Sempat kaget, karena tanah yang aku pijak sekarang berbeda dengan di Jawa sana. Coklat atau merah bata tapi ini pasir putih, Pantai pikirku, ternyata bukan.Â
Hidup di Kota Cantik Palangka Raya memang bukan hal pertama untuk saya, sebelumnya saya OJT disini, kata pertama untuk Kota ini adalah "ngaheab", sangat berbeda dengan Kota Asal saya. Suhu yang mencapai 30-350C memang sangat menyengat kulit dan membuat keringat bercucuran, namun hal tersebut seakan terlupakan saat melihat langit biru Kota Cantik ini.Â
Terlihat tiang-tiang PJU (Penerangan Jalan Umum) yang dibuat cantik (ketika malam), pepohonan yang rindang, hampir tidak ada pedagang kaki lima dibahu jalan, dan lagi jalanan yang tertata rapi dan hampir tidak ada macet seperti Kota-kota besar dibeberapa pulau, itu adalah pemandangan indah dan damai setiap kali membelah jalanan kota yang mayoritas penduduknya adalah Suku Dayak ini.
Setelah 4 bulan berada dikota ini sebagai pegawai abdi masyarakat dengan gigih Kerja Nyata Terangi Negeri. Semua berjalan lancar, berawal dari melayani perluasan jaringan listrik untuk perumahan, penyerapan Anggaran Investasi, mendongkrak kinerja ke arah K1, menyusun RKAP, menekan hari pelayanan, dan mengecilkan umur piutang sudah sangat akrab ditelinga saya.Â
Bimbingan dari atasan tanpa spv saat itu membuat saya banyak ingin mencari tau, ditambah lagi ketika posisi spv sudah terisi dan Manajer Area terganti. Kegiatan demi kegiatan saya jalani dan saya sudah dapat menikmati kedamaian dan ketenangannya, namun semua berubah saat Negara Api menyerang pada penghujung Bulan Agustus 2015.
Kantor-kantor kota, jalan-jalan besar dan area kantor dilewati oleh lapisan tipis, seperti kabut, tentu bukan titik embun yang biasa kita lihat pegunungan, namun kabar dari masyarakat sekitar, ini adalah awal dari musim kabut asap. Terdengar iba dengan Kota cantik ini yang setiap tahunnya selalu dikunjungi asap tebal, termasuk Kantor PT PLN (Persero) Area Palangka Raya, Rayon Palangka Raya Timur, Barat, Kasongan, Sampit, Kuala Kurun, Pangkalan Bun, Sukamara, Nanga Bulik, yang tidak di lewati asap hanya Rayon Kuala Pembuang, karena berlokasi didaerah Pantai Bakau, sehingga angin dari laut jawa memabawa asap tebal ke arah tengah dari pesisir pantai.
Kegiatan dalam keadaan berasap dirasa kurang efektif, namun hal tersebut bukan menjadi alasan, perlu pendekatan secara kekeluargaan dengan petugas pemutusan dan pembongkaran. Seluruh pegawai optimis bahwa seribu pelanggan yang menunggak lebih dari 3 bulan akan nihil diakhir tahun.Â
Dengan bekal bahwa "tunggakan atau penundaan pembayaran rekening yang merupakan pendapatan PLN adalah hal yang terpenting untuk mempertahankan operasional yang dilaksanakan, dimana seluruh kompenen biaya operasi daru pembangkit hingga ke pelayanan pelanggan menggunakan pendapatan tersebut..." Kata Bapak Manajer ketika ada pelanggan yang menunda pembayaran listrik. Dampak positifnya adalah, kita menyampaikan TUL VI-01/VI-03 kepada pelanggan adalah mengingatkan kepada pelanggan atas kewajiban yang harus bisa dipertanggungjawabkan.
Sosok Manajer yang membengkas dan larut dalam kebersamaan di musim asap ini, beliau kembali menantang kita untuk membuat 100% prabayar pada Rayon kecil yang ada di Area Palangka Raya. Tak cukup dilakukan oleh rayon, saya beserta rekan-rekan pegawai di Area Palangka Raya ikut turun untuk mensosialisasikan "Listrik Pintar" dalam keadaan berasap. Untuk mempersiapkan perang, Tim Kinerja mendiskusikan data-data pendukung yang diperlukan untuk sosialisasi, membuat format presentasi (lengkap dengan pendekatan-ekseskusi, dan melakukan simulasi presentasi), aplikasi perhitungan kWh, ppj, materai dll untuk meng-edukasi pelanggan mengenai perhitungan paska dan pra. Ada juga keperluan pendukung lainnya, seperti merchandise (mug dan jam dinding), brosur dan banner.Â
Pembangkit yang isolated mempengaruhi keterbatasannya pelanggan yang akan melakukan pasang baru listrik, maka perlu mengedukasi daya mampu listrik yang sangat berguna ketika masyarakat beralih ke listrik prabayar, dengan begitu pelanggan yang migrasi ke listrik prabayar secara tidak langsung membantu pelanggan lain yang belum memilik listrik.Â
Berbekal misi ingin melayani pelanggan yang belum terlistriki, kami siap menghadangi asap tebal pada saat keberangkatan menuju masing-masing lokasi, aroma asap dengan debu-debu yang berlalu lalang disetiap pandangan merupakan hiasan buruk untuk semua masyarakat. Menuju sore, asap sudah timbul di bahu Jalan Sampit, langit semakin gelap, asap semakin menguasai, perjalanan terus berlajut ke rayon tujuan masing-masing.Â
Perjalanan darat menghabiskan 12 jam ke Sukamara, 8 jam ke Seruyan, 9 jam ke Nanga Bulik dan 3 jam ke Kuala Kurun. Tim mengganggap Keberadaan Asap dan Kasus Rizal Ramli (tentang mafia listrik) adalah suatu tantangan agar proses migrasi tersebut tetap berjalan. Alhamdulillah, keempat rayon tersebut menyumbangkan COP atau umur piutang yang kecil, sehingga dapat menekan umur piutang secara area.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H