Menurut Kemendag, kenaikan minyak goreng ini disebabkan karena beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah harga internasional minyak melonjak tajam, turunnya panen sawit di Indonesia sehingga suplier menjadi terbatas, kemudian juga dikarenakan adanya kenaikan permintaan CPO untuk pemenuhan industri biodesel seiring dengan diterapkannya penerapan kebijakan B30.
"Kita si pengen nya biar harga minyak cepet-cepet turun lah mbak, mau lebaran ini loh. Susah mau masak apa-apa kalo minyak masih mahal. Kemaren yang harga 28.000 buat 2 liter aja udah pada ngeluh, apalagi sekarang yang 50.000 mbak" keluh Supin (42), salah seorang pemilik toko sayur-sayuran di pasar Ngoro, Jombang. Supin juga mengaku apabila di rumah ia lebih sering merebus daripada menggoreng. "Sekarang sebisa saya mbak meminimalisir penggunaan minyak, dulu yang suka goreng telor sekarang di rebus aja. Apa daya orang kecil" tambah Supin saat di wawancara.
Tidak hanya di pasar, harga minyak goreng di beberapa supermarket seperti di Indomaret, Alfamart, dan Superindo juga terpantau mahal. Harga minyak goreng di supermarket ada yang mencapai Rp. 50.600 tergantung merk minyak goreng tersebut. Tidak hanya masyarakat menengah yang mengalami keresahan akibat kenaikan minyak yang melonjak, namun warga menengah keatas juga mengalami keresahan mengingat bagaimana emak-emak memperhitungkan pengeluaran secara terperinci.
Masyarakat sangat berharap harga minyak dapat turun secepatnya, kalau bisa sebelum hari raya lebaran. "Saya jadi mikir-mikir, lebaran nanti mau beli baju apa beli minyak saja" ucap Maimunah (52). Mengetahui hal tersebut, pemerintah diharapkan dapat segera menormalkan harga minyak agar bisa kembali seperti semula, agar pengeluaran uang pun dapat terorganisir dengan baik.
Itulah tadi tanggapan warga sekitar pasar Ngoro Jombang mengenai melonjaknya harga minyak yang sangat drastis dan hingga kini tak kunjung kembali normal. Semoga saja harga minyak bisa turun secepatnya, agar kita dapat melakukan pola makan yang sehat dengan tidak menggunakan minyak jelantah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H