Mohon tunggu...
Vilya Lakstian
Vilya Lakstian Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Penulis adalah Dosen Linguistik di Jurusan Sastra Inggris dan Pusat Pengembangan Bahasa IAIN Surakarta, Akademi Bahasa Asing Harapan Bangsa, dan International Hospitality Center. Selain mengajar mahasiswa, dia juga mengajar untuk staff hotel, pelayaran, dan pramugari. Penulis adalah lulusan Pascasarjana Prodi Linguistik Deskriptif di Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Sarjana Sastra Inggris konsentrasi Linguistik di IAIN Surakarta. Penulis aktif dalam penelitian dan kajian sosial. Penulis juga sering menulis untuk media massa, dan penelitian untuk jurnal. Dalam berbagai kajian bahasa yang telah dilakukannya, linguistik sistemik fungsional menjadi topik yang sering dibahas dan dikembangkan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Media Sosial Bukan Indikator Demokrasi!

2 September 2015   12:23 Diperbarui: 2 September 2015   12:57 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kritis adalah mereka yang mampu melihat celah yang bisa ditingkatkan agar lebih baik. Makanya, mahasiswa-mahasiswa itu harus kritis. Mereka membaca banyak jurnal. Kemudian mereka cari celahnya berupa research gaps. Lalu berusaha dipecahkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang harus mereka jawab dengan dukungan referensi dan penyampaian yang logis.

Sekarang ada citizen journalism, utarakan saja disitu. Kita bisa menyampaikan pendapat dengan referensi yang kuat. Biarkan pembaca menangkap cara pandang anda secara utuh. Tidak hanya terbatas pada 140 karakter atau beranda.

Kalau informasi ingin disampaikan seratus persen, kenapa tidak sekalian profesional saja? Jangan setengah-setengah. Label journalism itu bisa memberikan semangat dan tanggung jawab. Seperti wartawan, mereka mencari kebenaran. Meningkatkan daya kritis kita.

Sejauh temuan penulis, ada kecenderungan bahwa fitur sharing itu tidak sepenuhnya diketahui pengguna. Judul-judul artikel saat ini banyak yang kontroversial, klik share, sudah. Padahal setiap penulis memiliki ideologi yang direpresentasikan melalui pilihan kata. Secara linguistis, anda bisa memahami ideologi seseorang dengan melihat seberapa banyak kata-kata emotif digunakan. Coba saja lihat, peristiwa yang kita alami saat ini tentang Rupiah. Bandingkan kata-kata seperti "krisis" dan "pelemahan"; atau "lemah", "turun", "merosot", "meluncur", "anjlok". Siapa yang tidak terkejut atau tertarik untuk memenuhi rasa ingin tahunya? Bisa dirasakan setiap tingkat makna yang dihasilkan? Share hanya menjadi sebuah pendukung dan pembenaran terhadap ideologi yang dianut seseorang.

Ruang Publik di Era Modern

Medsos adalah representasi dari ruang publik. Jika di kehidupan nyata, demokrasi suatu masyarakat bisa dilihat dengan maksimalnya ruang publik untuk menyalurkan aspirasi, bakat, dan kedekatan sosial.

Medsos juga begitu. Meskipun setiap anggota tidak bisa bertatap muka langsung, ada tanggung jawab yang besar. Kita harus bertanggungjawab dengan informasi yang diberikan. Kalau mau rahasia, ketemu langsung lebih aman. Sambil minum kopi dan makan gorengan; perut kenyang, tidak naik darah, dan terhindar dari stroke. Banyak penonton sepakbola  meninggal mendadak, akibat serangan jantung, karena serius melihat sesi adu pinalti. Lihat wajah-wajah pemain yang tidak karuan, detik demi detik bersama waktu yang terus berjalan, dan keramaian dari penonton. Jangan sampai keributan yang ada di medsos mengubah kepribadian kita. Keramaian itu memang sengaja diciptakan, agar kita tertarik ke dalamnya. Semakin dibenci, semakin bersarang di pikiran. Jadi, biasa saja. Eling lan waspada. Tetaplah cantik dan ganteng dengan ber-medsos yang sehat! :D

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun