Setelah SMA, adik-adik kita yang di SMP akan menghadapi Ujian Nasional (UN). Kita akan teringat lagi dengan momen yang pernah kita lalui saat masa sekolah. Gaungnya tetap saja nyaring hingga dewasa ini. Ujian Nasional tetap menjadi sesuatu yang ditunggu, ditakuti, hingga dirindukan. Kita pasti masih ingat gigihnya kita belajar dan latihan soal-soal hingga paham sehingga siap menghadapi ujian dengan mantap.
Apa yang salah dengan UN? Sering kita dengar dari berita berbagai isu yang meliputinya. Sering ditemukan dibeberapa tempat siswa-siswa melakukan doa bersama dengan air mata melewati pipinya. Mengapa mereka sampai menangis? Apakah mereka benar-benar ketakutan? Apa yang harus ditakutkan kalau mereka sudah berusaha keras? Mari kita bersama menghadapi momen ini dengan bijaksana.
Dukungan dari sekelompok mahasiswa kepada teman-teman yang akan
menghadapi Ujian Nasional di Solo Car Free Day (13/4)
UN adalah Ujian Hidup Awal
UN sebenarnya bukan sesuatu yang menakutkan. Jangan terlalu kekeuh dengan pernyataan bahwa 3 tahun belajar hanya akan dinilai kelulusannya dalam hitungan hari. Cobalah untuk melihat dari kacamata yang lebih bermanfaat dan memberi motivasi. Sebetulnya, kenapa kita harus sekolah? Masih ingatkah kita pada jawaban sewaktu masih kecil? Mereka selalu berkata, "untuk menuntut ilmu." Tangkaplah pernyataan ini. Sekolah ada karena kita butuh ilmu. Dalam hal apa? Ilmu dalam pengertian yang luas sekali. Ilmu pengetahuan akan menjadi modal hidup kita dalam berbagai hal hingga mati. Betapa sulit bagi mereka yang tidak bisa memperoleh pendidikan. Apakah hidupnya bahagia? Apa yang bisa dipakai senjata ketika menghadapi masalah? Tentu saja berawal dari otak kita. Otak yang telah terbuka dan terangsang manfaatnya oleh ilmu pengetahuan.
Apabila kita bisa menyadari bahwa sekolah adalah benar-benar sebagai cara untuk mendapatkan ilmu, segala persiapan tentu sudah matang. Tidak ada ketakutan bagi mereka yang tekun dan rajin belajar. Persiapan itu sudah disediakan dalam 3 tahun studi. Inilah persiapan yang benar-benar lebih dari cukup. Bukan sebuah alasan bahwa waktu persiapan itu mepet atau tekanan bagi siswa. Dalam pandangan saya, guru itu sudah berusaha dengan sebaik mungkin dengan sumber daya yang mereka miliki. Guru bukanlah sosok yang harus selalu disalahkan. Murid-muridnya yang ujian, malah guru juga yang ikut pusing. Oleh karenanya, kita lihat berbagai aktifitas pemantapan materi, try out UN, hingga doa bersama dilakukan di sekolah-sekolah.
Terlahir Kembali
Hidup ini memang selalu akan ada ujian. Ketika kita telah melewati ujian dengan sukses, kita telah terlahir kembali menjadi pribadi yang lebih tinggi dari sebelumnya. Katakan saja, kita sudah ada di level baru. Saat kita lulus UN SMP, kemudian kita berada di jenjang SMA dengan ilmu yang telah bertambah. Dengan materi-materi baru, kita sudah lebih unggul dari jenjang sebelumnya, bukan? Begitu juga untuk menghadapi UN SMA. Di Universitas, kita akan memperdalam lagi dengan bekal yang sudah diterima sebelumnya. Bisa dirasakan level-level yang dimaksud?
Oleh karena itu, coba kita melihat dari segi yang lain. Sudut pandang yang akan memantapkan kita sebagai mahluk yang berakal. UN adalah bagian dari hidupmu. UN adalah sebuah langkah untuk melanjutkan hidupmu. Hidup yang akan membuatmu lebih percaya diri tampil dengan wibawa sebagai pribadi yang terdidik.
Semangat UN! Sukses UN!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H