Selain itu dengan dilakukannya experiential learning, maka peserta didik tidak lagi melakukan pembelajaran hanya sekedar menghafal materi, tetapi juga dapat mengidentifikasi  masalah yang ada dengan cara memproses konsep dari materi yang berasal dari fakta-fakta hasil pengalaman sehingga suatu pembelajaran dapat berjalan secara efektif. Hal tersebut juga sejalan dengan konsep pembelajaran pada pelajaran fisika.Â
Terdapat tiga cara untuk mengubah pemikiran peserta didik dengan pengembangangkan bahan ajar berbasis experiential learning, yaitu (1) memperbaiki kognitif peserta didik, (2) memperbaiki sikap peserta didik menjadi lebih positif, dan (3) memperluas keterampilan yang dimiliki peserta didik. Ketiga cara tersebut merupakan satu kesatuan dalam membangun peserta didik.
Experiential learning merupakan sebuah model pembelajaran yang menggabungkan pengetahuan, keterampilan dan nilai melalui pengalaman-pengalaman langsung. Model experiential learning merupakan salah satu model pembelajaran yang potensial dan cocok digunakan dalam pembelajaran fisika.Â
Pada model experiential learning guru dapat mengetahui kebutuhan peserta didik dalam mengembangkan rasa ingin tahunya dan juga peserta didik mendapatkan kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang dijalankan dengan baik. Terdapat juga tahapan experiantal learning menurut Kolb, yaitu:
- Pengalaman konkret (Concrete experience): Peserta didik melakukan tindakan baru sehingga peserta didik memiliki pengalaman baru tanpa bantuan dari guru yang diharapkan peserta didik dapat berpikir sesuai karakternya masing-masing.
- Pengamatan reflektif (Reflective observation): Peserta didik merefleksikan pengalaman mereka dari berbagai perspektif dan faktor-faktor yang terlibat. Peserta didik juga membahas bagaimana pengalaman itu dilakukan, bagaimana masalah dan isu-isu muncul sebagai akibat dari pengalaman.
- Konseptualisasi abstrak (Abstract conceptualization): Peserta didik didorong untuk mengintegrasikan pengalaman (aksi dan hasil) ke dalam skema pengetahuan yang ada dan dengan teori yang ada. Akibatnya, konsep baru terbentuk dan dapat diterapkan pada masalah berikutnya.
- Eksperimen aktif (Active experimentation): Peserta didik didorong untuk berhipotesis apa yang akan terjadi dan mencoba tindakan dengan membuat keputusan dan memecahkan masalah.
Sedangkan bahan ajar merupakan bahan yang dapat digunakan dalam membantu guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran di kelas. Bahan ajar bersifat fleksibel yang dapat dikembangkan sesuai dengan kurikulum dan kemajuan teknologi serta kemampuan peserta didik.Â
Tujuan dari penyusunan bahan ajar, yaitu : (1) dengan adanya bahan ajar diharapkan peserta didik lebih mudah memahami pelajaran  di samping buku-buku cetak yang terkadang terlalu tebal dan sulit dipahami; (2) guru menjadi lebih mudah dalam melakukan kegiatan belajar mengajar di sekolah; dan (3) kurikulum yang ada dan karakteristik serta lingkungan sosial siswa kerap kali berubah-ubah, oleh karena itu bahan ajar dapat menyesuaikan dengan kondisi tersebut.Â
Selain itu, bahan ajar juga dapat membuat peserta didik melaksanakan pembelajaran secara optimal karena bahan ajar juga dapat digunakan sebagai motivasi dalam proses kegiatan belajar.
Bahan ajar yang ada saat ini sangat berbagai macam bentuknya dan dapat dikembangkan sesuai dengan kurikulum dan perkembangan teknologi yang ada.Â
Salah satu perkembangan bahan ajar ialah dengan berbasis pembelajaran experiential. Karakteristik bahan ajar berbasis experiential learning, yaitu: (a) Berisi pengalaman-pengalaman nyata yang dialami peserta didik, (b) Terdapat  jurnal kegiatan yang digunakan untuk memantau kegiatan peserta didik dan mengetahui respon peserta didik terhadap pengalamannya, (c) Terdapat tabel perilaku peserta didik. Pada setiap pertemuan peserta didik akan menilai perilaku diri sendiri, apakah perilaku yang dilakukan itu perilaku positif atau perilaku negatif, (d) Terdapat kotak pengalaman yang  berupa data atau deskripsi pengalaman atau juga dapat berupa foto atau dokumentasi terhadap pengalaman yang telah dilaksanakan, (e) Terdapat soal-soal latihan dan evaluasi akhir, (f) Terdapat TTS (teka-teki silang) dan word square untuk melatih kreativitas peserta didik, (g) Pengembangan bahan ajar berbasis experiential learning pada materi yang disajikan juga harus dijelaskan pemanfaatan pada kehidupan sehari-hari.