Langkah-langkah yang dilalui oleh siswa dalam sebuah proses pembelajaran berbasis masalah, antara lain: (1) menemukan masalah; (2) mendefinisikan masalah; (3) mengumpulkan fakta dengan pendekatan KND (What We Know, What We Need, and What We Do); (4) pembuatan hipotesis; (5) melakukan penelitian; (6) menentukan suatu masalah; (7) memberikan alternatif; dan (8) mengusulkan solusi.
Pada dasarnya, pendidikan di Indonesia sudah mulai menerapkan model pembelajaran berbasis masalah, khususnya dalam perguruan tinggi. Mahasiswa cenderung dibagi ke dalam kelompok kecil untuk merumuskan masalah yang sesuai dengan materi atau topik yang diberikan oleh dosen.Â
Selanjutnya, mahasiswa akan berdiskusi dan bertukar pendapat terkait suatu masalah lalu melakukan penelitian untuk menemukan informasi tambahan dari berbagai sumber untuk memecahkan masalah tersebut.Â
Data dan informasi yang didapatkan kemudian didiskusikan kembali oleh semua anggota kelompok. Setelah itu kelompok akan merumuskan kemungkinan solusi. Dalam proses pelaksanaannya mahasiswa beradu argumen untuk mengemukakan alasan dari solusi yang diberikan sehingga dalam hal ini terjadi proses pembelajaran tutor sebaya.Â
Perumusan solusi ini menuntut kemampuan berkomunikasi, yaitu mengungkapkan gagasan atau ide-ide secara rasional dan sistematis sehingga dapat dipahami dengan mudah oleh orang lain. Dengan demikian pembelajaran berbasis masalah mampu meningkatkan pemahaman belajar dan cara berpikir kritis siswa.Â
Hal ini sejalan dengan temuan penelitian yang dilakukan oleh Redhana (2013) yang melakukan penelitian dengan menerapkan pembelajaran berbasis masalah pada mata kuliah Pengantar Pendidikan. Model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan keterampilan pemecahan masalah dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis mahasiswa (Redhana, 2013).Â
Penelitian lain menunjukan bahwa pembelajaran berbasis masalah terbukti efektif pada mata pelajaran Kimia dan Sains yang mampu meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis mahasiswa (Yuzhi, 2003; Redhana & Ngadiran, 2006; Redhana dan Simamora, 2008).
Adanya penerapan proses pembelajaran berbasis masalah dapat menggeser metode belajar cara lama yang lebih menekankan pada teori karena metode belajar tersebut dimaksudkan memiliki implementasi yang lemah dibandingkan dengan proses pembelajaran berbasis masalah (Camp, 2016).Â
Pembelajaran berbasis masalah yang diterapkan dapat memperbaiki lingkungan belajar yang sebelumnya menjadi lebih baik. Pembelajaran berbasis masalah juga dapat bekerja lebih baik ketika siswa ikut berpartisipasi dan ikut terlibat dalam menyelesaikan sebuah kasus.Â
Oleh karena itu, pembelajaran berbasis masalah merupakan metode belajar yang dapat membuat siswa mengetahui tujuan dan penerapan belajar lebih luas daripada hanya sekadar memahami lewat teori dan konten.
Referensi: