Berkenaan dengan itulah, secara jelas al-Maragiy menyatakan bahwa, dalam ayat tersebut terdapat pengagungan terhadap seorang anak perempuan yang baru lahir ke dunia ini, dan dimuliakan kedudukannya, sekaligus ayat ini membantah bahwa perempuan derajatnya lebih rendah daripada laki-laki. Atau dengan kata lain bahwa, bagi istri Imran bayi laki-laki yang ia harapkan dan minta, tidak seperti anak perempuan yang dilahirkannya.Â
Bahkan anak perempuan ini, Maryam, lebih unggul dan lebih dapat diandalkan daripada lakilaki yang diharapkannya. Di samping Maryam, Al-Qur'an juga menceritakan perempuan yang memiliki prestasi yang tiada taranya seperti figur ratu Balqis yang memimpin kerajaan superpower ('arsyun azhim). Juga dalam Al-Qur'an disebutkan figur perempuan yang ulet mengelola peternakan dalam kisah Nabi Musa di Madyan.Â
Bahkan Al-Qur'an mengizinkan kaum perempuan untuk melakukan gerakan "oposisi" terhadap segala bentuk sistem yang bersifat tirani demi tegaknya kebenaran. Demikianlah fakta-fakta, dan kenyataan yang disebutkan Al-Qur'an, dan memang tidak terbantahkan bahwa kaum perempuan memiliki peluang besar untuk lebih maju, berhasil, dan berdayaguna sebagaimana halnya kaum laki-laki.
Jadi pada dasarnya, ajaran Al-Qur'an memberikan kebebasan yang begitu besar kepada perempuan, sehingga tidaklah mengherankan jika pada masa Nabi saw, atau saat Al-Qur'an diturunkan, ditemukan sejumlah kaum perempuan yang memiliki kemampuan dan prestasi yang cemerlang seperti yang dimiliki kaum laki-laki.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI