Mohon tunggu...
VIMEL RAFIFA QONITA
VIMEL RAFIFA QONITA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa psikologi yang gemar dengan seni

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Penggunaan Transportasi Umum untuk Mengurangi Polusi Udara

24 Oktober 2024   19:43 Diperbarui: 24 Oktober 2024   19:51 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by: Vimel Rafifa

Di Indonesia, masalah kualitas udara menjadi salah satu isu lingkungan paling mendesak, terutama di wilayah perkotaan. Kota-kota besar seperti Jakarta mengalami kualitas udara yang buruk, yang bisa menyebabkan banyak masalah kesehatan, seperti gangguan pernapasan hingga penyakit kronis seperti penyakit jantung, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), kanker paru-paru, stroke, serta infeksi saluran pernapasan. Salah satu solusi untuk mengurangi polusi udara adalah mendorong penggunaan transportasi umum dibandingkan kendaraan pribadi.

Polusi Udara

Polusi udara adalah masalah kesehatan masyarakat yang berdampak serius pada kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat. Di Indonesia dan negara berkembang lainnya, polusi udara terutama dihasilkan dari industri dan kendaraan bermotor. Banyak penelitian di berbagai belahan dunia telah menunjukkan bahwa polusi udara berdampak signifikan terhadap kesehatan manusia. Polusi udara ini dapat terjadi di dalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan (outdoor) (Nur et al., 2020).

Di perkotaan, berbagai sumber polusi udara mencakup asap dari industri, aktivitas konstruksi, pembakaran biomassa, serta emisi kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor menjadi penyumbang utama emisi polutan seperti karbon monoksida (CO), partikel halus (PM2.5 dan PM10), dan nitrogen dioksida (NO). Penelitian menunjukkan bahwa di perkotaan, polusi udara berkorelasi dengan meningkatnya kasus penyakit pernapasan seperti asma, PPOK, bronkitis, serta penyakit kardiovaskular seperti stroke dan serangan jantung. Polutan utama yang berkontribusi terhadap masalah kesehatan ini termasuk sulfur dioksida (SO), nitrogen dioksida (NO), ozon troposfer, dan partikel halus (PM2.5 dan PM10) (Umah & Gusmira, 2024).

Dalam bukunya, (Bechtel & Churchman, 2002) mengungkapkan bahwa polusi udara yang disebabkan oleh kendaraan pribadi merupakan salah satu penyebab utama penurunan kualitas udara di perkotaan. Emisi kendaraan pribadi menghasilkan berbagai jenis polutan berbahaya yang mempengaruhi kesehatan manusia dan ekosistem. Penyakit atau kondisi medis yang disebabkan oleh polusi yaitu penyakit pernapasan, penurunan kualitas hidup, dan kerusakan lingkungan jangka panjang. Selain itu, emisi kendaraan juga berkontribusi terhadap perubahan iklim global, yang turut memperburuk kualitas udara di berbagai kota besar di dunia.

Menurut kajian Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2019), kendaraan bermotor menyumbang sekitar 70-80% emisi di wilayah perkotaan (Nurhayati, 2021). Maka dari itu, terdapat langkah strategis untuk mengurangi polusi udara adalah membuat masyarakat beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi umum yang lebih ramah lingkungan, seperti bus, kereta, atau MRT.

Menggunakan kendaraan umum

Penelitian oleh World Bank (2022) menemukan bahwa terdapat hubungan dengan investasi besar dalam keberlanjutan transportasi dengan berkembangnya ekonomi di kota-kota besar. Penelitian ini mengungkapkan bahwa peningkatan efisiensi dan aksesibilitas transportasi melalui solusi berkelanjutan, seperti kereta api perkotaan, jalur sepeda, dan bus listrik, dapat meningkatkan tingkat produktivitas ekonomi kota.

Dalam lima tahun terakhir, kota-kota besar di Indonesia seperti  Bandung, Jakarta, dan Surabaya mengalami peningkatan yang signifikan dalam mendukung transportasi ramah lingkungan. Upaya ini didukung oleh perbaikan sistem transportasi publik yang lebih ramah lingkungan, menggunakan kendaraan listrik, serta pembangunan sistem infrastruktur yang lebih mendukung pejalan kaki dan pengguna sepeda. Kebijakan progresif ini telah membuahkan hasil berupa penurunan emisi CO sebanyak 15%, setara dengan pengurangan kendaraan bermotor sebanyak ratusan ribu dari jalan raya setiap tahunnya. Berkurangnya emisi ini berdampak langsung pada peningkatan kualitas udara yang bermanfaat bagi kesehatan masyarakat.

Jakarta, sebagai ibu kota dan pusat ekonomi Indonesia, telah lama menghadapi tantangan kualitas udara yang buruk. Pemerintah merespons dengan melakukan rekonstruksi dan renovasi jalur transportasi publik, terutama Transjakarta. Alih-alih menggunakan bus yang merupakah salah satu penyebab utama polusi udara karena menggunakan bahan bakar disel yang sudah tua, pemerintah memperkenalkan bus ramah lingkungan (Rahmawati & Pratama, 2023).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun