Mohon tunggu...
Pendidikan

Komunikasi Terapeutik sebagai Solusi Pecahkan Masalah Pasca Ujian Nasional

9 April 2019   18:14 Diperbarui: 9 April 2019   21:00 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bulan April 2019 adalah bulan penentuan masa depan siswa SMA maupun MA, dimana mereka akan melaksanakan Ujian Nasional. Tentunya para siswa sudah menyiapkan diri dalam menghadapi Ujian Nasional yang akan dilaksanakan pada tanggal 1sampai 8 April 2019. 

Di antara mereka banyak yang fokus belajar, lebih fokus berdoa dengan diselingi perasaan gelisah, adapun yang menyiapkan kertas contekan bahkan menyiapkan uang untuk membeli kunci jawaban. Namun, ada juga diantara mereka yang hanya berpasrah dalam mengerjakan Ujian.

Hal -- hal diatas adalah bentuk apresiasi mereka dalam persiapan Ujian Nasional. Dari gambaran diatas, dapat dilihat bahwa Ujian Nasional memiliki arti penting dalam kehidupan masa SMA ataupun MA bagi beberapa pelajar. 

Di mana Ujian akhir ini menjadi penentu mereka apakah bisa melanjutkan ke perguruan tinggi negeri yang mereka inginkan atau tidak.  Seperti yang kita tahu, untuk masuk ke perguruan tinggi ada beberapa jalur diantaranya jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN), jalur mandiri, ataupun jalur prestasi. Untuk diterima dalam seleksi tersebut tentunya mereka perjuang keras dalam mengerjakan soal ujian dan berharap bahwa jawaban yang mereka pikirkan benar sehingga mendapat hasil akhir yang memuaskan.

Namun, beberapa hari ini di media sosial ramai oleh cuitan pelajar SMA, pasalnya pada saat ujian mata pelajaran Matematika berbasis komputer, kabarnya ujian tersebut tidak masuk di akal mereka sehingga akun media sosial Kemdikbud banjir dengan komentar yang berisi keluhan para pelajar. Namun, beberapa cuitan tersebut malah membuat pembaca salah fokus dan tidak kebayang seberapa sulitnya soal ujian tersebut.

meme-comik-indonesia-1-bvvuldagrqi-5caca4743ba7f720c4074c42.jpg
meme-comik-indonesia-1-bvvuldagrqi-5caca4743ba7f720c4074c42.jpg
meme-comik-indonesia-3-bvvuldagrqi-5caca470cc52837259306502.jpg
meme-comik-indonesia-3-bvvuldagrqi-5caca470cc52837259306502.jpg
meme-comik-indonesia-2-bvvuldagrqi-5caca4963ba7f728f353d862.jpg
meme-comik-indonesia-2-bvvuldagrqi-5caca4963ba7f728f353d862.jpg
meme-comik-indonesia-4-bvvuldagrqi-5caca492cc528306616fd002.jpg
meme-comik-indonesia-4-bvvuldagrqi-5caca492cc528306616fd002.jpg
Nah, dari celotehan siswa diatas, menyimpulkan bahwa soal yang diujikan memang menguras otak dan pikiran. Banyak para siswa yang hanya berpasrah dengan hasil yang mereka capai, dan bingung sekaligus gelisah apakah dapat diterima di perguruan tinggi yang mereka impikan. 

Beberapa siswa ada yang bingung memilih kampus, memilih jurusan, dan bingung ingin melanjutkan kuliah atau kerja. Di antara mereka ada yang berkonsultasi kepada orang tua, guru bk, wali kelas, dan teman.

Pada saat menjelang dibukanya pendaftaran perguruan tinggi, peran guru bk sangat dibutuhkan. Banyak siswa kelas 12 yang sering keluar masuk ruang bk guna untuk berkonsultasi tentang pemilihan sekolah lanjutan. Bahkan, dari mereka ada yang merasa stress dan depresi karena takut tidak dapat melanjutkan pendidikan mereka. Pada saat berkonsultasi, tentunya dibutuhkan komunikasi teraputik yang baik. Sebelumnya apa itu komunikasi terapeutik?

Menurut Stuart GW(1998) mengatakan bahwa komunikasi terapeutik ialah suatu hubungan interpersonal antara perawat/konselor dengan pasien/klien dalam memperbaiki klien. 

Dalam hubungan ini, perawat/konselor dan pasien/klien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memeprbaiki pengalaman emosi pasien/klien. Jadi ada dua ruang lingkup dalam komunikasi terapeutik, yaitu di dunia kesehatan yang pelakunya adalah perawat dengan pasien, sedangkan di dunia psikologi pelakunya adalah konselor dan klien.

Pada bidang pendidikan, konselor yang dimaksud adalah guru bk sedangkan kliennya adalah siswa. Komunikasi yang dimaksud adalah interaksi yang dilakukan guru bk dengan siswa mengenai masalah yang dihadapi yaitu tentang pemilihan sekolah lanjutan. 

Dalam menyelesaikan masalah ini, Guru bk dapat mengarahkan melalui minat dan bakat siswa, guru bk juga harus melihat potensi yang dimiliki siswanya agar dia tidak terjun ke dunia yang salah.

encrypted-tbn0.gstatic.com
encrypted-tbn0.gstatic.com
Pertama, guru bk dapat mendapatkan informasi dengan cara berkomunikasi non tes. Maksudnya adalah menanyakan secara langsung atau face to face tentang minat dan bakat yang dimiliki siswa. Dengan ini, guru bk dapat mengetahui mana jurusan yang cocok untuk diambil.Kedua, dengan cara komunikasi tes, misalnya memberikan l tes berupa menjawab soal. Tes ini membantu guru bk untuk mengetahui lebih detail tentang keampuan dan keahlian yang dimiliki oleh siswa.

Banyak sekali manfaat komunikasi terapetik. Antara lain, merekatkan hubungan antara konselor dengan klien, membantu klien mengurangi beban perasaan pikirannya, membantu klien dalam mengambil tindakan, dan masih banyak lagi. Nah, dengan adanya guru bk sebagai konselor, diharapkan dapat membantu menyelesaikan masalah siswa dalam hal pemilihan jurusan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun