Mohon tunggu...
Vina Serevina
Vina Serevina Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Universitas Negeri Jakarta
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pengajar Mata Kuliah Wawasan Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Urgensi Pembentukan Karakter Siswa di Lingkungan Sekolah

27 Februari 2022   18:50 Diperbarui: 27 Februari 2022   18:56 1093
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar 1. Penanaman Karakter Siswa dengan menerapkan budaya 3S (Senyum, salam, sapa)

Sumber: Seidoo.com

Oleh: Dr. Ir. Vina Serevina, MM., Haifany, UNJ 2022

Pendidikan dapat didefinisikan sebagai upaya menuntun anak semenjak lahir untuk mencapai kedewasaan jasmani dan rohani, pada hubungan alam bersama lingkungannya. Pendidikan adalah suatu proses yang meliputi 3 dimensi, yaitu individu, warga masyarakat atau masyarakat nasional menurut individu tersebut, dan semua kandungan realitas, baik material juga spiritual yang memainkan peranan pada memilih sifat, nasib, bentuk insan manusia dan warga masyarakat. Pendidikan pula adalah sebuah aktivitas yang mempunyai maksud atau tujuan eksklusif yang diarahkan buat menyebarkan potensi yang dimiliki insan baik menjadi insan manusia ataupun menjadi warga masyarakat dengan seutuhnya (Nurkholis, N. 2013).

Menurut para pakar misalnya Hidayatullah (2010:12) mengemukakan karakter merupakan kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi. Megawangi (2007:5) mengemukakan bahwa karakter terbentuk lantaran latihan setiap hari, hal ini sinkron terhadap arti karakter secara bahasa yaitu "mengukir", pada aktivitas mengukir diperlukan proses, keahlian dan ketelitian dari pengukir sehingga dapat membentuk goresan yang kokoh begitupun dengan proses pembentukan karakter individu yang wajib dilakukan semenjak dini sehingga karakter tersebut dapat tertanam dalam diri individu (Hardiyana, S. 2014).

Dalam pembentukan karakter siswa dapat dilakukan dalam 3 jenis pendidikan karakter, yaitu pola pembentukan dalam keluarga, pola pembentukan di sekolah, dan pola pembentukan di masyarakat. Orang tua, guru, dan masyarakat berperan penting dan bertanggung jawab penuh dalam proses pembentukan karakter siswa. Sebagai pelajar, pada umumnya lebih banyak menghabiskan waktu di sekolah sehingga pola pembentukan karakter di sekolah jauh lebih efektif. Hal ini terjadi karena siswa merasa terikat dan memiliki kewajiban untuk mematuhi guru sebagai orang tua kedua dan menaati seluruh peraturan sekolah. Sehingga siswa menjadi terbiasa dan terlatih menjadi individu yang bertanggung jawab dan disiplin. Namun pada kenyataannya, proses pembentukan karakter di sekolah tidak selalu berjalan mulus dan kerap muncul kendala dan hambatan. Oleh karena itu, kita harus memahami urgensi dari adanya pembentukan karakter siswa di sekolah dan menemukan solusi yang efektif untuk mengatasi kendala dan hambatan tersebut.

401-621ad97f31794905f8335962.jpg
401-621ad97f31794905f8335962.jpg

Gambar 2. Sinergi Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat dalam pembentukan karakter siswa

Sumber: karyatulisku.com

Artikel ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan pemahaman tentang urgensi dari adanya pembentukan karakter siswa di sekolah, memberikan informasi tentang kendala dan hambatan yang kerap ditemukan dalam proses pembentukan karakter siswa di sekolah, serta memberikan informasi tentang solusi efektif yang dapat diterapkan untuk mengatasi kendala dan hambatan tersebut. Diharapkan artikel ini dapat memberikan manfaat sebagai untuk meningkatkan kepedulian dan pemahaman kita tentang pentingnya pembentukan karakter siswa di sekolah serta dapat meminimalisir kendala dan hambatan yang kerap ditemui dengan menerapkan solusi yang efektif.

Ada banyak isu menarik yang dapat kita pahami lebih dalam, diantaranya adalah peran sekolah dalam pembentukan karakter siswa, hambatan dan kendala yang kerap ditemukan dalam proses pembentukan karakter siswa di sekolah, serta solusi efektif yang dapat diterapkan untuk mengatasi hambatan dan kendala yang seringkali muncul dalam proses pembentukan karakter siswa di sekolah.

Dunia pendidikan adalah satu aspek yang sangat krusial bagi peningkatan kualitas individu manusia supaya dapat menggerakan seluruh aspek kehidupan. Salah satu tujuan pendidikan karakter merupakan menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab siswa sebagai generasi penerus bangsa. Dalam hal ini berarti menjadi generasi penerus bangsa peserta didik dituntut untuk memiliki kemampuan pengambilan keputusan yang sempurna keliru satunya merupakan pengambilan keputusan terhadap karir yang mana nanti sebagai bekal individu seseorang dalam mewujudkan tujuan Pendidikan menjadi generasi yang berguna bagi masyarakat. (Nugroho, P. 2020).

Dalam implementasinya pembentukan karakter siswa dilakukan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari SD hingga SMA. Sekolah berperan sebagai tempat berlangsungnya proses penyampaian nilai-nilai pembelajaran berlangsung dalam periode waktu tertentu. Dalam proses pembentuk karakter siswa di sekolah, tenaga pendidik harus menyusun perencanaan seperti pembuatan kalender akademik, penyusunan program sekolah, perencanaan lembaga,   pengalokasian   waktu,   menyusun   jadwal kerja, menyusun visi, misi dan program kerja lainnya yang terkait dengan penanaman nilai-nilai budi yang baik untuk membentuk karakter siswa (Rosad, A. M. 2019).

Menurut Ratna Megawangi, pendiri Indonesia Heritage Foundation, ada tiga tahap pembentukan karakter, yang pertama adalah moral knowing, yaitu memahamkan dengan baik pada anak tentang arti kebaikan, seperti mengapa harus berperilaku baik, untuk apa berperilaku baik, dan apa manfaat berperilaku baik. Yang kedua adalah moral feeling, yaitu membangun kecintaan berperilaku baik pada anak yang akan menjadi sumber energi anak untuk berperilaku baik. Bentuk implementasinya adalah membentuk karakter adalah dengan cara menumbuhkannya, dan yang terakhir adalah moral action, yaitu bagaimana membuat pengetahuan moral menjadi tindakan nyata. Moral action ini merupakan outcome dari dua tahap sebelumnya dan harus dilakukan berulang-ulang agar menjadi moral behavior. Ratna juga menambahkan, ada 9 pilar karakter yang harus ditumbuhkan dalam diri siswa, yaitu cinta kepada tuhan, kemandirian, tanggung jawab, kejujuran, bijaksana, hormat, santun, dermawan, suka menolong, gotong royong, percaya diri, kreatif, bekerja keras, kepemimpinan, keadilan, baik hati, dan  rendah hati.

Dalam proses pembentukan karakter siswa, guru dapat menciptakan anak didik yang berkarakter dimulai dari pembuatan perancangan aplikasi pembelajaran (RPP). Karakter yang akan ditanamkan bisa ditulis secara eksplisit dalam RPP. Dengan demikian, pada setiap aktivitas pembelajaran guru perlu menerapkan karakter yang akan dikembangkan menggunakan materi, metode, dan strategi pembelajaran. Ketika guru ingin menguatkan karakter kerjasama, disiplin waktu, keberanian, dan percaya diri, maka pengajar perlu menaruh aktivitas-aktivitas pada proses pembelajaran sehari-hari. Guru perlu menyadari bahwa guru harus menaruh perhatian yang intensif dalam karakter yang ingin dikembangkan ketika proses pembelajaran sedang berlangsung. Seperti kita ketahui bahwa belajar tidak hanya untuk memahami ilmu pengetahuan saja, tetapi juga bisa menerapkan ilmu pengetahuan pada bentuk karya yang mencerminkan keterampilan dan menaikkan perilaku positif. Guru juga dapat melatih kedisiplinan dan tanggung jawab siswa dengan memberikan siswa tugas dengan tenggat waktu pengumpulan tertentu. Dengan begitu siswa dilatih dan dibiasakan untuk bertanggung jawab terhadap dirinya dan tugas yang diberikan dan juga membiasakan siswa untuk disiplin dalam menggunakan waktu (Widiastuti, H. 2012).

Dalam menanamkan karakter siswa di lingkungan formal, guru berperan sangat intensif dan signifikan. Selain bertanggung jawab untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, guru juga bertanggung jawab untuk menanamkan nilai-nilai baik sehingga membentuk individu siswa yang memiliki akhlak mulia. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa pendidikan bukan saja bertujuan untuk mengembangkan manusia yang memiliki keterampilan dan ilmu pengetahuan, tetapi pendidikan juga bertujuan mengembangkan manusia yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia. Guru juga dapat berperan dengan membuat aturan dan tata tertib kepada siswa, sehingga dapat melatih siswa dalam disiplin, mandiri, bertanggung jawab, dan menghargai aturan.

Agar dapat membangun karakter anak didik maka guru wajib menanamkan nilai-nilai karakter melalui pemahaman atau pengetahuan sehingga dapat menumbuhkan keyakinan anak didik untuk berkarakter yang baik, serta membimbing dan memantau anak didik dalam proses merealisasikan karakter tersebut. Hal lain yang juga krusial merupakan guru pun wajib berperilaku dan menjadi contoh sebagaimana nilai-nilai yg diajarkannya kepada siswa. Dengan demikian akan melahirkan pencerahan dan kesadaran dari dalam diri siswa. Dengan pencerahan dan kesadaran itu, maka siswa akan tetap akan berkarakter yang baik meskipun tidak lagi dipantau oleh sang guru, dan bisa menahan diri dari banyak sekali hal negatif yang terdapat dalam lingkungan (Wally, M. 2022).

Menurut Budimansyah (2010, hlm. 2) bahwa: "Walaupun sudah diselenggarakan melalui berbagai upaya, pembangunan karakter bangsa belum terlaksana secara optimal dan pengaruhnya terhadap pembentukan karakter baik (good character) warga negara belum cukup signifikan". Hal ini didukung dengan hasil penelitian Chou, Tu and Huang (2013, hlm. 62) yang menyatakan bahwa "Morality and character is one of the most important tenets of education". Lebih lanjut Chou et al (2013, hlm. 62) menjelaskan bahwa guru sebaiknya melakukan refleksi terhadap hasil yang diperoleh siswa dari setiap pembelajaran yang berhubungan dengan pembentukan karakter di sekolah (Bahrudin, M. D. F. 2017).

Kendala yang kerap terjadi dalam proses pembentukan karakter siswa diantaranya yaitu masih banyak siswa ditemukan sering melanggar peraturan dan tata tertib sekolah. Hal ini terjadi disebabkan karenanya kurangnya kepedulian sebagian guru dalam penanganan pelanggaran tersebut,  sehingga  pembentukan  perilaku  siswa  yang  berkarakter  belum maksimal. Masih banyak siswa yang menganggap peraturan sekolah dan tata tertib itu tidak penting dan sering diabaikan. Di sisi lain, masih sering juga ditemukan guru yang cuek dan kurang memperhatikan perilaku siswa yang suka melanggar tata tertib dan peraturan di sekolah. Hal tersebut menimbulkan kesan adanya pembiaran dan masih minimnya upaya guru untuk meluruskan kesalahan siswa tersebut (Solihuddin, M. 2013).

Hambatan lain yang juga sering ditemukan dalam proses pembentukan karakter siswa yaitu kurangnya ruang gerak guru untuk memantau dan mengontrol perilaku siswa di luar sekolah. Acap kali kita jumpai siswa berpikir bahwa apabila telah di luar sekolah maka peraturan dan tata tertib sekolah tidak lagi berlaku sehingga mendorong siswa melakukan hal-hal negatif, sebagai contoh seperti ketika pandemic Covid-19 yang mengharuskan siswa melakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), banyak sekali kita temukan siswa yang pergi ke warnet dan bermain game online ketika jam pelajaran PJJ berlangsung. Karena guru tidak dapat memantau secara langsung membuat siswa menjadi merasa bebas untuk melanggar peraturan sekolah. Hal tersebut menjadi hambatan untuk guru membentuk sikap disiplin dan bertanggung jawab pada diri siswa. Selain itu, seringkali juga siswa melakukan kecurangan ketika melakukan ujian secara daring di rumah. Hal ini terjadi lagi-lagi tidak adanya kontrol secara langsung dari guru sehingga mendorong siswa melakukan perilaku buruk tersebut. Perilaku tersebut menjadi kendala guru untuk membentuk sikap kejujuran siswa (Sabrina, U., Ardianti, S. D., & Ermawati, D. 2021).

Selain kedua hambatan yang sudah dijabarkan sebelumnya, hambatan yang juga sering terjadi dalam proses pembentukan karakter siswa di sekolah yaitu kurangnya dukungan dari orang tua dan masyarakat di lingkungan siswa. Masih banyak ditemukan orang tua yang kurang memperhatikan perilaku dan tumbuh kembang siswa dirumah, sehingga siswa tidak dibiasakan untuk hidup disiplin. Orang tua cenderung sibuk dengan karir dan pekerjaan sehingga melupakan tanggung jawabnya dalam memantau dan mengontrol karakter siswa di rumah. Selain itu lingkungan dan masyarakat juga sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan karakter siswa. Lingkungan dan kelompok pergaulan yang buruk dapat merusak karakter siswa. Banyak sekali ditemukan siswa mengikuti apa yang teman-temannya lakukan, walaupun hal buruk sekalipun. Hal ini terjadi lagi-lagi karena kurangnya pengawasan oleh orang tua (Suriansyah, A. 2015).

Dari hambatan dan kendala yang kerap terjadi dalam proses pembentukan karakter siswa di sekolah, ada beberapa langkah solusi yang dapat dilakukan oleh guru untuk mengatasi hambatan dan kendala tersebut, diantaranya adalah guru melakukan pendekatan khusus terhadap siswa. Guru sebagai pembimbing dan pengasuh wajib bisa mengubah karakter siswanya menjadi lebih baik, berdasarkan tingkah laris negatif sebagai tingkah laris positif. Untuk bisa mengubah karakter siswa, maka guru perlu melakukan pendekatan, salah satu pendekatan yang dapat dilakukan guru yaitu menjalin hubungan interaksi yang positif dengan para siswanya. Peranan guru pada menjalin interaksi yang positif bisa mengubah karakter siswa menjadi lebih baik dan mencegah siswa memiliki karakter yang buruk (Pamela, I. S., Chan, F., Fauzia, V., Susanti, E. P., Frimals, A., & Rahmat, O. 2019).

402-621ad9a031794978c52bfc93.jpg
402-621ad9a031794978c52bfc93.jpg

Gambar 3. Pendekatan guru kepada siswa

Sumber: sekolahdasar.net

Kemudian, guru tidak bosan dan lelah untuk memberikan nasihat dan motivasi kepada siswa. sebagai panutan yang baik, guru dapat mulai dari hal -- hal yang sederhana dan tidak lelah untuk selalu memberikan nasehat dan motivasi kepada siswa, dengan selalu menanamkan pada diri sendiri dan siswa bahwa setiap insan individu bisa sebagai orang yang baik, selain itu dapat juga dengan memberikan pujian baik dalam bentuk verbal sehingga siswa akan merasa terapresiasi dan ingin terus mengembangkan karakter dirinya menjadi lebih baik (Kholidah, L. N. 2016).

403-621ad9cdbb4486580f433fb2.jpg
403-621ad9cdbb4486580f433fb2.jpg

Gambar 4. Guru memberikan motivasi kepada siswa

Sumber: bantulkab.co.id

Selain itu, guru juga dapat memberikan teguran, peringatan, dan hukuman kepada siswa. Pemberian teguran dan hukuman oleh guru kepada siswa merupakan salah satu upaya dalam membentuk karakter siswa. Tujuan dari pemberian teguran dan hukuman oleh guru kepada siswa adalah untuk menyadarkan siswa dan siswa dapat menghindari  segala macam  pelanggaran  dan  kesalahan  yang  tidak  diinginkan  atau  berhati-hati dalam setiap melakukan sesuatu sehingga karakter disiplin siswa dapat terbentuk (Fadilah, S. N., & Nasirudin, F. 2021).

404-621ad9f587006444270de582.jpg
404-621ad9f587006444270de582.jpg

Gambar 5. Guru memberikan teguran kepada siswa

Sumber: kompasiana.com

Upaya lain yang tidak kalah penting adalah guru harus melakukan kerja sama atau pendekatan terhadap orang tua siswa. Beberapa upaya yang dapat dilakukan guru dalam menjalin kerjasama dengan orangtua murid untuk membentuk karakter siswa yaitu antara  lain membuat grup atau kegiatan parenting secara berkala antara orangtua-guru  untuk menggalakkan   pendidikan   karakter   dan   melibatkan   orangtua   dalam   pendidikan karakter tersebut,  Perjanjian disipliner dengan orangtua untuk membatasi penggunaan gadget  dan  media  sosial  pada  siswa,  memanfaatkan  sarana  dan  prasarana  yang  telah disediakan  oleh  sekolah,  menyediakan  pusat  dukungan  wali  murid  dan  siswa,  dan melakukan kunjungan ke rumah orang tua (Camelisa, E., Firman, F., & Rusdinal, R. 2021).

405-621ada1d870064504b2587b2.jpg
405-621ada1d870064504b2587b2.jpg

Gambar 6. Guru dan Orang tua bekerja sama dalam memantau perkembangan karakter siswa

Sumber: lpmpjatim.kemendikbud.go.id

Dari penjabaran diatas, dapat kita simpulkan bahwa sekolah menjadi tempat paling efektif dan terikat dalam pembentukan karakter siswa. Pada hakekatnya pembentukan karakter siswa di sekolah sangat penting. Karena selain guru kewajiban untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, guru juga bertanggungjawab untuk menanamkan nilai-nilai budi baik kepada siswa. Karakter yang baik sangat penting bagi siswa dalam mencapai masa depan dan menjalani kehidupan di lingkungan bermasyarakat.

Di sekolah, guru memiliki peran paling penting dalam membentuk karakter siswa. Sebagai orangtua kedua siswa di sekolah, guru harus memberikan perhatian yang lebih kepada siswa agar tumbuh rasa tanggung jawab dan disiplin pada siswa. Dalam pembentukan karakter siswa di sekolah tidak lepas dari adanya hambatan dan kendala. Hambatan yang paling sering terjadi yaitu banyaknya siswa yang melanggar aturan dan tata tertib sekolah sehingga pembentukan karakter disiplin dan tanggung jawab siswa menjadi terkendala. Solusi efektif yang bisa dilakukan guru untuk mengatasi hambatan dan kendala dalam pembentukan karakter siswa di sekolah yaitu melakukan pendekatan secara intensif kepada siswa dan menjalin kerjasama dengan orang tua sehingga proses pembentukan karakter siswa menjadi maksimal.

Hal yang dapat kita lakukan sebagai upaya dalam meningkatkan proses pembentukan karakter siswa di sekolah antara lain pemerintah harus melakukan evaluasi secara berkala terhadap program kerja yang dilakukan oleh sekolah dan kualitas tenaga pendidik, guru harus melakukan refleksi dan evaluasi terhadap penerapan penanaman nilai-nilai karakter melalui program pembelajaran yang telah direncanakan dalam RPP, guru harus meningkatkan perhatian dan pemantauan perilaku siswa di sekolah, siswa diharapkan menumbuhkan kesadaran dari dalam diri untuk selalu menaati peraturan dan tata tertib sekolah,siswa harus belajar dari kesalahan yang diperbuat dan berusaha memperbaiki diri dan tidak mengulangi kesalahan tersebut, orang tua harus meningkatkan pengawasan dan perhatian perilaku siswa di rumah, serta guru dan orang tua harus saling bersinergi untuk memantau, mengawasi, dan memberikan teguran atau hukuman apabila siswa melakukan kesalahan.

Daftar Pustaka

Bahrudin, M. D. F. (2017). Pelaksanaan Program Adiwiyata Dalam Mendukung Pembentukan Karakter Peduli Lingkungan Di SMA Negeri 4 Pandeglang. Jurnal Pendidikan Geografi, 17(1), 25-37.

Camelisa, E., Firman, F., & Rusdinal, R. (2021). Kerjasama Guru Dan Orang Tua Dalam Membentuk Karakter Disiplin Siswa SMAN 1 Lembah Gumanti. Syntax Idea, 3(3), 513-519.

Fadilah, S. N., & Nasirudin, F. (2021). Implementasi Reward Dan Punishment Dalam Membentuk Karakter Disiplin Peserta Didik Di Madrasah Ibtidaiyah Al-Hidayah Jember. Educare: Journal Of Primary Education, 2(1), 87-100.

Hardiyana, S. (2014). Pengaruh Guru PKn Terhadap Pembentukan Karakter Siswa. Jurnal Ilmiah PPKn IKIP Veteran Semarang, 2(1), 54-64.

Kholidah, L. N. (2016). Peran Guru Dalam Membangun Karakter Siswa di Sekolah Dasar Islam Al-Munawwar Pondok Pesantren Panggung Tulungagung.

Nugroho, P. (2020). Peran Sekolah Dalam Pembentukan Pendidikan Karakter Di Era Revolusi Industri 4.0. Kopen: Konferensi Pendidikan Nasional, 2(1), 212-218.

Nurkholis, N. (2013). Pendidikan Dalam Upaya Memajukan Teknologi. Jurnal Kependidikan, 1(1), 24-44.

Pamela, I. S., Chan, F., Fauzia, V., Susanti, E. P., Frimals, A., & Rahmat, O. (2019). Keterampilan Guru Dalam Mengelola Kelas. Edustream: Jurnal Pendidikan Dasar, 3(2), 23-30.

Rosad, A. M. (2019). Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Manajemen Sekolah. Tarbawi: Jurnal Keilmuan Manajemen Pendidikan, 5(02), 173-190.

Sabrina, U., Ardianti, S. D., & Ermawati, D. (2021). Kendala Dalam Menumbuhkan Karakter Religius Anak Usia Sekolah Dasar Selama Pandemi Covid 19. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(5), 3079-3089.

Solihuddin, M. (2013). Dampak Kebijakan Sekolah Tentang Poin Pelanggaran Tata Tertib Siswa Dalam Membentuk Perilaku Siswa Yang Berkarakter. Jurnal Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan, 1(1).

Suriansyah, A. (2015). Strategi Kepemimpinan Kepala Sekolah, Guru, Orang Tua, Dan Masyarakat Dalam Membentuk Karakter Siswa. Cakrawala Pendidikan, 34(2).

Wally, M. (2022). Peran Guru Dalam Pembentukan Karakter Siswa. Jurnal Studi Islam, 10(1), 70-81.

Widiastuti, H. (2012). Peran Guru Dalam Membentuk Siswa Berkarakter. Universitas Muhammadiyah Surakarta, Program Studi PGSD FKIP, 1(2).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun