Mohon tunggu...
Vinanti Julia
Vinanti Julia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Masyarakat - Universitas Pendidikan Indonesia

carpe diem

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-based Learning)

19 Mei 2022   10:47 Diperbarui: 19 Mei 2022   10:56 1879
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu permasalahan dalam pendidikan yang sering muncul adalah kurangnya kemampuan siswa untuk berpikir kritis. Proses pembelajaran satu arah yang lebih menekankan kepada konten dan teori membuat siswa hanya menerima pengetahuan yang diberikan oleh guru saja dan pembelajaran berjalan dengan kurang interaktif. Proses pembelajaran hanya melalui transfer pengetahuan saja sehingga siswa memahami pembelajaran dengan cara menghapal. 

Alih-alih mampu mengaplikasikan pembelajaran dengan baik, siswa seperti tidak memahami materi yang diberikan karena proses belajar yang kurang tepat sehingga ketika dihadapkan pada suatu masalah siswa menjadi kebingungan dan tidak mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi. 

Hal ini menjadi tantangan bagi dunia pendidikan untuk menciptakan metode dan strategi pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan dalam memecahkan suatu masalah. 

Kemampuan tersebut dapat dimiliki oleh siswa jika proses pembelajaran dilakukan dengan melibatkan siswa untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang mereka hadapi di dunia nyata dengan pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki. Salah satu pendekatan pembelajaran tersebut, yaitu pembelajaran berbasis masalah atau problem-based learning.

Pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning) merupakan suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah pada kehidupan nyata dengan menggunakan metode-metode ilmiah yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. 

Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran multiarah yang dilakukan oleh guru dan siswa. Proses pembelajaran didasarkan pada masalah yang nyata serta pembelajaran berbasis masalah lebih menekankan kemampuan dan keterampilan dalam bekerja sama untuk mengidentifikasi dan memecahkan suatu masalah serta memberikan alternatif solusi untuk masalah tersebut sehingga proses belajar dapat dipahami dan diimplementasikan dengan baik oleh siswa (Peterson, 1997). 

Pembelajaran berbasis masalah sudah dikenalkan sejak tahun 1960 di McMaster University dengan pendekatan inovatif. Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu proses pembelajaran dengan menggabungkan teori di kelas kemudian melakukan penerapan tentang apa yang telah dipelajari ke dalam suatu masalah nyata serta mengidentifikasi dan menemukan solusinya (Curtis, 2019).

Pembelajaran berbasis masalah juga dikatakan lebih efektif jika didasarkan pada proses pembelajaran dengan bekerja sama dalam suatu kelompok kecil yang dapat meningkatkan pembelajaran. Proses belajar dalam tim membuat siswa menjadi lebih dinamis dan interaktif dalam belajar (Wiznia, Korom, Marzuk, Safdieh, & Grafstein, 2012). 

Selain itu, pengalaman belajar dan partisipasi siswa juga meningkat. Adanya diskusi dan interaksi kerja sama melalui sebuah kelompok kecil mampu lebih meningkatkan pemahaman dan pengetahuannya mengenai tujuan pembelajaran dan juga mempermudah dalam menyelesaikan suatu masalah. 

Dalam pembelajaran berbasis masalah, guru bertindak sebagai fasilitator. Fasilitator dapat memberikan pengarahan, dorongan, dan motivasi kepada siswa untuk belajar dan meningkatkan kemampuannya melalui komunikasi kelompok (Seibert, 2021).

Proses penerapan pembelajaran berbasis masalah dilakukan dengan siswa berdiskusi dan melakukan penelitian untuk menentukan masalah atau isu nyata yang ada. 

Langkah-langkah yang dilalui oleh siswa dalam sebuah proses pembelajaran berbasis masalah, antara lain: (1) menemukan masalah; (2) mendefinisikan masalah; (3) mengumpulkan fakta dengan pendekatan KND (What We Know, What We Need, and What We Do); (4) pembuatan hipotesis; (5) melakukan penelitian; (6) menentukan suatu masalah; (7) memberikan alternatif; dan (8) mengusulkan solusi.

Pada dasarnya, pendidikan di Indonesia sudah mulai menerapkan model pembelajaran berbasis masalah, khususnya dalam perguruan tinggi. Mahasiswa cenderung dibagi ke dalam kelompok kecil untuk merumuskan masalah yang sesuai dengan materi atau topik yang diberikan oleh dosen. 

Selanjutnya, mahasiswa akan berdiskusi dan bertukar pendapat terkait suatu masalah lalu melakukan penelitian untuk menemukan informasi tambahan dari berbagai sumber untuk memecahkan masalah tersebut. 

Data dan informasi yang didapatkan kemudian didiskusikan kembali oleh semua anggota kelompok. Setelah itu kelompok akan merumuskan kemungkinan solusi. Dalam proses pelaksanaannya mahasiswa beradu argumen untuk mengemukakan alasan dari solusi yang diberikan sehingga dalam hal ini terjadi proses pembelajaran tutor sebaya. 

Perumusan solusi ini menuntut kemampuan berkomunikasi, yaitu mengungkapkan gagasan atau ide-ide secara rasional dan sistematis sehingga dapat dipahami dengan mudah oleh orang lain. Dengan demikian pembelajaran berbasis masalah mampu meningkatkan pemahaman belajar dan cara berpikir kritis siswa. 

Hal ini sejalan dengan temuan penelitian yang dilakukan oleh Redhana (2013) yang melakukan penelitian dengan menerapkan pembelajaran berbasis masalah pada mata kuliah Pengantar Pendidikan. Model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan keterampilan pemecahan masalah dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis mahasiswa (Redhana, 2013). 

Penelitian lain menunjukan bahwa pembelajaran berbasis masalah terbukti efektif pada mata pelajaran Kimia dan Sains yang mampu meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis mahasiswa (Yuzhi, 2003; Redhana & Ngadiran, 2006; Redhana dan Simamora, 2008).

Adanya penerapan proses pembelajaran berbasis masalah dapat menggeser metode belajar cara lama yang lebih menekankan pada teori karena metode belajar tersebut dimaksudkan memiliki implementasi yang lemah dibandingkan dengan proses pembelajaran berbasis masalah (Camp, 2016). 

Pembelajaran berbasis masalah yang diterapkan dapat memperbaiki lingkungan belajar yang sebelumnya menjadi lebih baik. Pembelajaran berbasis masalah juga dapat bekerja lebih baik ketika siswa ikut berpartisipasi dan ikut terlibat dalam menyelesaikan sebuah kasus. 

Oleh karena itu, pembelajaran berbasis masalah merupakan metode belajar yang dapat membuat siswa mengetahui tujuan dan penerapan belajar lebih luas daripada hanya sekadar memahami lewat teori dan konten.

Referensi:

Camp, G. (2016). Problem-Based Learning: A Paradigm Shift or a Passing Fad? Problem-Based Learning: A Paradigm Shift or a Passing Fad?, 2981. https://doi.org/10.3402/meo.v1i.4282

Curtis, J. (2019). Problem-Based Learning -- Experiencing and understanding the prominence during Medical School: Perspective. Annals of Medicine and Surgery, 47(July), 27--28. https://doi.org/10.1016/j.amsu.2019.09.004

Peterson, M. (1997). Skills to Enhance Problem-based Learning. Medical Education Online, 2(1), 4289. https://doi.org/10.3402/meo.v2i.4289

Redhana, I. W. (2013). Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Peningkatan Keterampilan Pemecahan Masalah dan Berpikir Kritis. Jurnal Pendidikan Dan Pengajaran, 46(1), 76--86.

Seibert, S. A. (2021). Problem-based learning: A strategy to foster generation Z ' s critical thinking and perseverance. Teaching and Learning in Nursing, 16(1), 85--88. https://doi.org/10.1016/j.teln.2020.09.002

Wiznia, D., Korom, R., Marzuk, P., Safdieh, J., & Grafstein, B. (2012). PBL 2.0: Enhancing problem-based learning through increased student participation. Medical Education Online, 17(1). https://doi.org/10.3402/meo.v17i0.17375

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun