"Begini to rasanya kerja, sudah 2 jam baru ada satu orang yang beli. Aku kasih banyak-banyak aja supaya aku gak berat gendongnya," pikir mba katmi.
Mba katmi lalu memberikan jamu dan gula yang banyak kepada setiap pembeli. Tujuannya bukan lagi hanya untuk mendapatkan uang, tapi bagaimana supaya jamunya cepat habis dan ia bisa cepat pulang. Selain itu, ia juga ingin supaya beban di pundaknya terasa ringan.
Waktu terus berjalan, tak terasa sudah sebulan mba katmi menjalani pekerjaannya sebagai penjual jamu gendong. Tanpa ia sadari jamu-jamu porsi banyak yang ia berikan ke pembelinya berbuah manis.
Para pembeli perlahan mulai mengenal mba katmi sebagai penjual jamu porsi gentong. Tak disangka, ternyata niat awal mba katmi menjual karena malas angkat gendongan jamu, berubah menjadi strategi marketing.
Masyarakat pun mulai saat itu saling memberitahu dari mulut ke mulut dan merekomendasikan jamu mba katmi untuk dibeli.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H