Tidak terlepas dari kemampuan dan talenta mereka masing-masing dalam hal memanah serta semangat dalam melakukan suatu hal yang di jadikan sebagai tameng bagi mereka terlihat berwibawa dan menjadi perempuan terpandang dalam ranah memperjuangkan dan mengharumkan bangsa Indonesia. Di sini dapat dipetik pelajaran berharga, perjuangan yang mereka lakukan tidak sia-sia. Perjuangan yang dilakukan dengan ikhlas, penuh tanggung  jawab dalam kebersamaan, akan mendatangkan hasil yang sangat bermanfaat. Puncak kesuksesan diraih dengan tidak secara mudah. Perjuangan diperlukan untuk membuktikan, apakah seseorang mampu melewatinya. Perjuangan yang dilandasi dengan pertemanan dan saling mendukung, akan menghasilkan sesuatu yang paling berharga dalam hidup.
Nilai-Nilai Yang Tidak Mewujudkan Kesetaraan Gender Pada Film 3 Srikandi
Sebagian besar perempuan dengan terpaksa mengikuti standar femininitas yang dibuat oleh society. Namun tentu saja standar femininitas tersebut tidak bisa begitu saja diterapkan kepada seluruh perempuan. Dalam hidup bermasyarakat, terdapat sebuah komunitas perempuan yang dengan susah payah menuruti standar femininitas tersebut. Sportswomen alias para perempuan yang aktif sebagai pelaku olahraga merupakan sebuah komunitas yang memerlukan usaha yang cukup besar untuk masuk dan sesuai dengan standar yang sudah ada.Seperti penjelasan diatas, nilai yang tidak dapat mewujudkan kesetaraan dalam film ini adalah bisa dilihat  dari cara orangtua dalam melihat cita-cita yang diinginkan anaknya.Masalah yang dialami ketiga pemeran utama itu berbeda-beda.
Nurfitriyana, misalnya, awalnya tidak didukung oleh ayahnya untuk menjadi atlet. Sang ayah berharap ketimbang menjadi atlet, Yana lebih baik fokus kepada studinya saja. Kusuma Wardhani, yang akrab dipanggil Suma, juga tidak mendapatkan dukungan penuh dari orangtuanya. Ayahnya mendorong Suma untuk menjadi PNS supaya hidup lebih terjamin.Disini bisa kita lihat bahwa orangtua mereka menganggap atlet itu tidak terjamin, menganggap atlet itu tidak cocok untuk perempuan karena itu merupakan untuk laki-laki.Mereka masih memandang atlet perempuan pada saat itu masih dipandang sebelah mata oleh berbagai kalangan dimana mereka menganggap masih ada yang lebih baik. Dan hal inilah yang membuat kesetaraan tidak terwujud.
Teori Feminisme Dalam Perspektif Sosiologi Pada Film 3 Srikandi
Visualisasi yang ditunjukkan dalam film 3 Srikandi terkait perempuan feminis mengarah pada feminisme posmodern. Feminisme posmodern merupakan usaha kaum perempuan untuk keluar dari sejumlahperaturan yang mengekang untuk menjadi apa yang diinginkan. Perempuan dibatasi oleh sejumlah norma, nilai, dan peraturan yang berlaku di suatumasyarakat sehingga tidak dapat menjadi perempuan yang bebas. Sehingga feminisme posmodern berusaha membongkar sejumlah konstruksi sosial budaya yang telah berjalan di masyarakat dengan menjadi dirinya sendirisesuai dengan apa yang di kehendaki.
Dalam film 3 Srikandi feminisme posmodern divisualkan melaluikarakter tiga tokoh utama yang merupakan seorang atlet panahan perempuandan mempunyai karakter yang berbeda-beda. Karakter-karakter tersebut dapat dikelompokkan menggunakan analisis tipologi tokoh melalui fisik dan psikisnya. Yana, Suma, dan Lilies merupakan perempuan yang mempunyai tipologi fisik atletis. Hal tersebut tidak lepas dari profesi mereka yang merupakan seorang atlet dan tentunya banyak melakukan latihan fisik yang akhirnya membentuk postur tubuh atletis.
Ketiga tokoh utamanya ternyata merupakanperempuan-perempuan yang mencerminkan feminisme posmodern dalambeberapa adegan yang muncul di beberapa sekuen film yang telah direduksi. Hal ini menjadi bukti bahwa film memiliki kekuatan yang besar dalammembuat persepsi penonton akan karakter tokoh didalamnya.Tercipta nya sosok perempuan terpandang seperti yang dijelaskan di atas tidak terlepas dari kondisi yang terjadi pada kaum perempuan di dua dekade terakhir ini. Dalam kehidupan bermasyarakat sendiri perempuan telah diakui kemampuan nyadalam berbagai hal, baik itu sosial maupun individu.
Tidak seperti dahulu kala ditahun 1990-an, perempuan malam menjadi mitos yang berkembang di masyaraktsehingga banyak yang memandang sebelah mata kaum perempuan. Sehingga tanda-tanda dalam film 3 Srikandi berhasil dimaknai yang memunculkan berbagai karakter dari prlilaku mandiri dalam konteks pembuktian bahwa perempuan bisa menggeluti apa yang biasanya dikerjakan laki-laki. Selain itu konteks nasionalisme juga kental terlihat dalam film ini, 3 sosok perempuan berhasil membuat bangga keluarga dan bangsa indonesia dengan semangat perjuangan nya dalam meraih kejuaraan memanah di tingkat antar negara.
Akhirnya diketahui ideologi dibalik pembuata film ini, yang di cerminkan melalui konteks yang terjadi bahwa sang pembuat film ingin menunjukan kekaguman nya terhadap kaum perempuan Indonesia yang pada era ini telah banyak perempuan yang sudah mulai menunjukan kemampuan dirinya di muka publik dan mampu bersaing dengan kaum laki-laki.Yang akhirnya sang pembuat film berhasil menyampaikan pesan gerakan feminisme postmodern melalui film 3 Srikandi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H