Mohon tunggu...
Vina Rofikoh
Vina Rofikoh Mohon Tunggu... Lainnya - Learn, Think and Do

Namanya Vina Rofikoh, Kebanyakan orang memanggilnyadengan nama Vina. Ia lahir di Batang, pada bulan Agustus. Ayah dan Ibunya sudah di tempatkan di sisi-Nya dan sekarang ia tinggal bersama saudaranya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mahasiswa KKN Undip Ajak Masyarakat Desa Jambu, Jepara untuk Ubah Sampah Jadi Makanan

17 Agustus 2020   13:47 Diperbarui: 17 Agustus 2020   14:20 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jepara, Agustus 2020 – Mahasiswa KKN Undip Tim II Tahun 2020 melaksanakan kegiatan pengabdian dalam rangka pelaksanaan KKN Mandiri yang berlokasikan di Desa Jambu, Kecamatan Mlonggo, Kabupaten Jepara.

Sampah rumah tangga merupakan suatu limbah hasil aktivitas rumahh tangga, yang produksinya tak bisa dihentikan karena memang setiap rumah tangga yang beraktivitas pasti menghasilkan limbah tersebut. Pembuangan sampah sembarangan masih kerap dilakukan oleh warga di desa. Kebanyakan masyarakat hanya membuang limbah tersebut di pekarangan dekat rumah, yang lama-kelamaan menjadi timbunan sampah. Timbunan sampah tersebut tentu tak sedap di mata maupun di hidung, ketika musim hujan akan menjadi lembab dan menimbulkan aroma yang busuk serta menjadi sarang penyakit, sedangkan ketika musim kemarau biasanya dibakar yang justru akan menimbulkan polusi udara. Maka dari itu keberadaan sampah rumah tangga perlu diolah secara tepat.

Mahasiswa KKN Undip Tim II Tahun 2020 mengajak ibu-ibu rumah tangga untuk mengolah sampah organik hasil aktivitas rumah tangga dengan penanganan yang tepat. Sampah organik dapat diolah menjadi pupuk kompos. Pengolahan sampah organik rumah tangga menjadi pupuk kompos cukup simpel, hanya perlu wadah seperti ember yang dilubangi kecil-kecil bagian atas dan satu lubang kecil di bagian bawah, kemudian sampah organik tinggal dimasukkan ke dalam ember tersebut. Sampah organik rumah tangga sisa memasak atau makanan seperti sayuran, buah, dedaunan cukup dipotong kecil-kecil dan dimasukkan ke dalam ember tersebut, serta disiram air cucian beras setiap hari. Sampah organik dalam ember akan terurai secara sendirinya seiring waktu, dibantu dengan air cucian beras sebagai pemberi makan mikroba, serta lubang-lubang kecil di bagian atas ember sebagai aerasi yang memberikan asupan oksigen untuk proses penguraian. Beberapa minggu setelah dimasukkan sampah akan tercipta air lindi kompos yang dapat dipanen melalui lubang kecil di bagian bawah ember. Air lindi kompos merupakan pupuk organik cair (POC) yang dapat dicampurkan dengan air untuk menyiram tanaman. Setelah ember terisi penuh dan dibiarkan beberapa bulan, akan terbentuk kompos. Kompos merupakan media tanam yang sangat subur sehingga nantinya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan bercocok tanam.

Praktik Pemanfaatan Lahan Pekarangan dengan Bercocok Tanam|Dokpri
Praktik Pemanfaatan Lahan Pekarangan dengan Bercocok Tanam|Dokpri
Mahasiswa KKN Undip Tim II Tahun 2020 juga mengajak masyarakat Desa Jambu, Kecamatan Mlonggo, Kabupaten Jepara untuk memanfaatkan lahan pekarangan sekitar rumah. Lahan pekarangan di desa masih cukup luas, sayangnya kebanyakan warga tidak begitu memanfaatkan keberadaannya. Lahan pekarangan hanya menjadi tempat bermain anak-anak, ditanami pohon yang jaraknya berjauhan, atau dibiarkan begitu saja sehingga dikuasai oleh tumbuhan liar. Keberadaan pekarangan terebut dapat lebih dimanfaatkan dengan menjadikannya lahan bercocok tanam. Kegiatan bercocok tanam dapat menjadi sarana olahraga di rumah saja sehingga dapat mematuhi protokol kesehatan yang dikeluarkan pemerintah di kala pandemik Covid-19 yang sedang melanda. Selain itu, hasil panen dari kegiatan bercocok tanam dapat menghasilkan sayuran gratis sehingga dapat menopang perekonomian warga di kala pandemik ini dengan mengurangi pengeluaran untuk kebutuhan pangan. Tanaman sayur seperti sawi, selada, kangkung, bayam, cabai, tomat, terong, dan pare merupakan tanaman yang cenderung mudah ditanam, tidak memerlukan tempat tumbuh yang luas, serta banyak digemari masyarakat dari berbagai kalangan. Hasil panen sayuran yang ditanam sendiri juga lebih terjamin kesehatannya karena tidak menggunakan pestisida yang berbahaya bagi kesehatan.

Program pengabdian dari pelaksanaan KKN tersebut mendapat apresiasi positif dari masyarakat. Masyarakat berterima kasih atas ilmu yang telah dibagikan oleh mahasiswa sehingga dapat memberikan sudut pandang baru, yaitu dalam pemanfaatan sampah organik yang selama ini menjadi limbah dan ternyata dapat disulap menjadi pupuk kompos, serta dalam pemanfaatan lahan pekarangan yang selama ini terbengkalai dan disulap menjadi lahan pekarangan produktif yang penuh dengan tanaman hijau. Kegiatan terebut juga mendapat apresiasi dari Ketua RT setempat, di mana dengan adanya kegiatan tersebut menjadikan lingkungan lebih bersih, sehat, dan indah.

Penyusun/Mahasiswa KKN: Rohman Rona Gilang Pradana

Editor/Dosen Pembimbing: Ir. Hermin Werdiningsih, M.T.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun