Mohon tunggu...
Vina Fitrotun Nisa
Vina Fitrotun Nisa Mohon Tunggu... Penulis - partime journalist

Senang bercerita

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mewujudkan Kemandirian Pangan di Tengah Pandemi Corona

6 April 2020   08:09 Diperbarui: 6 April 2020   08:05 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat gangguan listrik terjadi di rumah, kita mungkin punya banyak pilihan untuk bersikap, namun tetap solusinya hanya dua. Menelpon dan mengeluh kepada PLN atau mencari alternatif penerangan lain. 

sama seperti keadaan tersebut, pandemi corona sedikit banyak akan menguras emosi, tenaga dan pikiran semua pihak di Indonesia, namun imbas langsung yang akan terjadi adalah krisis pangan, apalagi dengan dibatasinya pelayaran barang dari dan ke cina serta ke berbagai negara lain akan berdampak langsung karena Indonesia banyak bergantung kepada negara lain khususnya dalam penyediaan pangan.

kita ambil contoh saja pada tahun 2018 total impor beras yang dilakukan oleh pemerintah adalah sebanyak 2,25 juta ton (BPS, 2018). Sama seperti masalah diatas, kita hanya memiliki dua pilihan untuk menyikapinya pertama kita bisa mengeluh dan menyampaikan kritik atau masukan kepada pemerintah kedua kita mencari solusi yaitu dengan menggalakan kemandirian pangan.

Menyediakan stok makanan dalam skala besar bukanlah perkara mudah,dengan jumlah penduduk yang tinggi dan terus mengalami pertumbuhan Indonesia harus mampu menyediakan ketersediaan pangan yang berkelanjutan bagi seluruh warga negaranya. 

Dengan fakta negara kepualauan sebenarnya membawa kesulitan sendiri bagi kita. Masalahnya tak semua pulau dapat mudah diakses dengan hanya menggunakan kapal saja, terbatasnya infrastruktur kerapkali membuat biaya distribusi makanan dan logistik menjadi tinggi. 

Selain itu ditengah transisis menjadi negara industri, nyatanya sektor pertanian di Indonesia nampak kurang terperhatikan. Meskipun sektor ini menjadi penyumbang tertinggi ketiga PDB (BPS, 2018) dan menyerap hampir 50 juta tenaga kerja (CPIS, 2017) namun nasib petaninya masih memprihatinkan.

Indonesia sebenarnya memiliki potensi yang sangat besar untuk mengembangkan usaha pertanian, potensi alamiah tersebut dapat dilihat dari keanekaragaman hayati yang kita miliki. 

Namun sayangnya dalam meskipun ditunjang dengan kelebihan alam Indonesia masih menjadi negara importir dalam menyediakan pangan. Artinya Indonesia belum berdaulat secara pangan atau dengan kata lain belum mampu memenuhi kebutuhan pangannnya sendiri. 

Ditengah mewabahnya virus corona yang berpengaruh terhadap pasar Internasional juga berimbas ke pasar tanah air. Kelangkaan pangan harus segera diantisipasi. karena jika kondisi pangan menjadi langka akibat dari mewabahnya virus ini dikhawatirkan akan terjadi kondisi-kondisi yang lebih memprihatinkan seperti kelaparan dan gizi buruk.

Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan membuat inisiatif dan gerakan kepeloporan. Masyarakat dapat secara mandiri memanfaatkan pekarangan rumahnya untuk menanam makanan pokok atau umbi-umbian. namun jika pekarangan yang dimiliki sempit dan terbatas, kita dapat melakukan inovasi pertanian dengan cara menanam tanaman melalui perantara air atau hidroponik. 

Menanam tanaman ini tidak terlalu membutuhkan ruangan yang besar dan waktu yang lama. Selain membuat inisiatif pribadi untuk mewujudkan kemandirian pangan masyarakat dapat membuat komunitas atau mendirikan desa mandiri pangan. Tujuannya adalah untuk menekan pengeluaran dan mengurangi ketergantungan terhadap pangan impor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun