Perilaku merupakan respon atau reaksi dari seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Perilaku merupakan sesuatu yang dapat  dipelajari, tidak permanen serta dapat dilatih, diajarkan dan dirubah atau pun dimodifikasi. Prinsip-prinsip dasar perilaku dibagi menjadi dua yaitu, Perilaku Lemah (Behavioral Defisit) dan Perilaku Berlebihan.
Perilaku lemah atau defisit adalah perilaku yang terjadi jika gagal dalam menunjukkan suatu perilaku yang tidak menunjukkan suatu perilaku berdasarkan dengan rangsangan atau stimulan yang diberikan. Perilaku defisit ditunjukkan dalam dua situasi, yaitu Gagal dalam menunjukkan suatu perilaku yang memperhatikan kesesuaian pada usia, waktu dan tempat, atau juga anak gagal merespon kejadian yang dapat diukur.Â
Perilaku berlebihan merupakan perilaku yang muncul tidak pada waktu dan tempat yang tepat. Tingkatan dari perilaku berlebihan terlihat dalam frekuensi, intensitas, dan durasi. Hal-hal yang menyebabkan anak melakukan perilaku yang tidak diinginkan, yaitu mencari perhatian, ketidakmampuan untuk memperoleh sesuatu yang diinginkan, menghindar atau lari dari suatu kegiatan/orang tertentu, dan kebutuhan akan rangsangan dari dalam.
Adapun tahapan dalam melakukan pengelolaan perilaku yaitu guru harus mengenali masalah perilaku yang terjadi pada anak. Guru harus mengamati lingkungan kejadian yang terjadi seperti apa, dimana, kapan, mengapa, dan dengan siapa kejadian tersebut terjadi. Guru harus memprioritaskan perilaku yang akan dimodifikasi.Â
Modifikasi perilaku merupakan penerapan teori belajar operant conditioning yang mengacu pada hubungan antara kejadian di lingkungan yang berdampak pada perubahan spesifik perilaku yang ingin diubah.Â
Tingkah laku dapat terjadi apabila terdapat sebuah stimulus khusus. Skinner mengklasifikasikan bentuk respon menjadi 2 macam, yaitu : Respondent response (reflexive response), yaitu respon yang ditimbulkan oleh suatu perangsang tertentu dan Operant response (instrumental response), yaitu respon yang timbul dan perkembangannya diikuti oleh perangsang tertentu.
Dalam pengendalian konsekuensi terdapat dua hal yang harus diperhatikan, yaitu reinforcement positif dan reinforcement negative. Reinforcement positif terjadi apabila suatu stimulus menyenangkan diberikan sesudah suatu perbuatan dilakukan.Â
Misalnya, pada saat guru mengatakan tidak untuk permintaan bekal, ketika siswa menangis dan guru tidak memberi bekal dan anak diajak melakukan hal lain sampai pada waktu istirahat tiba. Reinforcement negative dapat terjadi apabila suatu stimulus tidak menyenangkan itu ditolak atau dihindari. Reinforcement negative dapat memperkuat tingkah laku dengan cara menghindari stimulus yang tidak menyenangkan.
Terdapat 2 macam pemberian penguatan dalam modifikasi perilaku, yaitu Penguatan Positif yang berupa mempertahankan atau meningkatkan respon tertentu sebagai hasil dari penambahan rangsangan, sedangkan penguatan negatif yang berupa bentuk usaha untuk menghilangkan perilaku sasaran tetapi hasilnya masih ada dan bahkan lebih buruk dari perilaku sebelumnya.Â
Bentuk penguatan meliputi penguatan berkelanjutan, penguatan yang dijadwalkan, penguatan primer, penguatan sekunder, dan penguatan terkondisi. Penguatan berkelanjutan yaitu penjadwalan penguatan di setiap terjadinya perilaku yang akan dikuatkan. Penguatan yang dijadwalkan yaitu penjadwalan penguatan pada saat beberapa perilaku yang akan dimodifikasi akan dikuatkan.
 Penguatan primer yaitu pemberian stimulus secara alami (seperti makanan, air, dan kehangatan/kasih sayang). Penguatan terkondisi yaitu penguatan yang diberikan bersamaan dengan penguatan lainnya. Penguatan sekunder yaitu penguatan berupa stimulus yang dipelajari semua individu untuk dihargai dalam kehidupan mereka.