Pemaparan tersebut dapat disimpulkan pembelajaran STEM adalah proses pembelajaran menyelesaikan suatu permasalahan dengan penelitian yang siSTEMatis (matematika), dengan melakukan observasi maupun iji coba (sains), menggunakan bidang ilmu yang dikuasai (teknik) dan memanfaatkan sarana yang tersedia (teknologi). (Torlakson, 2014)
Tujuan pembelajaran STEM adalah meningkatkan keterampilan siswa/mahasiswa dalam empat bidang ilmu yaitu keterampilan sains, keterampilan mengoperasikan teknologi, keterampilan teknik penyelesaian masalah dan keterampilan matematika yang sangat cocok diterapkan untuk menghadapi tantangan abad 21.
Penggunaan pembelajaran STEM pada bidang pendidikan sejatinya memiliki tujuan untuk mempersiapkan siswa yang berkualitas sehingga dapat bersaing dan siap bekerja sesuai dengan bidang yang ditekuni. Penerapan STEM pada proses pembelajaran tentunya harus saling terintegrasi. Keempat aspek tersebut saling mengisi bagian dalam setiap pelaksanaannya.
Pendidikan di Indonesia, khususnya di perguruan tinggi, harus mulai memberi perhatian khusus kepada bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika atau yang disebut STEM [Science, Technology, Engineering, and Mathematics]. Hal ini disampaikan oleh Staf Khusus Menristek Dikti Abdul Wahid Maktub. Menurut Abdul, dengan memberi perhatian dan fokus lebih pada bidang studi ini pada perguruan tinggi, Indonesia akan mampu untuk bersaing dan memiliki pengaruh kuat baik di dalam maupun luar negeri. (Juli Etha, 2017)
"Indonesia harus mulai fokus pada bidang sains, teknologi, teknik dan matematika agar bisa memiliki  pengaruh dalam tataran lokal dan global," sebut Abdul Wahid seperti dikutip dari catatan focus group discussion yang diadakan oleh President University terkait Sustainable Education, Rabu (18/1/2017).
Pembelajaran fisika memiliki tujuan diantaranya mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis siswa terhadap lingkungan dan sekitarnya. Sebuah pembelajaran yang berfokus untuk memenuhi tujuan tersebut berarti haruslah pembelajaran yang membawa pelajaran sesuai dengan keadaan seharihari (Fox, 2006; Schwartz & Crawford, 2006). Sebagian besar mahasiswa yang memiliki pengalaman baik dalam dunia nyata akan dapat mengikuti pembelajaran dengan baik pada topik yang sesuai dengan dunia nyata tersebut (Nicaise, 2000).
Namun pada kenyataannya, mahasiswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran fisika di kelas apalagi saat Pembelajaran Jarak Jauh di masa Pandemi Covid-19 ini. Jika permasalahan tersebut dapat diidentifikasi dengan baik, maka dosen bisa membidik penyelesaian kesulitan tersebut dengan tindakan yang tepat.
Pembelajaran scientific tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara akhir, namum proses pembelajaran dipandang sangat penting. Dalam proses pembelajaran mahasiswa dituntut agar berperan aktif terutama dalam kegiatan penemuan, sedangkan dosen yang semula bertindak sebagai sumber belajar beralih fungsi menjadi seorang fasilitator kegiatan pembelajaran yang berperan mengarahkan (membimbing) mahasiswa untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam belajar atau menemukan sendiri konsep-konsep yang sedang dipelajari. (Mendikbud, 2013). Saat STEM diterapkan pada Perguruan Tinggi pembelajaran akan menjadi learning by doing sehingga mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan maupun keterampilannya untuk menghadapi abad 21.
 ***
Referensi:
Badan Pusat Statistik. (2021) Hasil Sensus Penduduk Indonesia pada Tahun 2021. Diakses di https://www.bps.go.id/pressrelease/2021/01/21/1854/hasil-sensus-penduduk-2020.html