Mohon tunggu...
Vina Serevina
Vina Serevina Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Negeri Jakarta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pengajar Mata Kuliah Wawasan Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pentingnya Teori Lev Vygotsky dalam Dunia Pendidikan

28 Februari 2022   20:59 Diperbarui: 28 Februari 2022   21:01 1818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: www.Idealinaja.com

 

Oleh: Dr. Ir. Vina Serevina, M.M., Nur Rahma Hidayanti, UNJ 2022

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, 2003). Berdasarkan pengertian tersebut, teori Lev Vygotsky tentu tidak lepas dari dunia pendidikan. Secara garis besar, teori belajar konstruktivisme Vygotsky lebih mengedepankan perkembangan kognitif anak melalui interaksi sosial sehingga membangun potensi pada dirinya sendiri (Suci, 2018).

Penulisan artikel ini bertujuan untuk menginformasikan bahwa teori Lev Vygotsky penting dalam dunia pendidikan. Karena secara tidak sadar, kita sebagai manusia yang berpendidikan, ternyata mengimplikasikan teori tersebut dalam kegiatan sehari-hari, terutama dalam proses belajar mengajar. Semoga tulisan ini bermanfaat, sehingga pengimplikasian teori Lev Vygotsky ini dilakukan dengan benar dan sesuai.

Lalu, mengapa teori Lev Vygotsky dianggap penting dalam dunia pendidikan? Bagaimana bentuk pengimplikasian teori lev vygotsky dalam kehidupan sehari-hari?  

unnamed-1-621c663f3179496069323354.png
unnamed-1-621c663f3179496069323354.png

Sumber: www.dosenpsikologi.com

 

Lev Vygotsky dengan nama aslinya yaitu Lev Semionovich Vigotsky merupakan seorang ahli sosial yang berasal dari Negara Rusia (Khadijah & Amelia, 2021).  Ia lahir dalam keluarga Rusia-Yahudi yang intelektual pada tanggal 17 November 1896 (Mutiah, 2015). Lev Vygotsky mulai tertarik pada psikologi ketika berusia 28 tahun. Sebelumnya, ia menyukai dunia sastra dan menjadi guru sastra di sebuah sekolah. Namun berkat pihak sekolah yang memintanya untuk mengajar psikologi, akhirnya ia tertarik untuk menekuni psikologi ketika berusia 28 tahun. Lev Vygotsky melanjutkan kuliah di program studi psikologi Moscow Institute of Psychologi pada tahun 1925 (Lefudin, 2017). Dalam mewujudkan pemikiran-pemikirannya mengenai psikologi, Vigotsky kerap menghadapi rintangan pemerintah Rusia saat itu. Setelah wafatnya pada tahun 1934, pandangan dan pemikirannya mulai menyebar luas. Vigotsky wafat ketika berusia tiga puluh tujuh tahun karena penyakit TBC yang dideritanya.

unnamed-9-621c666fbb4486286b5e0412.jpg
unnamed-9-621c666fbb4486286b5e0412.jpg

Sumber: www.kompasiana.com

 

Bersamaan dengan Piaget, Vygotsky mengembangkan teorinya tersebut. Namun yang membedakan teori Vygotsky dengan Piaget yaitu ia lebih memfokuskan hubungan antara lingkungan budaya dan sosial anak (Khadijah & Amelia, 2021). Pemikiran Vygotsky adalah teori konstruktivisme sosial yang dimana interaksi sosial diperlukan dalam mengembangkan kognitif anak (Dewi & Fauziati, 2021). Bagi Vygotsky, untuk membangun perkembangan kognitif maka seorang anak perlu melewati proses mental yang rendah sampai mengarah perkembangan kognitif dengan proses mental yang lebih tinggi. Sehingga dalam menggapai tingkatan kognitif yang lebih tinggi tersebut, anak-anak memerlukan seseorang yang memiliki keahlian lebih misalnya guru, orang tua, saudara, ataupun teman seumurnya yang lebih pintar (Suci, 2018).

unnamed-10-621c66bd317949025d3481a2.jpg
unnamed-10-621c66bd317949025d3481a2.jpg

Gambar 4. Ilustrasi pemikiran Vigotsky mengenai pendidikan

Sumber: www.kompasiana.com

 

Zona perkembangan proksimal (zone of proximal development-ZPD) adalah istilah Vygotsky yaitu untuk serangkaian tugas yang sulit dikuasai anak secara mandiri tetapi dapat dipelajari dengan bantuan dari orang lain yang lebih mampu (Dewi & Fauziati, 2021). Dalam hal ini, ZPD terbagi dalam dua batas yaitu batas bawah dan batas atas. Batas bawah ketika seorang anak dapat memecahkan tingkat masalahnya seorang diri, sedangkan batas atas ketika seorang anak memerlukan bantuan dari orang lain yang lebih mampu dalam menerima tugas tambahan (diana). Vygotsky menegaskan betapa pentingnya pengaruh sosial dalam ZPD ini.

ZPD sendiri akan berkaitan erat dengan scaffolding. Scaffolding yaitu pemberian bantuan yang semakin lama semakin dikurangi sesuai dengan tingkat penguasaan peserta didik dalam memahami tugas (Dewi & Fauziati, 2021). Secara ringkas, scaffolding adalah sebuah teknik dalam mengubah tingkatan bantuan. Ketika siswa sedang mempelajari sebuah tugas baru, orang yang lebih terampil dapat melakukan pengajaran langsung. Seiring meningkatnya kompetensi siswa, bimbingan yang diberikan lebih sedikit (Wastyanti, 2021).

Untuk melakukan interaksi sosial antara anak dengan orang lain tersebut, Vygotsky menjelaskan bahwa bahasa memiliki fungsi yang sangat penting dalam proses komunikasi sosial sebelum mereka dapat berfokus pada pemikiran-pemikiran mereka sendiri. (Muhibbin & Hidayatullah, 2020). Teori Vygotsky menjelaskan bahwa ketika anak menggunakan inner speech maka akan lebih terampil secara sosial dibanding anak yang tidak menggunakan inner speech. Hal ini dikarenakan anak yang menggunakan inner speech akan memulai proses awal menjadi lebih komunikatif secara sosial (Dewi & Fauziati, 2021).

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat kita pahami tentang pentingnya teori Lev Vygotsky dalam dunia pendidikan. Pendidikan tidak akan lepas dari interaksi sosial, baik antar guru dengan siswa, maupun siswa dengan orang yang lebih mampu lainnya. Menurut teori Lev Vygotsky, interaksi sosial tersebut diperlukan juga dalam perkembangan kognitif pada anak. Konsepnya mengenai Zone of Proximal Development (ZPD) juga kerap digunakan agar anak dapat merasakan kenyamanan dalam belajar terutama untuk tugas sulit yang tidak mereka kuasai. Anak cenderung bersemangat dan tidak mudah menyerah sehingga hasil belajar yang didapatkan akan lebih maksimal. ZPD ini berkaitan dengan scaffolding, yaitu pengurangan tingkat dukungan. 

Implikasi yang dapat kita lihat yaitu metode kurikulum di Indonesia, dimana guru berperan sebagai mediator dan fasilitator sedangkan peserta didik sebagai pelaku belajar. Dalam hal ini, peserta didik secara mandiri diharuskan untuk mengembangkan pengetahuan dengan interaksi sosial melalui orang yang mempunyai keahlian lebih.

Simpulan dari artikel ini yaitu teori Lev Vygotsky memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan. Hal ini sejalan dengan teorinya mengenai hubungan antara interaksi sosial dengan perkembangan kognitif anak. Untuk mewujudkannya perlu diterapkan zone of proximal development (ZPD) yang mana berkaitan dengan scaffolding. Secara garis besar teori Lev Vygotsky menjelaskan bahwa ketika seorang anak memiliki hambatan dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit maka diperlukan bantuan dari orang yang lebih mampu. Secara perlahan, mediator tersebut akan mengurangi bantuan yang diberikan saat anak tersebut sudah lebih menguasai. Sedangkan bagi seorang anak yang mengalami perkembangan kognitif, diperlukan Bahasa dalam melakukan komunikasi sosial. Dikarenakan Bahasa tersebut diperlukan sebelum anak mendalami pemikiran-pemikirannya sendiri. Dalam hal ini, mereka akan membimbing dirinya sendiri ketika berbicara kepada diri sendiri.

Dalam memaksimalkan manfaat dari teori Lev Vygotsky tersebut, ada baiknya mulai dilakukan tidak hanya di sekolah, namun bagi orang-orang yang memang mampu untuk membimbing anak ketika mengalami kesulitan. Sehingga penerapan Lev Vygotsky dapat dilakukan dimana saja tidak memandang aspek-aspek tertentu. Sebagaimana interaksi sosial itu terjadi, tidak hanya di sekolah, namun di rumah, tempat bermain dan sebagainya. Sebagai contoh, ketika anak mengalami kesulitan maka orang tua tidak lepas tangan begitu saja dan diharapkan mampu membimbing anaknya.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi, L., & Fauziati, E. (2021). Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar dalam Pandangan Teori Konstruktivisme Vygotsky. Jurnal Papeda: Jurnal Publikasi Pendidikan Dasar, 3(2), 163--174.

Khadijah, & Amelia, N. (2021). Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini. Prenada Media. 

Lefudin. (2017). Belajar dan Pembelajaran. Deepublish. 

Muhibbin, & Hidayatullah, M. A. (2020). Implementasi Teori Belajar Konstruktivisme Vygotsky Pada Mata Pelajaran Pai Di SMA Sains Qur`An Yogyakata. Belajea; Jurnal Pendidikan Islam, 5(1), 113.

Mutiah, D. (2015). Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Kencana. 

Suci, Y. T. (2018). Menelaah Teori Vygotsky Dan Interdepedensi Sosial Sebagai Landasan Teori Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Di Sekolah Dasar. Naturalistic: Journal of Education Research and Learning Studies, 3(1), 231--239.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (2003).

Wastyanti, A. (2021). Perkembangan Kognitif Dan Pengaruh Sosiobudaya Dalam Belajar. At-Tahdzib: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, 6(1), 59--71.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun