Kritis adalah mereka yang mampu melihat celah yang bisa ditingkatkan agar lebih baik. Makanya, mahasiswa-mahasiswa itu harus kritis. Mereka membaca banyak jurnal. Kemudian mereka cari celahnya berupa research gaps. Lalu berusaha dipecahkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang harus mereka jawab dengan dukungan referensi dan penyampaian yang logis.
Sekarang ada citizen journalism, utarakan saja disitu. Kita bisa menyampaikan pendapat dengan referensi yang kuat. Biarkan pembaca menangkap cara pandang anda secara utuh. Tidak hanya terbatas pada 140 karakter atau beranda.
Kalau informasi ingin disampaikan seratus persen, kenapa tidak sekalian profesional saja? Jangan setengah-setengah. Label journalism itu bisa memberikan semangat dan tanggung jawab. Seperti wartawan, mereka mencari kebenaran. Meningkatkan daya kritis kita.
Sejauh temuan penulis, ada kecenderungan bahwa fitur sharing itu tidak sepenuhnya diketahui pengguna. Judul-judul artikel saat ini banyak yang kontroversial, klik share, sudah. Padahal setiap penulis memiliki ideologi yang direpresentasikan melalui pilihan kata. Secara linguistis, anda bisa memahami ideologi seseorang dengan melihat seberapa banyak kata-kata emotif digunakan. Coba saja lihat, peristiwa yang kita alami saat ini tentang Rupiah. Bandingkan kata-kata seperti "krisis" dan "pelemahan"; atau "lemah", "turun", "merosot", "meluncur", "anjlok". Siapa yang tidak terkejut atau tertarik untuk memenuhi rasa ingin tahunya? Bisa dirasakan setiap tingkat makna yang dihasilkan? Share hanya menjadi sebuah pendukung dan pembenaran terhadap ideologi yang dianut seseorang.
Ruang Publik di Era Modern
Medsos adalah representasi dari ruang publik. Jika di kehidupan nyata, demokrasi suatu masyarakat bisa dilihat dengan maksimalnya ruang publik untuk menyalurkan aspirasi, bakat, dan kedekatan sosial.
Medsos juga begitu. Meskipun setiap anggota tidak bisa bertatap muka langsung, ada tanggung jawab yang besar. Kita harus bertanggungjawab dengan informasi yang diberikan. Kalau mau rahasia, ketemu langsung lebih aman. Sambil minum kopi dan makan gorengan; perut kenyang, tidak naik darah, dan terhindar dari stroke. Banyak penonton sepakbola  meninggal mendadak, akibat serangan jantung, karena serius melihat sesi adu pinalti. Lihat wajah-wajah pemain yang tidak karuan, detik demi detik bersama waktu yang terus berjalan, dan keramaian dari penonton. Jangan sampai keributan yang ada di medsos mengubah kepribadian kita. Keramaian itu memang sengaja diciptakan, agar kita tertarik ke dalamnya. Semakin dibenci, semakin bersarang di pikiran. Jadi, biasa saja. Eling lan waspada. Tetaplah cantik dan ganteng dengan ber-medsos yang sehat! :D
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H