Dalam buku Steg & De Groot (2019), dibahas mengenai dampak kebijakan transportasi umum terhadap perilaku manusia. Salah satu topik yang dibahas adalah pemberian insentif, seperti tiket gratis atau diskon, untuk mendorong penggunaan transportasi umum. Contohnya, eksperimen di Kyoto menunjukkan bahwa pemberian tiket bus gratis selama satu bulan penuh meningkatkan penggunaan bus hingga 20%, dan beberapa orang tetap menggunakan bus meskipun program tiket gratis telah berakhir. Kebijakan yang menggabungkan insentif finansial dan promosi transportasi umum dapat mendorong perubahan perilaku yang lebih berkelanjutan.
Wawancara Pengguna Transportasi Umum
Berdasarkan wawancara dengan pengguna transportasi umum berinisial A, terungkap bahwa alasan utama A menggunakan transportasi umum adalah efisiensi biaya dan waktu, meskipun masih terdapat tantangan terkait kenyamanan dan aksesibilitas. A merasakan bahwa sistem transportasi umum saat ini sudah cukup teratur, namun akses ke beberapa wilayah masih terbatas, yang menyebabkan banyak orang tetap bergantung pada kendaraan pribadi. Hal ini membuat efektivitas upaya pengurangan polusi udara belum optimal. Meskipun A percaya bahwa transportasi umum dapat secara signifikan mengurangi polusi udara, A menekankan pentingnya perbaikan infrastruktur dan diversifikasi layanan, seperti penambahan opsi kendaraan ramah lingkungan dan transportasi listrik. A juga menggarisbawahi pentingnya insentif ekonomi dan peningkatan kenyamanan untuk mendorong lebih banyak orang beralih ke transportasi umum sebagai solusi untuk mengurangi polusi udara.
Hasil wawancara dengan pengguna transportasi umum berinisial I menunjukkan bahwa I memilih menggunakan transportasi umum karena lebih cepat dan terjangkau. Secara umum, I merasa puas dengan layanan transportasi umum, terutama untuk perjalanan jarak jauh, meskipun masalah pada jam sibuk masih sering terjadi. I percaya bahwa transportasi umum dapat mengurangi polusi udara dengan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi. I juga mengamati adanya peningkatan tren penggunaan transportasi umum pasca-pandemi, yang didorong oleh bertambahnya pilihan transportasi seperti MRT dan Jaklingo. I menyarankan adanya peningkatan kenyamanan, perluasan jangkauan layanan, serta kebijakan pemerintah untuk mengurangi subsidi BBM. I melihat bahwa masyarakat semakin sadar akan pentingnya menggunakan transportasi umum sebagai upaya untuk mengurangi polusi udara.
Hubungan Polusi Udara dan Penggunaan Transportasi Umum
Masalah polusi udara di perkotaan, khususnya di negara-negara berkembang seperti Indonesia, semakin mendesak untuk segera ditangani. Sebagaimana dijelaskan dalam pembahasan teoritis, kendaraan bermotor, terutama kendaraan pribadi, berkontribusi besar terhadap peningkatan emisi polutan seperti karbon monoksida (CO), partikel halus (PM2.5 dan PM10), dan nitrogen dioksida (NO2).
Studi menunjukkan bahwa di kota-kota besar, penggunaan kendaraan pribadi adalah salah satu penyebab utama penurunan kualitas udara yang memicu berbagai penyakit pernapasan dan kardiovaskular. Menghadapi situasi ini, penggunaan transportasi umum telah diidentifikasi sebagai solusi potensial untuk mengurangi emisi polutan yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor.
Menggunakan transportasi umum yang efisien dan efektif dapat mengurangi jumlah kendaraan pribadi dan mengurangi kemacetan di jalan, pada akhirnya menurunkan emisi polutan di udara. Beberapa inisiatif yang sudah berjalan, seperti penggunaan bus listrik, MRT, dan solusi transportasi berbasis energi terbarukan, juga turut mempercepat pengurangan emisi CO2 dan meningkatkan kualitas udara secara keseluruhan. Pemerintah juga telah mengambil langkah-langkah seperti revitalisasi armada Transjakarta dan penyediaan moda transportasi ramah lingkungan lainnya untuk mendukung upaya ini.
Namun, efektivitas penggunaan transportasi umum sangat bergantung pada persepsi masyarakat terhadap layanan tersebut. Wawancara dengan pengguna transportasi umum menunjukkan adanya dukungan dari masyarakat, namun juga mengungkapkan beberapa tantangan yang perlu diperbaiki. Alasan utama mereka menggunakan transportasi umum adalah efisiensi biaya dan waktu, tetapi kenyamanan, aksesibilitas, dan keterbatasan infrastruktur menjadi penghambat bagi banyak orang untuk sepenuhnya beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum.
Kesimpulan
Dari uraian teoritis dan hasil wawancara, jelas bahwa transportasi umum memiliki peran yang sangat penting dalam mengurangi polusi udara di perkotaan. Kendaraan pribadi yang menyumbang sebagian besar emisi polusi udara dapat dikurangi jika lebih banyak masyarakat menggunakan transportasi umum. Akan tetapi, untuk mencapai tujuan ini, beberapa perbaikan perlu dilakukan, antara lain peningkatan kenyamanan, aksesibilitas, dan jangkauan transportasi umum.Â