Mohon tunggu...
Vina Fitrotun Nisa
Vina Fitrotun Nisa Mohon Tunggu... Penulis - partime journalist

Senang bercerita

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pengalaman Mengobati Anak yang Terkena Bronco Pneumonia

22 Juni 2022   21:01 Diperbarui: 22 Juni 2022   21:05 4972
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.alodokter.com/mengenal-bronkopneumonia-dan-penyebab-yang-mendasarinya

Siang itu saat saya dan kedua anak saya sedang duduk siang sambil membaca buku, tiba-tiba anak perempuan bungsu saya wajahnya membiru. Mendengar suara anak yang terdengar seperti kesulitan nafas saya langsung melihat ke arahnya. Wajahnya agak membiru dan perlahan badannya mengajami kejang.

Saya yang saat itu baru pertama kalinya melihat anak yang kejang langsung panik dan bingung harus berbuat apa. Akhirnya tanpa pikir panjang, segera saya gendong anak saya dan minta antar adik ipar untuk pergi ke IGD Rumah Sakit terdekat.

Di perjalanan menuju rumah sakit, anak saya sudah tidak kejang lagi. Saat itu, jika dihitung waktu mungkin dia mengalami kejang hanya dapam hitungan detik. Tapi panik yang saya rasakan rasanya masih terngiang sampai sekarang.

Sebelum tersetus kejang, sebetulnya anak saya sudah memberikan beberapa pertanda. Kejadian itu seingat saya terjadi di puluk 10 pagi. Sementara itu, saya sudah merasakan badan anak saya hangat sejak pukul 7 pagi. Sebelumnya, anak saya yang saat itu berusia 1,5 tahun pun sudah menunjukan pertanda berupa pilek dalam waktu yang lama. hingga akhirnya saat dia masuk ke IGD saya meminta doktek yang memeriksa untuk melakukan rontgen.

Saat melihat wajah anak saya membiru, awalnya saya malah mengira dia menelan sesuatu diluar pengetahuan saya. Setelah di cek di bagian tenggorokan dan dikuatkan dengan hasil rontgen alhamdulillah tidak ada barang atau mainan yang dimakan olehnya. Namun, bertapa terkejutnya saya ketika melihat hasil rontgen yang berbunyi "Kesan: Bronco Pneumonia".

Saat membaca hasil rontgen pastinya saya banyak mencari istilah tersebut di Google dan Youtube. Untungnya saat itu ada tetangga yang dalam waktu dekat mengalami hal serupa dengan anak saya. Akhirnya saya bertanya dan berdiskusi dengannya perihal pengobatan yang dia lakukan.

Setelah berdiskusi dengan tetangga hal pertama yang saya putuskan adalah mencari dokter anak yang enak di ajak bicara dan konsultasi, serta berpengalaman dalam mengatasi anak. Setelah menjelajah ke 3 dokter spesialis anak di Depok, pilihan saya jatuh ke DSA Dessi di Rumah Sakit Bunda Depok.

Saat berkonsultasi dengan dokter tersebut, saya menyimpulkan memang Dokter Desi adalah dokter yang ramah dan to the poin. Mungkin karena dia sudah berpuluh-puluh tahun mengatasi masalah anak. Saat itu dokter Desi menyarankan beberapa pengobatan dan imunisasi. Dalam hal pengobatan, beliau memberikan resep dan anjuran agar anak saya rutin melakukan uap. Beliau juga menganjurkan agar anak saya rutih di jemur. Setelah itu belian juga menyarankan agar anak saya diberikan imuniasi influenza.

Ringan diucapkan tetapi sulit dilakukan. Salah satu kendala yang saya hadapi sata berobat waktu itu adalah kuranngnya tenaga. Saya saat itu rasanya berjuang sendiri untuk kesembuhan anak. Karena anak saya yang pertama pun masih kecil pada waktu itu. Sementara kondisi anak yg sedang diuap ini tidak bisa dikerjakan oleh sendiri. Karena, pada umumnya saat anak diuap seringkali mereka melakukan penolakan.

Saat itu akhirnya saya pun meminta bantuan bapak saya yang sudah tidak bekerja untuk membantu menjaga anak pertama saya. Disamping bantuan medis mungkin ada doa dan berkah orangtua juga. Bapak saya memang sangat naturalis, bagi sebagian orang berjemur dan berlama-lama di bawah sinar matahari mungkin di anggap sebagai beban. Tetapi tidak demikian dengannya. Anak saya yang dianjurkan untuk terus dijemur saat itu sangat senang jika berjemur bersama kakeknya. Disamping itu, karena anak usia 1,5 tahun belum bisa mengeluarkan dahak, bapak saya rutin menyedot ingusnya dengan mulutnya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun