Mohon tunggu...
Vina Oktaviani
Vina Oktaviani Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Mahasiswa Fisip Sosiologi Semester 5 Angkatan 2020 dari Universitas Raja Ali Haji Fisabilillah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Gender Film "3 Srikandi"

31 Desember 2021   12:38 Diperbarui: 31 Desember 2021   13:34 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Film 3 Srikandi menjadi salah satu tayangan di stasiun televisi Trans TV dalam Sinema Spesial Kemerdekaan Selasa (17/8/2021). Pada laman resminya, film tersebut dijadwalkan tayang pukul 19.30 WIB apabila tak mengalami perubahan. Di bawah arahan sutradara Iman Brotoseno, 3 Srikandi yang berdurasi 2 jam 1 menit ini mengangkat cerita tentang perjuangan atlet panahan putri Indonesia yang berhasil menyabet medali emas di ajang Olimpiade Seoul tahun 1988. Film yang diproduseri oleh Raam Punjabi ini rilis tanggal 4 Agustus 2016. Sementara skenario film dikerjakan oleh Swastika Nohara dan Iman Brotoseno.

Sinopsis film 3 Srikandi

       Medali emas yang bisa dibawa pulang oleh atlit Indonesia pada ajang Olimpiade sangat jarang, sehingga merupakan sebuah hal yang menggembirakan jika kemenangan itu terjadi. Tema tersebut yang diangkat dalam pembuatan film 3 Srikandi, tentang perjuangan 3 atlit panahan wanita bernama Nurfitriana, Lilies dan Kusuma dalam mempersembahkan medali emas di Olimpiade Seoul 1988. Sebelum menjadi pelatih pada cabang olahraga panahan, Donald Pandiangan (Reza Rahadian) merupakan salah satu atlit panahan putra yang sudah dipersiapkan untuk bertanding ke Moskow. Namun akibat konflik politik saat itu, ia pun gagal berangkat. Donald yang kecewa lalu mundur dari olahraga panahan dan menghilang. Tahun pun berlalu, cabang olahraga panahan tanah air sedang membutuhkan pelatih yang mumpuni, sehingga Pak Udy (Donny Damara) lalu memutuskan untuk mencari keberadaan Donald sebagai persiapan menghadapi Olimpiade 1988. Donald akhirnya bersedia membantu proses seleksi Pelatnas. Atlit yang sangat berpotensi yakni Nurfitriyana (Bunga Citra Lestari), Lilies (Chelsea Islan), dan Kusuma (Tara Basro) lolos seleksi. Mereka pun dilatih oleh Donald Pandiangan ke pelatnas yang berlangsung di Sukabumi. Namun, masing-masing atlit ternyata memiliki latar belakang keluarga yang tidak sepenuhnya mendukung mereka untuk berkiprah di Olimpiade. Nurfitriyana yang berasal dari Jakarta memiliki ayah yang tidak suka jika ia terjun ke dunia olahraga.

Ayahnya hanya ingin ia serius pada sekolah saja. Di sisi lain, Kusuma juga punya masalah karena sudah diterima dalam seleksi PNS. Ia mengalami dilema karena keluarganya ingin ia bekerja saja demi membantu ekonomi keluarga ketimbang ikut Olimpiade yang tidak menjanjikan apa-apa. Atlit lain, Lilies yang berasal dari Surabaya dijodohkan oleh ibunya dengan seorang pengusaha kaya. Bagi sang ibu, menikah dengan pengusaha kaya lebih punya masa depan dari pada jadi atlit di masa itu yang masa depannya suram. Dengan berbagai latar belakang masalah yang dimiliki para atlit panahan tersebut, mereka harus bisa berprestasi di ajang internasional. Donald yang tegas pun berusaha membentuk mental ketiga anak didiknya agar tangguh dan punya semangat juang.

Bentuk Keadilan Kesetaraan Gender Pada Film 3 Srikandi

  • Bentuk keadilan gender yang bisa kita lihat dari film tersebut yaitu dimana di film tersebut mengambil peran wanita sebagai tokohnya, jadi di film tersebut tidak hanya 1 tokoh perempuan melainkan 3 sosok perempuan, dimana masing-masing dari tokoh tersebut memiliki karakternya sendiri. Di dalam film ini dimunculkan berbagai karakter dari perilaku mandiri dalam konteks pembuktian bahwa perempuan bisa menggeluti apa yang biasanya dikerjakan laki-laki. Mereka membuktikan bahwa sosok perempuan juga bisa membuat bangga keluarga dan bangsa Indonesia dengan semangat perjuangan nya dalam meraih kejuaraan memanah di tingkat antar negara. Jadi di film ini dibuktikan bahwa yang ikut lomba panahan itu bukan hanya kaum laki-laki saja melainkan kaum perempuan juga bisa mengikuti perlombaan atau olahraga panahan tersebut. Bentuk Keadilan kesetaraan gender yang dapat kita ambil lagi dari film 3 srikandi ini salah satunya yaitu perempuan mampu memimpin di era sekarang ini. Dimana dulunya perempuan hanya di anggap lemah seperti perempuan hanya boleh bekerja mengurus rumah tangga, padahal banyak perempuan2 indonesia yang memiliki bakat2 terpendam.
  • Film 3 srikandi ini mencerminkan kehidupan wanita pada masa era sekarang ini. Film ini juga mampu membuka banyak pasang mata bahwa perempuan itu mampu segalanya, buktinya 3 wanita hebat tersebut mampu mengharumkan nama Indonesia dengan meraih perak dalam cabang memanah. Yang mana olahraga memanah ini sering di lakukan pada kaum laki laki. Tidak hanya itu film 3 srikandi tersebut banyak memberikan kesan positif kepada masyarakat luas. Semoga akan banyak srikandi-srikandi yang baru untuk mengharumkan nama bangsa indonesia.

Yang Mengkonstruksikan Kesetaran Gender Pada Film 3 Srikandi

 Hal yang mengkontruksi terjadinya kesetaraan gender pada film 3 Srikandi yaitu karena film 3 Srikandi yang diproduseri oleh Raam Punjabi ini memunculkan tiga tokoh atlit perempuan yang berkesempatan untuk mengharumkan bangsa Indonesia dengan mengikuti ollimpiade panahan di tingkat dunia yang biasanya hanya diperuntukkan bagi laki-laki saja. Pada film ini juga mengungkap adanya aspek-aspek perilaku dan sifat atau karakter pada perempuan yang membentuk identitas sebagai perempuan terpandang karena dapat berjuang hingga sampai pada tahap olimpiade panahan tingkat dunia.

Mereka akhirnya berhasil menjadi juara mewakili Indonesia di ajang memanah tim putri dan menunjukan bahwa perempuan mampu melakukan apa yang dilakukan kaum laki-laki, dan pilihan hidup mereka jalani berhasil membawa mereka kepada kesuksesan. Dengan kemandirian, keoptimisan, kesungguhan dan semangat mereka dalam mengalahkan tim lawan membuat mereka berhasil mengkonstruksikan identitas dalam bentuk identitas pribadi. Dimana identitas itu didasari pada keunikan karakter pribadi seseorang. Seperti kemampuan, bakat dan pilihan yang mereka punya. Kegigihan dan semangat muda untuk mengharumkan bangsa Indonesia serta memajukan per-olahragaan memanah di Indonesia menjadi pembeda antara diri kita dengan orang lain.

Tidak terlepas dari kemampuan dan talenta mereka masing-masing dalam hal memanah serta semangat dalam melakukan suatu hal yang dijadikan sebagai tameng bagi mereka terlihat berwibawa dan menjadi Perempuan Terpandang dalam ranah memperjuangkan dan mengharumkan bangsa Indonesia.

Nilai-Nilai Yang Mewujudkan Kesetaraan Gender Pada Film 3 Srikandi

Nilai nilai yang terkandung dalam film 3 Srikandi yaitu nilai mengajarkan arti perjuangan, nilai pengorbanan, dan nilai pertemanan. nilai nilai ini termasuk dalam mewujudkan kesetaraan gender pada kaum perempuan karena semangat juang dan pantang menyerah yang dilakukan 3 Srikandi ini dalam  hal pertandingan memanah. bahwa tidak hanya kaum laki- laki saja yang bisa melakukan hal tersebut tetapi kaum perempuan juga bisa. mereka akhirnya berhasil menjadi juara mewakili Indonesia di ajang memanah tim putri. dan menunjukkan bahwasanya perempuan mampu melakukan apa yang dilakukan kaum laki-laki. 

Tidak terlepas dari kemampuan dan talenta mereka masing-masing dalam hal memanah serta semangat dalam melakukan suatu hal yang di jadikan sebagai tameng bagi mereka terlihat berwibawa dan menjadi perempuan terpandang dalam ranah memperjuangkan dan mengharumkan bangsa Indonesia. Di sini dapat dipetik pelajaran berharga, perjuangan yang mereka lakukan tidak sia-sia. Perjuangan yang dilakukan dengan ikhlas, penuh tanggung  jawab dalam kebersamaan, akan mendatangkan hasil yang sangat bermanfaat. Puncak kesuksesan diraih dengan tidak secara mudah. Perjuangan diperlukan untuk membuktikan, apakah seseorang mampu melewatinya. Perjuangan yang dilandasi dengan pertemanan dan saling mendukung, akan menghasilkan sesuatu yang paling berharga dalam hidup.

Nilai-Nilai Yang Tidak Mewujudkan Kesetaraan Gender Pada Film 3 Srikandi

Sebagian besar perempuan dengan terpaksa mengikuti standar femininitas yang dibuat oleh society. Namun tentu saja standar femininitas tersebut tidak bisa begitu saja diterapkan kepada seluruh perempuan. Dalam hidup bermasyarakat, terdapat sebuah komunitas perempuan yang dengan susah payah menuruti standar femininitas tersebut. Sportswomen alias para perempuan yang aktif sebagai pelaku olahraga merupakan sebuah komunitas yang memerlukan usaha yang cukup besar untuk masuk dan sesuai dengan standar yang sudah ada.Seperti penjelasan diatas, nilai yang tidak dapat mewujudkan kesetaraan dalam film ini adalah bisa dilihat  dari cara orangtua dalam melihat cita-cita yang diinginkan anaknya.Masalah yang dialami ketiga pemeran utama itu berbeda-beda.

Nurfitriyana, misalnya, awalnya tidak didukung oleh ayahnya untuk menjadi atlet. Sang ayah berharap ketimbang menjadi atlet, Yana lebih baik fokus kepada studinya saja. Kusuma Wardhani, yang akrab dipanggil Suma, juga tidak mendapatkan dukungan penuh dari orangtuanya. Ayahnya mendorong Suma untuk menjadi PNS supaya hidup lebih terjamin.Disini bisa kita lihat bahwa orangtua mereka menganggap atlet itu tidak terjamin, menganggap atlet itu tidak cocok untuk perempuan karena itu merupakan untuk laki-laki.Mereka masih memandang atlet perempuan pada saat itu masih dipandang sebelah mata oleh berbagai kalangan dimana mereka menganggap masih ada yang lebih baik. Dan hal inilah yang membuat kesetaraan tidak terwujud.

Teori Feminisme Dalam Perspektif Sosiologi Pada Film 3 Srikandi

Visualisasi yang ditunjukkan dalam film 3 Srikandi terkait perempuan feminis mengarah pada feminisme posmodern. Feminisme posmodern merupakan usaha kaum perempuan untuk keluar dari sejumlahperaturan yang mengekang untuk menjadi apa yang diinginkan. Perempuan dibatasi oleh sejumlah norma, nilai, dan peraturan yang berlaku di suatumasyarakat sehingga tidak dapat menjadi perempuan yang bebas. Sehingga feminisme posmodern berusaha membongkar sejumlah konstruksi sosial budaya yang telah berjalan di masyarakat dengan menjadi dirinya sendirisesuai dengan apa yang di kehendaki.

Dalam film 3 Srikandi feminisme posmodern divisualkan melaluikarakter tiga tokoh utama yang merupakan seorang atlet panahan perempuandan mempunyai karakter yang berbeda-beda. Karakter-karakter tersebut dapat dikelompokkan menggunakan analisis tipologi tokoh melalui fisik dan psikisnya. Yana, Suma, dan Lilies merupakan perempuan yang mempunyai tipologi fisik atletis. Hal tersebut tidak lepas dari profesi mereka yang merupakan seorang atlet dan tentunya banyak melakukan latihan fisik yang akhirnya membentuk postur tubuh atletis.

Ketiga tokoh utamanya ternyata merupakanperempuan-perempuan yang mencerminkan feminisme posmodern dalambeberapa adegan yang muncul di beberapa sekuen film yang telah direduksi. Hal ini menjadi bukti bahwa film memiliki kekuatan yang besar dalammembuat persepsi penonton akan karakter tokoh didalamnya.Tercipta nya sosok perempuan terpandang seperti yang dijelaskan di atas tidak terlepas dari kondisi yang terjadi pada kaum perempuan di dua dekade terakhir ini. Dalam kehidupan bermasyarakat sendiri perempuan telah diakui kemampuan nyadalam berbagai hal, baik itu sosial maupun individu.

Tidak seperti dahulu kala ditahun 1990-an, perempuan malam menjadi mitos yang berkembang di masyaraktsehingga banyak yang memandang sebelah mata kaum perempuan. Sehingga tanda-tanda dalam film 3 Srikandi berhasil dimaknai yang memunculkan berbagai karakter dari prlilaku mandiri dalam konteks pembuktian bahwa perempuan bisa menggeluti apa yang biasanya dikerjakan laki-laki. Selain itu konteks nasionalisme juga kental terlihat dalam film ini, 3 sosok perempuan berhasil membuat bangga keluarga dan bangsa indonesia dengan semangat perjuangan nya dalam meraih kejuaraan memanah di tingkat antar negara.

Akhirnya diketahui ideologi dibalik pembuata film ini, yang di cerminkan melalui konteks yang terjadi bahwa sang pembuat film ingin menunjukan kekaguman nya terhadap kaum perempuan Indonesia yang pada era ini telah banyak perempuan yang sudah mulai menunjukan kemampuan dirinya di muka publik dan mampu bersaing dengan kaum laki-laki.Yang akhirnya sang pembuat film berhasil menyampaikan pesan gerakan feminisme postmodern melalui film 3 Srikandi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun