Mohon tunggu...
Vina Serevina
Vina Serevina Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Negeri Jakarta

Pengajar Mata Kuliah Pengembangan Bahan Ajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membangun Budaya Mutu Sekolah yang STAR-LIKE (Suportif, Tekun, Aktif, Religius, Literasi, Inovatif, Kreatif, Edukatif) pada Era Disrupsi Pendidikan

20 April 2022   14:00 Diperbarui: 20 April 2022   14:02 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Dr. Ir. Vina Serevina, MM., Gina Nurhasanah, Pendidikan Fisika, Universitas Negeri Jakarta, 2022.

Figure 1. Budaya Literasi Sekolah.

https://www.sman1manggar.sch.id/read/352/menumbuhkan-budaya-literasi-kepada-generasi-muda-di-era-globalisasi

Rendahnya mutu pendidikan pada seluruh jenjang pendidikan menjadi suatu masalah atau perkara yang sangat serius dan wajib diperhatikan dalam dalam dunia pendidikan saat ini. Mutu pendidikan di Indonesia senantiasa menjadi topik utama pembicaraan seputar pendidikan, karena mutu pendidikan  Indonesia terbilang masih rendah apabila dibandingkan dengan negara lain. Rendahnya atau minimnya mutu pendidikan di Indonesia disebabkan karena minimnya kualitas sistem pendidikan nasional dan minimnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusianya. Beberapa pendapat mengatakan bahwa rendahnya mutu di lembaga pendidikan menjadi faktor yang akan menghambat penyediaan sumber daya manusia yang ahli dan terampil untuk berpartisipasi dalam pengembangan negara di berbagai aspek dan bidang.

Menurut Depdiknas, 2003. Elemen penting budaya sekolah adalah norma, keyakinan, tradisi, upacara keagamaan, seremoni, dan mitos yang diterjemahkan oleh sekelompok orang tertentu. Hal ini dapat dilihat dari kebiasaan-kebiasaan atau perbuatan yang dilakukan warga sekolah secara terus menerus.

Seluruh civitas akademika terkhususnya kepala sekolah, para guru, pengawas sekolah, dan tenaga pendidikan sebaiknya dibekali pengetahuan konsep yang sesuai tentang budaya di sekolah seperti budaya organisasi, pengembahangan budaya mutu sekolah. Tujuannya adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan pada era disrupsi dengan berupaya meningkatkan budaya mutu sekolah yang STAR-LIKE (Supportif, Tekun, Aktif, Religius, Literasi, Inovatif, Kreatif, Edukatif). Dengan begitu, maka manfaat yang diperoleh yaitu terbentuknya civitas akademika profesional yang berkarakter serta dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa.

Budaya mutu sekolah adalah identitas atau ciri sekolah yang melalui nilai-nilai yang ada, sikap, kebiasaan, dan tindakan yang ditunjukan oleh seluruh civitas akademika dalam suatu kegiatan khusus di sekolah demi tercapainya mutu sekolah yang STAR-LIKE (Supportif, Tekun, Aktif, Religius, Literasi, Inovatif, Kreatif, Edukatif).

Era disrupsi adalah kondisi dimana terjadinya inovasi yang menyebabkan perubahan secara besar-besaran atau mendasar ke dalam sistem yang baru. Untuk menghadapi tantangan-tantangan di era ini, maka tepat apabila sekolah dapat menciptakan budaya mutu sekolah yang STAR-LIKE. Supportif dalam mendukung berbagai kegiatan sekolah baik akademik dan non-akademik, contohnya dalam pelaksanaan ujian, lomba-lomba, ekstrakurikuler, dan lain sebagainya. Tekun dalam menjalani tugas dan kewajibannya sebagai insan pendidikan di sekolah. Aktif dalam memotivasi dan bersemangat untuk perkembangan sekolah yang lebih baik. Religius yang artinya patuh dengan ajaran agamanya serta memiliki sikap toleransi akan adanya perbedaan. Mendukung penuh gerakan literasi di sekolah yang merupakan salah satu penunjang wujudnya sekolah yang inovatif, kreatif, serta edukatif.

Proses yang ditempuh dalam mengembangkan budaya mutu sekolah yang STAR-LIKE dapat melalui berbagai cara, diantaranya:

  • Pengembangan spiritual

gina2-625fa32a3794d153b2486525.jpg
gina2-625fa32a3794d153b2486525.jpg

Figure 2. Budaya Tadarus.

 https://smk-gelang-patah.blogspot.com/2019/06/tadarus-al-quran-sempena-bulan-ramdhan.html

                 Implementasi budaya mutu di sekolah dapat diawali oleh pengembangan pada nilai spiritual dan juga nilai moral lainnya. Hal ini meliputi pengembangan nilai-nilai yang berhubungan langsung dengan Tuhan misalnya keimanan dan ketaqwaan, rasa kebersamaan, rasa tanggung jawab, serta hubungan antar seluruh warga sekolah. Untuk memotivasi semangat peserta didik dalam menjalankan nilai-nilai tersebut, antara lain yaitu menciptakan susana religius dengan selalu berdoa sebelum dan sesudah belajar serta pembacaan kitab suci sesuai agamanya masing-masing. Pembiasaan tersebut dapat meningkatkan spiritual, nilai religius dan menguatkan hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa.

                 Membentuk nilai-nilai kebersamaan dengan menerapkan hubungan dan etika komunikasi dalam melakukan interaksi seperti pada kegiatan sekolah dan saling membantu sesama teman yang kesulitan. Nilai-nilai saling menghargai dapat diterapkan agar terbentuk akhlak yang baik pada diri peserta didik dan kepedulian yang baik terhadap lingkungan sekitarnya. Contoh pengimplementasiannya yaitu memberi salam kepada guru, hormat kepada yang lebih tua, serta bertanggung jawab atas segala kewajibannya, seperti melaknakan tugas yang bersifat akademik maupun non-akademik.

  • Pengembangan teknis sekolah

Pengembangan teknis sekolah yakni mengembangkan berbagai macam alur dan syarat kerja atau prosedur manajemen erbasis sekolah yang juga mencakup sarana serta kebiasaan kerja tak lepas akan adanya peran spirit dan nilai-nilai mutu yang menjadi budaya di sekolah.

Pengembangan teknis dalam meningkatkan budaya mutu sekolah antara lain memperhatikan dan memahami struktur organisasi, deskripsi tugas, tata tertib, sanksi, program kerja, ekstrakurikuler, peraturan kebersihan dan keamanan, strategi belajar, dan standar sistem pembelajaran.

Kebijakan yang dikembangkan adalah dengan membuat peraturan atau tata tertib yang jelas pada seluruh kegiatan budaya mutu di sekolah, mengadakan musyawarah, rapat kerja program sekolah, dan mendukung hal-hal yang berkaitan dengan nilai-nilai budaya mutu sekolah.

Penyelenggaraan pendidikan sekolah yang STAR-LIKE (Supportif, Tekun, Aktif, Religius, Literasi, Inovatif, Kreatif, Edukatif) dapat berjalan lancar dan baik, karena adanya pembagian tugas yang terarah, adanya koordinasi yang fungsional, serta adanya pola-pola manajemen yang bersifat adaptif dan dinamis. Dengan begitu, maka pelaksanakan tugas pokok dan fungsi lembaga pendidikan di sekolah dapat dilaksanakan dengan baik, efektif dan efisien.

  • Pengembangan sosial.

Pengembangan sosial dalam hal budaya mutu sekolah adalah proses yang menjadi sebagai suatu kebiasaan di sekolah dan di luar sekolah. Kebiasaan-kebiasaan tersebut kebijakannya dibahas dengan kesepakatan seluruh warga sekolah. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan budaya mutu sekolah, sebab dengan adanya keterlibatan semua pelaku pendidikan maka akan menumbuhkan rasa saling memiliki.

Suasana interaksi formal dan informal dibangun untuk mendorong dan memperkuat keterlibatan seluruh warga sekolah, dan suasana kondusif yang dibangun oleh:

Adanya relasi kepala sekolah dengan seluruh warga sekolah melalui koordinasi yang berkelanjutan,

Apresiasi bagi yang berprestasi oleh sekolah,

Saling menghormati dan akrab satu sama lain,

Membangun suasana sekolah yang prestatif, suasana kreatif, inovatif, edukatif, adanya struktur kepegawaian yang jelas, interaksi yang baik, serta perhatian dan toleransi yang baik.

Terdapat mekanisme atau prosedur yang jelas bagi pelaku pendidikan yang melakukan pelanggaran  (memberikan sanksi)

Budaya mutu di sekolah tidaklah tumbuh dengan sendirinya, melainkan dengan sadar dirancang, dikembangkan, dan dipertahankan dengan berbagai strategi yang baik untuk menjawab tantangan perubahan di era disrupsi yang klimaks.

Oleh karena itu, budaya mutu sekolah harus terus dikembangkan ke sistem yang lebih baik. Budaya mutu sekolah yang baik akan membawa manfaat kepada seluruh civitas akademika yang ada di sekolah dan seluruh pelaku pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Alex, 2022. Patriotisme Adalah. https://pengajar.co.id/patriotisme-adalah/

Area KBBI. Pengertian Objektif adalah: Arti, Tujuan, Ciri, Aspek, dan Contoh Objektif. https://sepositif.com/pengertian-objektif-adalah-arti-tujuan-ciri-aspek-dan-contoh-objektif/

Departemen Pendidikan Nasional. 2000. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Buku 1. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan menengah Umum.

Figure 1. Budaya Literasi Sekolah. https://www.sman1manggar.sch.id/read/352/menumbuhkan-budaya-literasi-kepada-generasi-muda-di-era-globalisasi

Figure 2. Budaya Tadarus. https://smk-gelang-patah.blogspot.com/2019/06/tadarus-al-quran-sempena-bulan-ramdhan.html

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi online/daring. https://kbbi.web.id/

Maryamah, Eva. 2016. Pengembangan Budaya Sekolah. Jurnal Keilmuan Manajemen Pendidikan. Volume 2 No. 02.

Sutapa, Mada. Membangun Sekolah Berbudaya Mutu. Lumbung Pustaka UNY

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun