Mohon tunggu...
Vina juliani
Vina juliani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa keperawatan

Vina, 19 yo, mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Peran Perawat dalam Menurunkan Tingkat Kecemasan Pasien Covid-19

21 Januari 2021   09:35 Diperbarui: 21 Januari 2021   09:57 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Kasus covid-19yang terjadi di Indonesia sampai saat ini masih tinggi, terbukti dari kenaikan kasus yang bertambah setiap harinya. Kasus ini bukan saja menimbulkan dampak yang negatif bagi fisik, melainkan juga berdampak pada kesehatan psikologis setiap lapisan masyarakat. Dampak psikologis yang biasa muncul dari kejadian ini adalah kecemasan, stres, bahkan depresi (WHO, 2020).

Kecemasaan adalah suatu perasaan ketidaknyamanan yang tidak di ketahui penyebabnya, namun disertai suatu respon tertentu sebagai sinyal peringatan terhadap bahaya (NANDA, 2015). Perasaan cemas ini banyak di rasakan oleh masyarakat indonesia, khususnya para pasien yang telah di diagnosa postif covid-19. 

Gejala parah seperti sesak napas, dada terasa berat dan demam tinggi, membuat pasien merasa tidak nyaman. Pasien merasa bahwa dirinya sedang dalam bahaya, yaitu kematian sudah berada di depannya, ditambah lagi kabar berita yang menunjukan angka kematian pasien covid bertambah setiap harinya. Hal itulah yang menjadi salah satu faktor penyebab rasa kecemasan itu muncul. Jika kecemasan ini tidak segara ditangani maka akan memperburuk proses penyembuhan pasien.

Perawat merupakan salah satu orang terdekat yang dimiliki pasien covid saat ini. Perawatlah yang akan menemani pasien selama 24 jam dan yang selalu bersama dengan pasien. Dalam menjalankan tugasnya, perawat dituntut untuk melakukan tugas secara profesional. Selain menemani pasien, perawat juga berperan penting dalam kesembuhan, mulai dari memberikan asuhan keperawatan dengan tetap melakukan protokol kesehatan, sampai terkadang menjadi teman curhat para pasien yang dirawat.

Sikap awal atau respon pertama yang dirasakan oleh orang yang  terkena covid biasanya dapat berupa ketakutan, kecemasan, dan panik terhadap penyakitnya.  Pasien biasanya akan merasa shock, was-was karena takut menularkan ke orang-orang yang mereka sayangi. Pasien juga sudah merasa dirinya tidak berdaya lagi, tidak ada lagi harapan untuk sembuh serta menyadari bahwa akan adanya kematian tubuh yang membuat pasien merasa tambah cemas (Swartz, 1995).

Kecemasan yang timbul pada pasien biasanya disebabkan oleh beberapa faktor, baik dari dalam maupun dari luar. Kecemasan itu muncul ketika pasien merasa dirinya terisolasi dan jauh dari keluarga. Padahal biasanya budaya di Indonesia ini jika ada keluarga yang sakit pasti ada keluarga lainnya yang menemani dan membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, namun pada saat pandemi ini semua berubah, pasien tidak dapat didampingi keluarga, dan juga tidak dapat dikunjungi oleh rekan-rekannya. 

Penyebaran virus yang semakin hari semakin bertambah, juga membuat pasien bertambah cemas, salah satu alasannya karena takut dan belum siap untuk menghadapi kematian. Pasien yang mengalami covid juga merasa dirinya dijauhi oleh orang-orang terdekat. Kasus covid-19 ini memang sangat ditakuti, karena penyakit ini adalah penyakit yang menular dan menyebabkan kematian, sehingga munculah stigma-stigma yang membuat orang yang terkena covid atau seseorang yang telah berhubungan dengan covid akan di jauhi oleh orang-orang di sekelilingnya (Kementerian Kesehatan RI, 2020).

Kurangnya pengetahuan tentang penyebaran dan perjalanan penyakit juga menimbulkan rasa kecemasan tersendiri, dikarenakan virus ini masih baru walaupun vaksinnya sudah ada, namun obatnya belum dapat ditemukan hingga sekarang. Hal ini lah yang membuat pasien merasa cemas dan berpikir bahwa covid ini tidak dapat disembuhkan. Padahal jika pasien terus memikirkan kematian dan tidak memiliki pengharapan akan kesembuhan, dapat membuat para pasien menjadi menyerah dan putus asa, sehingga membuat pasien tidak memiliki motivasi untuk sembuh.

Kasus covid-19 ini juga menimbulkan tingkat kecemasan yang bervariasi pada setiap pasien, karena kecemasan merupakan hal yang subjektif yang dapat dipengaruhi oleh usia, pengalaman dan rasa yang dialaminya (Kaplan & Sadock,1997). Apalagi pada pasien yang harus melakukan perawatan dirumah sakit. 

Kecemasan ini membuat adanya perubahan pada frekuensi pernafasan, peningkatan denyut nadi, dan tekanan darah. Beberapa hasil riset juga mengatakan bahwa, ketakutan dan kecemasan yang dialami para pasien sangat tinggi dan membuat pola tidur pasien terganggu. Jika hal ini terus dibiarkan maka akan menyebabkan penurunan tingkat kekebalan pasien yang dimana hal tersebut dapat menyebabkan kondisi pasien semakin menurun.

Sebagai tenaga medis yang langsung berhadapan dengan pasien, kita harus melihat secara holistik keadaan pasien, tidak hanya memikirkan kesehatan biologisnya saja melainkan dapat memandang secara luas bio-psikososial dan spiritualnya. Kita harus tahu bahwa pasien tidak hanya membutuhkan perawatan medis saja, namun pasien juga membutuhkan perhatian serta dukungan terhadap kesehatan psikologis dan spiritualnya. 

Walaupun rasa kecemasan yang muncul pada orang yang mengalami penyakit adalah respon yang biasa, kita sebagai perawat tidak boleh memandang hal itu menjadi hal biasa. Kita harus mendukung dan berkontribusi untuk mengembalikan kesehatan psikologisnya. 

beberapa hal yang perawat dapat lakukan untuk dapat menurunkan tingkat kecemasan pasien berdasarkan beberapa faktor yang ada diatas, yaitu:

  • Meningkatkan komunikasi terapeutik bersama pasien, hal ini membuat pasien jadi merasa dihargai, dihormati, dan tidak merasa sendiri. Perawat juga dapat menjelaskan dan memberikan pengertian atas penyakit yang dialami pasien, dengan begini pasien jadi dapat mengerti dan menerima penyakit yang telah dialaminya, hal ini sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa komunikasi terapeutik mampu membuat pasien memahami sakitnya (stewart, 1997). Selain itu komunikasi terapeutik di yakini bahwa dapat menurunkan tingkat kecemasan pada seseorang (Mulyani, 2008).
  • Memberikan motivasi emosional seperti memperlihatkan sifat empati  dan memberikan perhatian dalam pemberian layanan. Dampak perilaku caring yang kita lakukan kepada pasien dapat meningkatkan hubungan saling percaya, meningkatkan penyembuhan fisik, keamanan, dan juga dapat memberikan perasaan yang lebih nyaman (Watson,2012). Jika pasien sudah dapat merasa lebih nyaman dan mengerti akan penyakitnya maka ia akan memiliki motivasi dalam dirinya untuk sembuh.
  • Berikan motivasi atau dorongan untuk dapat bertahan dan melawan penyakit yang dideritanya. Motivasi yang perawat dapat lakukan adalah menganjurkan pasien untuk meminum obat atau vitamin secara teratur, mengajarkan teknik relaksasi otot progresif yang dimana relaksasi ini diyakini dapat membebaskan tingkat kecemasan pada pasien (jacobsen,1938). Selain itu relaksasi otot progresif mampu meningkatkan kualitas tidur pasien pada kasus gangguan pernafasan.
  • Berikan dukungan spiritual, seperti mengingatkan makna hidup, mendoakan pasien, mengajak pasien untuk berdoa, mengingatkan pasien untuk dapat berserah kepada Tuhan, serta meminta kesembuhan dan yakin atas kesembuhannya. Dukungan spiritual seperti contoh sebelumnya, dapat membuat pasien menerima dirinya. Selain itu, dukungan spiritual juga dapat meringankan kondisi psikologis seperti takut, syok, putus asa, marah, cemas, dan depresi. Jika pasien memiliki kekuatan spritual yang rendah dapat menimbulkan permasalahan psikologis di bidang kesehatan (Hamid,2008). Maka dari itu perawat harus bisa membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan spiritualnya agar dapat menangani masalah psikologisnya.

Cara-cara diatas dapat di lakukan oleh perawat untuk dapat menurunkan rasa kecemasan pada pasien, namun harus tetap menaati protokol kesehatan yang ada. Jika pasien sudah dapat menerima keadaanya serta telah menurun kecemasannya, hal itu dapat memotivasi pasien untuk dapat sembuh dan mau untuk bekerjasama dengan perawat melakukan asuhan keperawatan. Yang bertujuan untuk menggapai kesembuhan dan keselamatannya. Peran perawat bukan saja sebagai pemberi asuhan  namun juga dapat menciptakan kesehatan dan keselamatan yang optimal kepada pasien dengan cara memenuhi kebutuhan pasiennya secara holistik.

Kesimpulan:

Sebagai perawat kita harus mampu melihat keadaan pasien bukan saja dari sisi biologisnya saja, melainkan dapat melihat secara luas mengenai bio-psikososial dan spiritual pasien, agar kita dapat memenuhi segala aspek yang diinginkan pasien. Kesehatan psikologis ini sangat penting untuk dapat mendukung kesehatan pasien dimasa pandemi ini, karena pasien bukan saja menderita secara fisik namun juga psikologinya, pasien merasakan gejala-gejala penyakit dan juga merasa tertekan dan cemas atas penyakit yang dideritanya. Maka dari itu perawat harus memandang pasien secara holistik, agar dapat memenuhi kebutuhan pasien secara luas.

Saran:

Saya menyarankan agar di fasilitas kesehatan yang menangani pasien Covid, dapat melakukan pengecekan pada psikologis pasien yang mengalami Covid, serta dapat menyediakan orang-orang yang profesional untuk dapat menangani rasa kecemasan yang tinggi pada pasien.

Sumber 

Anggriani Utama, T., Sukmawati, S., & Dianty, F. E. (2020). Pengalaman Perawat Dalam Memberikan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi Covid-19. Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia, 1(2).

Azari, A. A. (2020). Pengalaman Psikologis Ketidakberdayaan Post COVID-19 di Jember (Studi Kasus). MEDICAL JURNAL OF AL QODIRI, 7(2), 7-7.

Hamid, A. Y. (2008). Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Jannah, A. R., Jatimi, A., Heru, M. J. A., Munir, Z., & Rahman, H. F. (2020). Kecemasan Pasien COVID-19: A Systematic Review. Jurnal Penelitian Kesehatan” SUARA FORIKES”(Journal of Health Research” Forikes Voice”), 11, 33-37.

 Watson, J. 2012. Theory of Human Caring, Danish Clinical Nursing Journal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun