Belum lagi jika produk asal Israel atau Amerika Serikat ini belum mampu digantikan produknya oleh perusahaan lain, karena memang belum ada perusahaan yang mampu membuatnya, seperti perusahaan yang bergerak dalam bidang teknologi keamanan, teknologi pertanian hingga medis.
Oleh karenanya, dalam Gerakan boykot ini diperlukan pemikiran kritis dan hati-hati agar keputusan ini tidak berbalik terhadap diri kita sendiri. Boykot dapat dilakukan dari sektor non esensial. Misalnya beralih penggunaan produk makanan dan kosmetik dari produk impor ke produk lokal. Meskipun peralihan produk ini tidak dapat dilakukan secara sekaligus, namun diharapkan upaya kecil dan terus menerus ini dapat menambah tekanan kepada perekonomian Israel dan berujung pada keputusan genjatan senjata.
Dalam dinamika dunia yang saling terhubung, memutuskan kebijakan formal maupun keputusan non-formal seperti boykot memang cukup rumit. Masalahnya, keputusan apapun yang diambil, meskipun diarahkan kepada negara lain, akan berdampak juga kepada pembuat keputusan itu sendiri. Karena satu negara sudah bergantung satu sama lain dalam berbagai sektor. Sehingga, tarik menarik kepentingan pun tidak dapat dihindarkan.
Meskipun begitu, yang penting untuk diperhatikan adalah menentukan berbagai pertimbangan dan skenario dalam setiap keputusan yang akan diambil. Misalnya apa dampak yang akan terjadi jika kita memutuskan A dan apa yang akan terjadi jika kita memutuskan B. Semoga apapun yang menjadi keputusan kita untuk membantu dan mendukung Palestina, dapat dirasakan dampaknya bagi kemerdekaan rakyat Palestina.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H