Kita harus bersyukur, Covid-19 hadir ditengah kemajuan teknologi informasi. Meskipun Beberapa kebijakan berdampak terhadap pelambatan ekonomi, namun aktivitas bisnis masih dapat dilakukan dari rumah.Â
Bayangkan jika Covid-19 muncul di awal abad ke-19, mungkin separuh dari penduduk dunia sudah sirna. Kecanggihan teknologi informasi harus diakui telah memberikan kontribusi besar dalam memutus rantai penyebaran virus ini.Â
Bagaimana tidak, Pemerintah dapat dengan mudah dan sistematis mengedukasi masyarakat dan  memberi himbauan terkait hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilaksanakan selama pandemic ini
Teknologi informasi saat ini  tidak hanya dimanfaatkan oleh pemerintah dan perusahaan besar saja. Faktanya masyarakat dan UMKM pun  menggunakannya untuk menambah penghasilan.Â
Hal tersebut dapat disebabkan oleh tingginya minat masyarakat dalam berbelanja online, seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Think with google (2015) mengungkapkan bahwa sebanyak 7,4 juta masyarakat Indonesia berbelanja online.Â
Selain itu besaran transaksi online di Indonesia mencapai 3,6 miliar US$. Data tersebut setidaknya dapat dijadikan dua indicator. Pertama pertumbuhan ekonomi kedua melek teknologi
 Sebagai negara berpenduduk tertinggi ke-4 di dunia dan dengan keadaan ekonomi yang sedang tumbuh pesat, mungkin dapat kita bayangkan bagaimana pencemaran udara yang dihasilkan dari  aktivtas industri di berbagai sektor, untuk memenuhi kebutuhan hidup ratusan juta penduduk di Indonesia.Â
Jakarta sebagai pusat aktivitas bisnis dan Ibukota, Tak heran jika  menempati peringkat ke-10 sebagai the most polluted capital city setelah Beijing dan Abu Dhabi  menurut IQAirvisual pada tahun 2018.
Kemajuan ekonomi yang berdampak terhadap kesejahteraan nampaknya menyebabkan masalah lingkungan yang memprihatinkan. Keadaan tersebut sebenarnya sudah terjadi dalam jangka panjang dan masif di seluruh dunia, keadaan itu pula yang menyebabkan digagsnya konsep global warming.Â
Pemanasan global sebenarnya adalah akumulasi dari pencemaran-pencemaran yang dilakukan oleh manusia, baik berupa air, tanah dan udara.Â
Hal tersebut jika terus terjadi sampai ribuan tahun barangkali dapat menjadi ancaman bagi eksistensi manusia, Â Karena akan berimplikasi terhadap kontinyuitas kehidupan di muka bumi