Mohon tunggu...
Nature

Cumi-cumi Bak Pemenang Hunger Games

15 Oktober 2018   08:33 Diperbarui: 15 Oktober 2018   10:12 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apabila melihat sengitnya pertarungan yang diceritakan di film Hunger Games, kita dapat menyimpulkan bahwa menjadi pemenang bukanlah melulu tentang adu kekuatan fisik melainkan strategi. Meski terkesan klise, namun hal ini memang terjadi di alam kita, termasuk laut. 

Laut merupakan sumber kehidupan di bumi. Luas dan dalamnya laut, menjadi tempat tinggal dan hidup banyak organisme. Proses makan dan memakan di lautan tentu sudah tidak asing lagi. Hal ini dapat dijelaskan melalui rantai makanan atau sederhananya adalah urutan makan dan dimakan dalam suatu ekosistem. 

Rantai makanan dimulai dari produsen, konsumen, predator, hingga pengurai atau dekomposer. Dalam rantai makanan ini, setiap organisme di laut mempunyai strategi pertahanan dirinya masing-masing.

Salah satu contoh pertahanan diri organisme laut yang akan kita bahas adalah cumi-cumi. Siapa yang tidak menyukai hewan laut ini? Hewan yang bertubuh lunak ini hampir seluruh bagian tubuhnya dapat manusia konsumsi. Dengan tubuhnya yang lunak, cumi-cumi sangat rentan termakan oleh predator. 

Hal ini membuat cumi-cumi harus memiliki pertahanan diri yang dapat menakuti pemangsanya. Apabila merasa terancam dengan keberadaan pemangsa disekitarnya, cumi-cumi akan menyemprotkan tinta hitam. Tinta hitam ini akan mengelabui pandangan pemangsa, sehingga cumi-cumi dapat melarikan diri.

Meskipun tubuhnya relatif panjang dan ramping, cumi-cumi dapat bergerak dengan cara yang unik. Selain berenang menggunakan sirip dan tentakelnya, cumi-cumi dapat melakukan gerakan mundur ketika berhadapan dengan predator. Seperti halnya pada kapal, tentu manuver tidak dapat dilakukan apabila tidak ada kemudi. 

Pada hewan ini, sifon merupakan kemudi yang akan membantu pergerakan cumi-cumi. Organ ini terletak di bagian posterior kepala cumi-cumi. Ketika merasa terancam, cumi-cumi akan mengeluarkan cairan berisi zat berwarna coklat-kehitaman. 

Cairan ini diproduksi dan disimpan dalam kantong tinta (ink sac) yang letaknya bersebelahan dengan sifon. Air dalam tubuh cumi-cumi akan mendorong cairan ini keluar melalui sifon dan membentuk gumpalan yang umumnya menyerupai tubuhnya. Disaat bersamaan, cumi-cumi akan terdorong melesat ke belakang menjauhi mangsa.

Tinta cumi yang berwarna hitam pekat merupakan campuran dari senyawa yang dikeluarkan oleh dua kelenjar, yakni ink sac dan suatu organ yang menghasilkan cairan mukosa (funnel organ). Tinta yang dihasilkan bertekstur kental dan mengandung beragam macam senyawa kimia. 

Pigmen melanin merupakan senyawa utama dalam komponen ini. Namun, dari keseluruhan komponen, tidak diketahui adanya unsur zat beracun. Berbeda dengan kawannya sang gurita, yakni beberapa jenis gurita tertentu memang memiliki racun mematikan bagi hewan lain.

Umumnya, cumi-cumi menggunakan tintanya untuk pertahanan diri, yaitu sebagai pengalih perhatian predator untuk melarikan diri. Penelitian terkini juga menemukan bahwa tinta juga dapat berfungsi sebagai pertanda bahaya dari satu cumi untuk cumi lainnya. Hal ini disebabkan sinyal kimiawi dapat tertangkap oleh individu cumi sejenisnya saat cumi-cumi melepaskan tintanya. 

Selain itu, penelitian yang dilakukan terhadap cumi-cumi kerdil di Jepang menunjukkan bahwa cumi-cumi juga menggunakan tinta dalam penangkapan mangsa. 

Lagi-lagi cara penggunaan tinta yaitu sebagai pengalih perhatian atau sebagai semacam layar hitam untuk bersembunyi agar cumi dapat menangkap mangsa secara tiba-tiba sebelum mangsa dapat kesempatan untuk melarikan diri. Mekanisme andalan inilah yang membuat cumi-cumi berhasil memenangkan Hunger Games di lautan kita.

Namun, apakah tinta cumi sebatas mekanisme pertahanan untuk sang cumi itu sendiri? Apakah ada lagi kegunaannya bagi spesies lain? Seperti yang sudah dikatakan, walaupun tinta cumi memiliki beragam fungsi, tinta tidak beracun bagi hewan laut manapun. Ditemukan juga bahwa tinta tersebut aman bagi manusia sehingga dapat dimanfaatkan untuk banyak hal. 

Di industri makanan, tinta cumi cukup terkenal sebagai campuran bahan makanan seperti pembuatan nasi hitam, saus, dan lain sebagainya. Pada dunia seni dan budaya, tinta cumi juga digunakan sebagai tinta warna dalam melukis dan menulis karena warnanya yang pekat dan tahan lama. Bahkan, tinta cumi kerap digunakan sebagai komponen dalam pembuatan beberapa kosmetik untuk mata (eye make-up), yang tergolong berkelanjutan dan ramah lingkungan. 

Namun, yang belum banyak diketahui oleh masyarakat umum yaitu penggunaan tinta cumi dalam pembuatan obat-obatan. Banyak sekali hewan laut yang memiliki senyawa kimia yang jika di ekstraksi, memiliki kemampuan-kemampuan luar biasa sebagai anti-kanker, anti-mikrobial, dan lain sebagainya. Cumi-cumi tidak terkecuali. 

Penelitian menemukan bahwa ekstrak tinta cumi memiliki khasiat-khasiat antara lain sebagai anti-mikrobial, anti-kanker, anti-retroviral (melawan virus), anti-hipertensi, anti-ulcerogenik (mencegah sariawan sepanjang saluran pencernaan), anti-inflammasi, anti-oksidan, dan juga untuk meningkatkan sistem imun dalam proses pembuatan sel darah. Ternyata, strategi pemenang Hunger Games ini amat bermanfaat bagi manusia, bukan?

Oleh Clara Alverina S., Meutia Safira F., dan Vincentia Priscilla 

Sumber:

  1. Derby, C. D. 2014. Cephalopod Ink: Production, Chemistry, Functions, and Applications. Marine Drugs12: 2700---2730  
  2. Kastawi, Yusuf. 2003. Zoologi Avertebrata. Malang: UMM
  3. Sato, Noriyosi, et al. 2016. Japanese pygmy squid (Idiosepius paradoxus) use ink for predation as well as for defence. Marine Biology163 (3): 1---5

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun