiran varian sastra ini tentu saja dipengaruhi oleh maraknya penggunaan teknologi internet di tengah-tengah masyarakat, khususnya generasi milenial. Kemudahan dan kebebasan dalam berliterasi yang ditawarkannya menjadi daya magnet tersendiri bagi penggiat sastra dalam berkreatifitas, tanpa harus melalui prosedur penyuntingan yang kemungkinan karyanya akan layu sebelum berkembang. Alhasil, harum tulisannya tidak dapat dinikmati oleh pembaca begitu saja. Apalagi, tidak mudah bagi seorang penulis untuk mendapatkan pengakuan dari publik jika karya mereka belum pernah diterbitkan oleh media cetak terkemuka, atau buku yang mereka tulis belum dilirik oleh penerbit populer.
Ada begitu banyak Platform yang mendukung hadirnya sastra cyber di tengah-tengah pecintanya, seperti Wattpad, PlukMe, Cabaca, dan Webtoon. Aplikasi-aplikasi tersebut bisa menjadi wadah untuk menyalurkan bakat menulis setiap orang tanpa terkecuali. Platform sastra cyber terbuka bagi siapa pun untuk membuat akun dan menulis di sana. Pembaca dapat berperan aktif dalam memberikan penilaian terhadap karya penulis secara langsung dan transparan.
Perkembangan sastra cyber sendiri bukan tanpa polemik. Kemudahan dan kebebasan yang diunggulkan oleh sastra dunia maya ini berbanding lurus dengan problem yang ditimbulkannya. Kemunculan sastra cyber sebagai produk inovasi sastra gegara berkembangnya teknologi memunculkan pro dan kontra, khususnya di kalangan pengamat sastra. Polemik tersebut sebenarnya lebih didasarkan pada pandangan konservatif, bahwa sastra adalah karya tulis estetik yang dalam proses penciptaannya tidak sederhana dan membutuhkan kecakapan yang telah teruji melalui karya-karya yang telah populer di masyarakat luas. Secara normatif, sastra adalah karya yang bernilai tinggi dan tidak boleh asal-asalan dalam membuatnya, apalagi diniatkan hanya untuk main-main saja. Meskipun demikian, sasra cyber tetap digandrungi oleh penggiatnya, khususnya generasi milenial, sebagai wadah kreatifitas dalam berliterasi. Sastra cyber dipandang sebagai wadah yang potensial dan strategis dalam menuangkan ekspresi, serta dirasa tepat untuk mengasah keterampilan penulis pemula dalam berliterasi.
Apapun kontroversi yang menyertai, kehadiran satra Cyber tetap menjadi oase bagi penggiat sastra yang setengah putus asa untuk mencari wadah yang tepat untuk bisa menerima karya-karyanya begitu saja, di mana saja, kapan saja, dan dapat dinikmati oleh siapa saja. Sastra cyber menjadi wadah bagi penulis profesional maupun amatir untuk menampilkan karya terbaik mereka kepada para penikmat sastra di mana saja, bahkan di seluruh dunia. Oleh karenanya, tidak berlebihan jika sastra cyber memiliki peran yang tidak dapat dipandang sebelah mata dalam khasanah kesusastraan Indonesia, karena mampu melahirkan karya sesuai dengan perubahan masyarakat sesuai dengan zamannya, yaitu sebagai media publikasi dan sarana berkreasi, bahkan peranan ini menjadi karakteristik tersendiri yang tidak dimiliki oleh sastra dalam bentuk media cetak.
Karakter penulis karya sastra cyber berbeda dengan penulis karya sastramedia cetak. Jika dilihat melalui perkembangan sastra populer di Indonesia, karya sastra populer dalam bentuk medai cetak ditulis oleh para penulis yang memang tertarik dengan dunia sastra dan kepenulisan. Para penulis karya sastra media cetak cenderung mengolah dan memerkaya diri dengan bekal kemampuan dasar kepenulisan dan berusaha mempelajari hakikat karya sastra. Hal ini dianggap sebagai modal awal penulis karya sastra. Berbeda dengan penulis karya sastra medai cetak, penulis karya sastra cyber rata-rata adalah penulis pendatang baru yang baru saja mengenal dunia kepenulisan. Hal ini dapat terjadi karena media penciptaan karya sastra cyber jauh lebih luas dan terbuka bagi siapa saja.
Di sisi lain, sastra cyber juga memiliki karakteristik tersendiri, yakni reproduksi teks sastra di internet yang tidak dapat dikendalikan oleh kekuasaan manapun. Tidak pula dihegemoni oleh kepentingan-kepentingan ekonomis maupun politis yang ditetapkan oleh pihak penerbit yang menetapkan kriteria-kriteria suatu karya yang layak cetak. Sastra cyber menjadi sebuah terobosan baru bagi para penulis agar tidak terbebani oleh sistem dalam berkarya. Hal ini berdasar karena karya sastra pada hakikatnya bukan saja milik individu penciptanya, akan tetapi juga milik masyarakat yang menjadi refleksi di dalamnya.
Sastra cyber juga menawarkan kelebihan berupa jangkauan yang sangat luas sehingga dapat ikut membantu memperkenalkan sastra Indonesia ke seluruh penjuru dunia. Jika melalui koran, sebuah karya hanya bisa diakses sampai negara tetangga atau negara yang terdapat kedutaan Indonesia, maka untuk media cyber jarak tidak lagi menjadi hambatan dan rintangan. Oleh karena itu, proses komunikasi dan interaksi sosial yang terjalin juga semakin luas. Kondisi suatu masyarakat di tempat tertentu yang direpresentasikan dalam karya sastra dapat diketahui oleh individu-individu lain meskipun terbentang jarak sangat jauh. Jadi, tidak berlebihan jika para penggiat sastra yang terpikat, menyadari begitu banyaknya kelebihan yang ditawarkan oleh sastra cyber sebagai media berekspresi. Dengan keberadaan sastra cyber, rasa pesimis dan putus asa yang menyelimuti diri para penulis yang namanya belum dikokohkan dalam buku sastra akan memudar. Sebab dunia maya mampu menjadi wadah untuk terus menghasilkan karya yang merupakan hasil dari kreativitas para penggiat sastra seperti mereka.
Lebih dari sekedar penting, jika mengingat bahwa minat baca yang sangat memprihatinkan, sastra cyber menjadi salah satu penggiat literasi saat ini. Membaca adalah jendela dunia yang membuat manusia dekat dengan karya sastra. Literasi sangat berperan penting dalam kehidupan masyarakat yang berkarakter. Melalui beberapa platform dalam sastra cyber, pembaca akan lebih mudah mendapatkan sumber bacaan yang diinginkan. Kebanyakan dalam sastra cyber adalah cerita pendek yang ringan dan alur cerita yang biasa terjadi di masyarakat. Penulis seakan-akan paham dengan apa yang terjadi sekitar lingkungan pembaca, sehingga pembaca akan lebih tertarik untuk membaca dan terus membaca. Inilah keunikan yang ada pada sastra cyber, karena melalui medianya yang dianggap baru, sastra cyber tumbuh sebagai implikasi dari perkembangan zaman yang semakin modern dan dinamis. Selain itu, sastra cyber juga dianggap menjadi jalan untuk merespons dinamika kehidupan sosial yang terjadi di masyarakat dengan segenap isu dan permasalahan yang menyertainya.
Beragamnya pandangan setiap orang akan kehadiran sastra cyber di tengah geliat perkembangan teknologi bisa jadi bagian dari proses adaptasi. Namun, seyogyanya kita sebagai pecinta sastra tidak kehilangan esensi akan makna sebuah karya yang sejatinya merupakan hasil dari kreatifitas murni. Kita memiliki hak untuk mengekspresikannya sebagai bentuk aktualisasi diri, bukan hanya sekedar berorientasi pada kontroversi. Berbahagialah Anda, para pecinta sastra, karena kini sastra dapat dinikmati dengan media yang lebih fleksibel dan menarik. Lebih serunya lagi, Anda berkesempatan untuk turut ambil andil di dalamnya, baik sebagai penikmat semata ataupun penggiat sastra.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H