Mohon tunggu...
Vina Margaret
Vina Margaret Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa pejuang S1 Ilmu Komunikasi

Welcome my world

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Rindu Momen Buka Bersama Keluarga Pengalaman Anak Rantau Salah Satu Hal yang Hilang Saat Ramadhan ketika Menjadi Mahasiswa

13 April 2024   17:00 Diperbarui: 13 April 2024   17:10 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seiring dengan pertumbuhan globalisasi dan kemajuan teknologi, fenomena anak rantau semakin umum terjadi di masyarakat kita. Anak-anak yang meninggalkan kampung halaman mereka demi mengejar impian dan memperoleh pendidikan atau pekerjaan sering kali harus merelakan momen-momen berharga bersama keluarga. Salah satu momen yang paling dirindukan adalah saat-saat berbuka puasa bersama keluarga tercinta.

Sebagai anak rantau, saya juga mengalami rasa rindu yang mendalam akan momen berbuka bersama keluarga. Meskipun telah berpisah jauh dari mereka demi mengejar Pendidikan, karier dan impian, kenangan akan momen-momen indah itu tetap menghangatkan hati dan menjadi sumber inspirasi dalam setiap langkah hidup saya.

Ditahun pertama ini , ketika bulan Ramadan tiba, rasa rindu itu semakin menggema di dalam diri saya. Saat melihat teman-teman sebaya bersiap-siap untuk pulang ke kampung halaman mereka setiap jumat sore, sabtu, minggu, dan bersatu kembali dengan keluarga, saya merasa sedih. Namun, saya juga menyadari bahwa keputusan untuk menjadi anak rantau adalah bagian dari perjalanan hidup saya yang harus saya jalani dengan penuh tanggung jawab dan kesadaran walau pun berat.

Meskipun terpisah jarak dan waktu, teknologi telah memberikan kemudahan bagi kami untuk tetap terhubung dengan keluarga di kampung halaman. Setiap kali momen berbuka tiba, saya selalu merasa bahagia dan bersyukur karena bisa berkomunikasi secara langsung melalui video call dengan orang-orang di rumah. Walaupun hanya melalui layar hp, kehangatan dan kebersamaan keluarga tetap terasa begitu nyata walau sedikit setidaknya bisa mengobati rasa rindu.

Namun, meski teknologi telah membantu mengobati rasa rindu, tidak dapat dipungkiri bahwa momen berbuka puasa bersama keluarga secara langsung memiliki nilai yang sangat berbeda. Saya masih teringat dengan jelas aroma masakan khas ibu yang menggoda selera, dan keramaian yang penuh kasih sayang di meja makan.

Saat itu, momen berbuka bukan hanya sekadar mengisi perut setelah seharian menahan lapar dan haus. Lebih dari itu, momen berbuka merupakan waktu yang paling ditunggu-tunggu untuk berkumpul bersama keluarga, berbagi cerita, dan saling menguatkan. Setiap suap makanan terasa begitu istimewa karena dibagikan dengan cinta dan kebersamaan.

Tak hanya itu, momen berbuka puasa juga menjadi ajang untuk mempererat silaturahmi dengan tetangga dan kerabat di sekitar rumah. Setiap kali azan maghrib berkumandang, aroma makanan yang lezat mulai menyebar, dan tetangga-tetangga pun bersiap-siap untuk berkumpul di rumah satu sama lain. Suasana kebersamaan dan keakraban menghiasi setiap sudut rumah, menciptakan kenangan yang tak terlupakan bagi semua yang hadir.

Namun, sebagai anak rantau, saya harus rela melewatkan momen-momen berharga seperti itu demi mengejar impian dan membangun masa depan yang lebih baik dan mengajarkan saya hidup mandiri. Meski demikian, rasa rindu dan kerinduan akan keluarga tetap menghiasi setiap langkah hidup saya, menjadi pendorong dan motivasi dalam setiap usaha dan perjuangan yang saya lakukan.

Dibalik rasa rindu dan kerinduan itu, tersembunyi juga rasa syukur dan kebahagiaan atas kesempatan yang diberikan Tuhan kepada saya untuk meraih impian dan cita-cita. Meskipun harus menjalani kehidupan sebagai anak rantau yang jauh dari keluarga, saya percaya bahwa setiap cobaan dan rintangan yang saya hadapi akan menjadi bekal berharga dalam membangun kepribadian dan karakter yang tangguh.

Bagi saya, momen berbuka puasa bukan hanya sekadar ritual ibadah, tetapi juga merupakan sarana untuk mengenang dan merindukan kebersamaan dengan keluarga tercinta. Meskipun terpisah jarak dan waktu, cinta dan kasih sayang keluarga tetap hadir dalam setiap suapan makanan yang saya nikmati, menghangatkan hati dan menyatukan jiwa di tengah-tengah kesibukan dan kepenatan kehidupan.

Seiring berjalannya waktu, saya menyadari bahwa rindu dan kerinduan akan momen berbuka bersama keluarga adalah bagian tak terpisahkan dari perjalanan hidup seorang anak rantau. Meskipun harus berpisah jauh dari keluarga, saya tetap berusaha menjaga hubungan dan silaturahmi dengan mereka, serta memanfaatkan setiap kesempatan yang ada untuk berkumpul dan bersama-sama menikmati momen-momen berharga dalam hidup.

Dengan demikian, meskipun rindu dan kerinduan akan momen berbuka puasa bersama keluarga tetap menghantui setiap langkah hidup saya sebagai anak rantau, namun saya percaya bahwa setiap cobaan dan rintangan itu akan menjadi bekal berharga dalam membangun kepribadian dan karakter yang tangguh serta menguatkan ikatan batin dengan keluarga tercinta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun