Di Indonesia, masalah kualitas udara menjadi salah satu isu lingkungan paling mendesak, terutama di wilayah perkotaan. Kota-kota besar seperti Jakarta mengalami kualitas udara yang buruk, yang bisa menyebabkan banyak masalah kesehatan, seperti gangguan pernapasan hingga penyakit kronis seperti penyakit jantung, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), kanker paru-paru, stroke, serta infeksi saluran pernapasan. Salah satu solusi untuk mengurangi polusi udara adalah mendorong penggunaan transportasi umum dibandingkan kendaraan pribadi.
Polusi udara adalah masalah kesehatan masyarakat yang berdampak serius pada kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat. Di Indonesia dan negara berkembang lainnya, polusi udara terutama dihasilkan dari industri dan kendaraan bermotor. Banyak penelitian di berbagai belahan dunia telah menunjukkan bahwa polusi udara berdampak signifikan terhadap kesehatan manusia. Polusi udara ini dapat terjadi di dalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan (outdoor) (Nur et al., 2020).
Di perkotaan, berbagai sumber polusi udara mencakup asap dari industri, aktivitas konstruksi, pembakaran biomassa, serta emisi kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor menjadi penyumbang utama emisi polutan seperti karbon monoksida (CO), partikel halus (PM2.5 dan PM10), dan nitrogen dioksida (NO). Penelitian menunjukkan bahwa di perkotaan, polusi udara berkorelasi dengan meningkatnya kasus penyakit pernapasan seperti asma, PPOK, bronkitis, serta penyakit kardiovaskular seperti stroke dan serangan jantung. Polutan utama yang berkontribusi terhadap masalah kesehatan ini termasuk sulfur dioksida (SO), nitrogen dioksida (NO), ozon troposfer, dan partikel halus (PM2.5 dan PM10) (Umah & Gusmira, 2024).
Dalam bukunya, (Bechtel & Churchman, 2002) mengungkapkan bahwa polusi udara yang disebabkan oleh kendaraan pribadi merupakan salah satu penyebab utama penurunan kualitas udara di perkotaan. Emisi kendaraan pribadi menghasilkan berbagai jenis polutan berbahaya yang mempengaruhi kesehatan manusia dan ekosistem. Penyakit atau kondisi medis yang disebabkan oleh polusi yaitu penyakit pernapasan, penurunan kualitas hidup, dan kerusakan lingkungan jangka panjang. Selain itu, emisi kendaraan juga berkontribusi terhadap perubahan iklim global, yang turut memperburuk kualitas udara di berbagai kota besar di dunia.
Menurut kajian Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2019), kendaraan bermotor menyumbang sekitar 70-80% emisi di wilayah perkotaan (Nurhayati, 2021). Maka dari itu, terdapat langkah strategis untuk mengurangi polusi udara adalah membuat masyarakat beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum yang lebih ramah lingkungan, seperti bus, kereta, atau MRT.
Menggunakan kendaraan umum
Penelitian oleh World Bank (2022) menemukan bahwa terdapat hubungan dengan investasi besar dalam keberlanjutan transportasi dengan berkembangnya ekonomi di kota-kota besar. Penelitian ini mengungkapkan bahwa peningkatan efisiensi dan aksesibilitas transportasi melalui solusi berkelanjutan, seperti kereta api perkotaan, jalur sepeda, dan bus listrik, dapat meningkatkan tingkat produktivitas ekonomi kota.
Dalam lima tahun terakhir, kota-kota besar di Indonesia seperti  Bandung, Jakarta, dan Surabaya mengalami peningkatan yang signifikan dalam mendukung transportasi ramah lingkungan. Upaya ini didukung oleh perbaikan sistem transportasi publik yang lebih ramah lingkungan, menggunakan kendaraan listrik, serta pembangunan sistem infrastruktur yang lebih mendukung pejalan kaki dan pengguna sepeda. Kebijakan progresif ini telah membuahkan hasil berupa penurunan emisi CO sebanyak 15%, setara dengan pengurangan kendaraan bermotor sebanyak ratusan ribu dari jalan raya setiap tahunnya. Berkurangnya emisi ini berdampak langsung pada peningkatan kualitas udara yang bermanfaat bagi kesehatan masyarakat.
Jakarta, sebagai ibu kota dan pusat ekonomi Indonesia, telah lama menghadapi tantangan kualitas udara yang buruk. Pemerintah merespons dengan melakukan rekonstruksi dan renovasi jalur transportasi publik, terutama Transjakarta. Alih-alih menggunakan bus yang merupakah salah satu penyebab utama polusi udara karena menggunakan bahan bakar disel yang sudah tua, pemerintah memperkenalkan bus ramah lingkungan (Rahmawati & Pratama, 2023).
Dalam buku Steg & De Groot (2019), dibahas mengenai dampak kebijakan transportasi umum terhadap perilaku manusia. Salah satu topik yang dibahas adalah pemberian insentif, seperti tiket gratis atau diskon, untuk mendorong penggunaan transportasi umum. Contohnya, eksperimen di Kyoto menunjukkan bahwa pemberian tiket bus gratis selama satu bulan penuh meningkatkan penggunaan bus hingga 20%, dan beberapa orang tetap menggunakan bus meskipun program tiket gratis telah berakhir. Kebijakan yang menggabungkan insentif finansial dan promosi transportasi umum dapat mendorong perubahan perilaku yang lebih berkelanjutan.
Wawancara Pengguna Transportasi Umum
Berdasarkan wawancara dengan pengguna transportasi umum berinisial A, terungkap bahwa alasan utama A menggunakan transportasi umum adalah efisiensi biaya dan waktu, meskipun masih terdapat tantangan terkait kenyamanan dan aksesibilitas. A merasakan bahwa sistem transportasi umum saat ini sudah cukup teratur, namun akses ke beberapa wilayah masih terbatas, yang menyebabkan banyak orang tetap bergantung pada kendaraan pribadi. Hal ini membuat efektivitas upaya pengurangan polusi udara belum optimal. Meskipun A percaya bahwa transportasi umum dapat secara signifikan mengurangi polusi udara, A menekankan pentingnya perbaikan infrastruktur dan diversifikasi layanan, seperti penambahan opsi kendaraan ramah lingkungan dan transportasi listrik. A juga menggarisbawahi pentingnya insentif ekonomi dan peningkatan kenyamanan untuk mendorong lebih banyak orang beralih ke transportasi umum sebagai solusi untuk mengurangi polusi udara.
Hasil wawancara dengan pengguna transportasi umum berinisial I menunjukkan bahwa I memilih menggunakan transportasi umum karena lebih cepat dan terjangkau. Secara umum, I merasa puas dengan layanan transportasi umum, terutama untuk perjalanan jarak jauh, meskipun masalah pada jam sibuk masih sering terjadi. I percaya bahwa transportasi umum dapat mengurangi polusi udara dengan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. I juga mengamati adanya peningkatan tren penggunaan transportasi umum pasca-pandemi, yang didorong oleh bertambahnya pilihan transportasi seperti MRT dan Jaklingo. I menyarankan adanya peningkatan kenyamanan, perluasan jangkauan layanan, serta kebijakan pemerintah untuk mengurangi subsidi BBM. I melihat bahwa masyarakat semakin sadar akan pentingnya menggunakan transportasi umum sebagai upaya untuk mengurangi polusi udara.
Hubungan Polusi Udara dan Penggunaan Transportasi Umum
Masalah polusi udara di perkotaan, khususnya di negara-negara berkembang seperti Indonesia, semakin mendesak untuk segera ditangani. Sebagaimana dijelaskan dalam pembahasan teoritis, kendaraan bermotor, terutama kendaraan pribadi, berkontribusi besar terhadap peningkatan emisi polutan seperti karbon monoksida (CO), partikel halus (PM2.5 dan PM10), dan nitrogen dioksida (NO2).
Studi menunjukkan bahwa di kota-kota besar, penggunaan kendaraan pribadi adalah salah satu penyebab utama penurunan kualitas udara yang memicu berbagai penyakit pernapasan dan kardiovaskular. Menghadapi situasi ini, penggunaan transportasi umum telah diidentifikasi sebagai solusi potensial untuk mengurangi emisi polutan yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor.
Menggunakan transportasi umum yang efisien dan efektif dapat mengurangi jumlah kendaraan pribadi dan mengurangi kemacetan di jalan, pada akhirnya menurunkan emisi polutan di udara. Beberapa inisiatif yang sudah berjalan, seperti penggunaan bus listrik, MRT, dan solusi transportasi berbasis energi terbarukan, juga turut mempercepat pengurangan emisi CO2 dan meningkatkan kualitas udara secara keseluruhan. Pemerintah juga telah mengambil langkah-langkah seperti revitalisasi armada Transjakarta dan penyediaan moda transportasi ramah lingkungan lainnya untuk mendukung upaya ini.
Namun, efektivitas penggunaan transportasi umum sangat bergantung pada persepsi masyarakat terhadap layanan tersebut. Wawancara dengan pengguna transportasi umum menunjukkan adanya dukungan dari masyarakat, namun juga mengungkapkan beberapa tantangan yang perlu diperbaiki. Alasan utama mereka menggunakan transportasi umum adalah efisiensi biaya dan waktu, tetapi kenyamanan, aksesibilitas, dan keterbatasan infrastruktur menjadi penghambat bagi banyak orang untuk sepenuhnya beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum.
Kesimpulan
Dari uraian teoritis dan hasil wawancara, jelas bahwa transportasi umum memiliki peran yang sangat penting dalam mengurangi polusi udara di perkotaan. Kendaraan pribadi yang menyumbang sebagian besar emisi polusi udara dapat dikurangi jika lebih banyak masyarakat menggunakan transportasi umum. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan ini, beberapa perbaikan perlu dilakukan, antara lain peningkatan kenyamanan, aksesibilitas, dan jangkauan transportasi umum.Â
Selain itu, adanya insentif ekonomi, seperti subsidi transportasi umum atau pengurangan subsidi bahan bakar kendaraan pribadi, dapat mendorong lebih banyak masyarakat untuk beralih ke moda transportasi umum.
Pengguna transportasi umum yang diwawancarai menyadari bahwa penggunaan transportasi umum berpotensi besar dalam mengurangi polusi udara, namun mereka juga menekankan perlunya peningkatan infrastruktur dan layanan. Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan peralihan dari kendaraan pribadi ke transportasi umum, pemerintah dan pemangku kepentingan harus terus melakukan perbaikan dalam hal aksesibilitas, kenyamanan, dan inovasi kendaraan ramah lingkungan.
Kesimpulannya, solusi untuk mengatasi polusi udara di perkotaan sangat bergantung pada kesediaan masyarakat untuk beralih ke transportasi umum, yang harus didukung oleh kebijakan dan investasi yang tepat. Dengan sinergi antara kebijakan publik, infrastruktur yang baik, dan kesadaran masyarakat, transportasi umum dapat menjadi solusi yang efektif untuk mengurangi polusi udara dan memperbaiki kualitas hidup di kota-kota besar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H