Mohon tunggu...
Vina Serevina
Vina Serevina Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Negeri Jakarta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pengajar Mata Kuliah Wawasan Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Penerapan Metode "Learning By Doing" Dalam Proses Pembelajaran Hasil Pemikiran John Dewey

28 Februari 2022   04:00 Diperbarui: 28 Februari 2022   04:53 5210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pin.it/5xEvR62

Oleh : Dr. Ir. Vina Serevina, M.M., Eka Laela Nun Karina, UNJ 2022

Pendidikan merupakan Hal terpenting dalam hidup, terutama bagi generasi penerus, bangsa, yaitu para siswa. Menyadari pentingnya pendidikan juga sangat penting bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. (surahman & Fauziati,2021). pengajaran sebagai suatu sistem adalah keseluruhan yang berorientasi pada tujuan. Pendidikan memiliki beberapa elemen penting yaitu seorang guru, siswa, metode atau media, perangkat pembelajaran, dan lingkungan kelas untuk mencapai tujuan pembelajaran. Mengembangkan dan meningkatkan bakat Membantu meningkatkan keberhasilan proses pendidikan dan pembelajaran melalui pembelajaran yang efektif, sehingga menghasilkan situasi belajar yang positif atau interaktif (Robani ,et.al., 2021). 

Dalam sebagian besar proses pendidikan yang berlangsung di sekolah, di satu sisi peran guru masih dominan, yang berdampak negatif di sisi lain, yaitu kurangnya partisipasi aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu penyebab dari keadaan ini adalah kurangnya keragaman dalam strategi dan metode yang digunakan oleh guru dalam mengajarroses pembelajaran, terutama di sekolah, seringkali pasif, dengan guru menjelaskan materi dan siswa duduk mendengarkan, mencatat, dan menghafal., atau sering kita menggunakan istilah teacher centered yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru. Bahkan, sejak 1979, Balitbang Depdiknas secara serius merintis metode pembelajaran aktif melalui program dengan proyek Supevisi  dan  CBSA  (Cara  Belajar  Siswa  Aktif). (Rosidah, 2018)

Adapun tujuan dari penulisan artikel ini yaitu memberikan motivasi kepada para pembaca supaya dapat memahami bagaimana proses belajar yang baik dan bagus bagi generasi yang akan datang dan menyampaikan bagaimana proses belajar secara “learning by doing”. 

Manfaat dari penulisan artikel ini semoga pembaca dapat memahami metode belajar yang digunakan dan seperti apa metode belajar yang harus digunakan untuk generasi berikutnya . 

Masalah yang akan dibahas pada artikel yakni Apa yang dimaksud dengan metode learning by doing? dan Bagaimana bentuk dan fungsi dari penerapan metode learning by doing?

Kurikulum yang digunakan saat ini adalah kurikulum 2013 dengan sistem merdeka  belajar.  Di sini, siswa perlu aktif dalam segala bidang, seperti bertanya, mencari, dan meneliti materi yang telah mereka peroleh. Diperlukan metode pembelajaran yang efektif agar siswa dapat memaksimalkan, memahami dan menyerap semua materi yang diberikan oleh gurunya. Misalnya, menggunakan metode metode Learning    By    Doing    (LBD). (Silaban & Mauliadi, 2019).

Menurut John Dewey (melalui Gutek, 1974: 114), Pendidikan harus didasarkan pada tiga gagasan utama: 

(1) Pendidikan adalah kebutuhan hidup; 

(2) pendidikan sebagai pertumbuhan; dan 

(3) pendidikan sebagai fungsi sosial. 

John Dewey (melalui Priyanto, 2017) menyatakan dalam bukunya Democracy and Education (1964) bahwa “The word education means just process of leading or bringing up” (Artinya pendidikan adalah proses bimbingan dan pengarahan). Dengan demikian, dalam pendidikan  siswa tidak dapat lepas dari peran serta seorang guru, karena gurulah yang akan membimbing dan mengarahkan dan mengevaluasi hasil belajar siswa, karena pendidikan itu sendiri adalah sebuah bimbingan dan pengarahan. Model pembelajaran learning by doing dipelopori oleh John Dewey. Konsep Learning By Doing , menjadi asas seluruh pengajaran John Dewey dan diterapkan pertama kali berupa sekolah kerja yang diujicobakan di AS pada tahun 1859, yaitu suatu pandangan pendidikan pragmatis berdasarkan dua alasan penting, pertama, merupakan suatu takdir Tuhan bahwa anak adalah makhluk aktif (alasan psikologis); kedua, melalui bekerja anak disiapkan untuk kehidupan pada masa depan. (Maslakhah, 2019). 

https://www.azquotes.com
https://www.azquotes.com
Prinsip learning by doing, yaitu bahwa siswa perlu terlibat dalam proses belajar secara spontan. Mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran karena rasa ingin tahunya tentang apa yang belum diketahuinya. Pembelajaran dengan learning by doing direncanakan dengan mengatur waktu dan tempat khusus untuk masing-masing kompetensi. Penekanan dalam pembelajaran dengan latihan, pengulangan, demonstrasi dan pembelajaran yang sistematis untuk memberikan siswa pengalaman belajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi di dunia kerja. Pendekatan pembelajaran ini berkontribusi pada pengembangan lebih lanjut dari hasil dan keterampilan yang nyata.an hasil yang nyata dan kecakapan. 

Pembelajaran learning by doing memiliki beberapa fungsi berikut : 

  1. memperkenalkan beberapa realita dalam pengajaran 

  2. melaksanakan serangkaian pengajaran langsung yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah dengan bimbingan guru. 

Partisipasi siswa dalam belajar  dalam pembelajaran learning by doing tidak hanya sebatas fisik, tetapi lebih dari itu terutama partisipasi psikologis dan emosional, partisipasi dalam kegiatan kognitif  dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan, penghayatan dan kesadaran nilai dalam pembentukan sikap dan nilai, dan saat melakukan latihan pengembangan keterampilan. Bentuk-bentuk pembelajaran dalam konteks learning by doing, antara lain: (Djamarah, 2002: 223-225) :

  1. Mengembangkan motivasi belajar siswa dengan mendorong rasa ingin tahu, kemauan untuk bereksperimen dan sikap mandiri. 

  2. mengajak siswa beraktivitas. Bentuk pelaksanaanya adalah mengajak anak didik melakukan aktivitas atau bekerja di laboratorium, Implementasinya berupa mengajak siswa melakukan kegiatan atau bekerja di laboratorium, di lapangan, sebagai bagian dari eksplorasi eksperiensial, atau mengalami pengalaman baru. 

  3. mengajar dengan memperhatikan perbedaan individual. Proses kegiatan mengajar dilakukan dengan mengetahui setiap siswa karena tidak semua siswa memiliki kemampuan yang sama. 

  4. mengajar dengan umpan balik : Bentuknya antara lain umpan balik kemampuan perilaku siswa (perubahan perilaku yang dapat dilihat oleh siswa lain, pendidik, atau siswa),umpan balik tentang daya serap sebagai pelajaran untuk diterapkan secara aktif. 

  5. mengajar dengan pengalihan, yaitu pengajaran yang yang mentransfer hasil belajar ke situasi aktual yang mengutamakan situasi aktual, bukan hanya ceramah dan diskusi 

  6. Penyusunan pemahaman yang logis dan psikologis. Pengajaran dilakukan dengan memilih metode yang proporsional, baik dengan metode ceramah maupun metode pemberian tugas kepada siswa. 

Pembelajaran dengan learning by doing ini dapat dapat dilaksanakan di semua tingkat pendidikan, dari taman kanak-kanak hingga Perguruan Tinggi.Pada jenjang SMK pembelajaran dengan learning by doing lebih banyak lagi karena di SMK lebih banyak pelajaran diberikan dengan praktik (Maslakhah, 2019). 

Dari pembahasan yang sudah dijelaskan diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam penerapan learning by doing dapat membantu siswa dalam menumbuhkan kemampuan dalam belajar yang aktif. Dari penelitian yang sudah dilakukan dari beberapa sumber terpercaya disebutkan bahwa pembelajaran learning by doing sangat efektif dan mampu memotivasi belajar para pelajar untuk terus membuat prestasi. Bukan hanya itu dengan metode learning by doing  guru atau dosen bisa mengajak siswanya untuk beraktivitas dengan motivasi yang tinggi dengan memperoleh pembelajaran dari pengalaman sendiri yang belum pernah didapatkan. Berdasarkan kesimpulan diatas maka dapat diajukan beberapa saran yaitu perlu adanya inovasi baru dalam proses pembelajaran learning by doing untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Metode ini learning by doing sangat baik apabila digunakan pada mata pelajaran yang sifatnya melatih keterampilan. Untuk para pengajar harus dapat memberikan motivasi kepada siswa dan lebih kreatif agar siswa menjadi lebih tertarik sehingga akan berani untuk mencoba dan mempunya kepercayaan diri 

Daftar Pustaka

Djamarah, S.B&Zain, A. (2006). Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Rineka Cipta.

Maslakhah, S. (2019). Penerapan Metode Learning By Doing Sebagai Implementasi Filsafat Pragmatisme Dalam Mata Kuliah Linguistik Historis Komparatif. Diksi, 27(2), 159-167.

Robani, M. E., Rachim, F. A., & Febriani, A. (2021). Metode Learning By Doing dalam Mengoptilalisasi Kualitas Belajar Siswa SMP. Jurnal Ilmiah Edukasia, 1(1), 24-30. 

Rosidah, R. (2018). Menumbuhkan Motivasi Belajar Anak Sekolah Dasar Melalui Strategi Pembelajaran Aktif Learning By Doing. QAWWAM, 12(1), 1-17.

Surahman, Y. T., & Fauziati, E. (2021). Maksimalisasi Kualitas Belajar Peserta Didik Menggunakan Metode Learning By Doing Pragmatisme By John Dewey. Jurnal Papeda: Jurnal Publikasi Pendidikan Dasar, 3(2), 137-144.

Silaban,   R.,   &Mauliadi.   (2019).   Kajian Mengenai    Pentingnya    Implementasi Pembelajaran Dengan Orientasi Kontekstual  Berbasis  Etnomatematika. Seminar   Nasional   Pendidikan   Dasar Universitas  Negeri  Medan, I S B N : 9 7 8-602-53076-1-4, 240–245. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun