Mohon tunggu...
Vilya Lakstian
Vilya Lakstian Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Penulis adalah Dosen Linguistik di Jurusan Sastra Inggris dan Pusat Pengembangan Bahasa IAIN Surakarta, Akademi Bahasa Asing Harapan Bangsa, dan International Hospitality Center. Selain mengajar mahasiswa, dia juga mengajar untuk staff hotel, pelayaran, dan pramugari. Penulis adalah lulusan Pascasarjana Prodi Linguistik Deskriptif di Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Sarjana Sastra Inggris konsentrasi Linguistik di IAIN Surakarta. Penulis aktif dalam penelitian dan kajian sosial. Penulis juga sering menulis untuk media massa, dan penelitian untuk jurnal. Dalam berbagai kajian bahasa yang telah dilakukannya, linguistik sistemik fungsional menjadi topik yang sering dibahas dan dikembangkan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru, Tulisannya, dan Profesionalitasnya

16 November 2014   22:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:40 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Guru yang bisa menulis adalah suatu bentuk profesionalitas. Seorang guru harus bisa menjadi tenaga pendidik sekaligus orang yang professional. Budaya guru menulis berperan besar dalam menciptakan lingkungan pengetahuan yang professional. Menulis adalah tantangan bagi setiap guru masa kini. Guru adalah pusat dari pengetahuan itu ketika para siswa sedang dalam dunia belajar. Presiden, profesor, dokter, hingga pengusaha; mereka semua menulis. Menulis sebagai bukti keberadaan mereka yang begitu berpengaruh dan penting di masyarakat. Begitu juga dengan guru. Profesi guru terdiri dari orang-orang yang berpengaruh dalam pendidikan suatu bangsa. Menjadi seorang guru memang sepantasnya juga menjadi professional, karena mereka memiliki tanggung jawab pada bidang keahliannnya.

Menulis itu Untuk Seorang Professional
Ketika seorang guru menulis, sebetulnya, dia telah berusaha membuat hal yang sifatnya abstrak ke dalam gagasan yang lebih mudah untuk dicerna. Ini terjadi karena aktivitas menulis adalah suatu usaha untuk merangkai ide dengan lebih baik, terstruktur, dan menciptakan fungsi retorika dalam bentuk bahasa tulis. Ringkasnya, tulisan itu terbentuk logis dan memberikan suatu efek. Bagi guru bahasa, mereka dihadapkan pada usaha untuk memantapkan kompetensi tata bahasa, memahami makna, dan sikap berbahasa. Tidak hanya guru bahasa, manfaat menulis itu besar sekali. Dalam merencanakan kegiatan belajar, guru mengembangkan ide-idenya dari tulisan yang dibuatnya dari materi ajar. Pada proses belajar di kelas, tulisan guru itu membantu meningkatkan indera siswa dalam memahami pelajaran, tidak hanya gambar. Oleh karena itu, tulisannya harus dibuat semudah mungkin. Pada pembelajaran bahasa sering kita temukan keberadaan gambar dibarengi dengan tulisan. Siswa-siswi yang sedang belajar bahasa akan lebih percaya karena gurunya mampu menampilkan ketrampilan bahasanya.
Sekarang sudah eranya multimedia. Kita, sebagai pengajar, bisa memanfaatkan media ini. Ibu saya adalah seorang guru. Beliau menggunakan blognya untuk mengekspresikan ide-ide brillian. Jadi, ketika orang tua murid membutuhkan bimbingan, mereka bisa membuka blog ibu. Hal ini juga dapat digunakan untuk bekal sebelum konsultasi.

Mencetak Karya
Jika kita kaji lebih jauh lagi, guru yang sering menulis itu juga sebagai usaha untuk mengabadikan karya. Mengapa? Karena dengan menulis, guru telah membuktikan kemampuannya dengan bukti tertulis. Manfaatkan media internet! Karya itu akan abadi selama internet itu masih digunakan oleh dunia.
Guru itu jangan hanya sekedar mengajar. Menulis adalah bukti tanggung jawab profesi. Menulis, seperti yang telah dibahas diatas, mencetak rekam jejak dan prestasi. Akhir-akhir ini guru ditantang untuk bisa menulis jurnal dan karya ilmiah. Sebaiknya ini ditanggapi dengan baik. Indonesia saat ini masih kurang dalam hal publikasi ilmiah. Kita masih kalah dengan negara-negara tetangga. Ini memang menyedihkan. Semangat untuk menghadapinya juga sebaiknya diikuti dengan kesadaran pribadi bahwa guru tidak hanya untuk bekerja, tetapi juga untuk mencerdaskan bangsa. Apalagi saat ini Indonesia sedang berusaha memajukan pendidikan sebagai wujud revolusi mental.
Sekarang kita punya Kementerian Pendidikan Dasar, dan Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi. Hal ini patut diapresiasi. Indonesia sekarang berusaha membangun masyarakat ilmu pengetahuan. Menurut Frieda et al (1984: 9) dalam buku Manusia Seutuhnya: Beberapa Gagasan, masyarakat ilmu pengetahuan berkontribusi dalam pembangunan nasional untuk mendapatkan makna dan memuliakan manusia. Nimpoeno (dalam Frieda et al, 1984: 155) mengatakan bahwa pembangunan nasional ini kelak menjadi kebudayaan nasional . Ketika telah menemukan bentuk tetap, akhirnya mencerminkan identitasnya dalam lingkup negara. Oleh karena itu, sangat besar sekali dampak dari guru menulis ini. Menulis adalah suatu aktivitas intelektual yang kalau kita bisa menggalakkannya, terbentuklah kebudayaan intelektual sebagai bentuk masyarakat yang punya nilai peradaban tinggi. Salah satu sahabat Rasulullah Muhammad S.A.W, yaitu Usman bin Affan, berusaha merealisasikan ini dengan cara mewajibkan rakyatnya untuk menulis buku dan membaca minimal sekitar 5000 kata. Hal ini terbukti sukses. Wilayah Timur Tengah jadi maju dengan ilmu pengetahuan. Kejayaan terbesarnya adalah ketika dibangunnya pusat ilmu pengetahuan dengan perpustakaan yang terbesar saat itu, berpusat di Al-Andalus atau Andalusia (sekarang termasuk wilayah Spanyol).
Dalam konteks pendidikan Indonesia, kita semua menyadari bahwa perhatian pendidikan saat ini mengedepankan keaktifan siswa dan guru sebagai fasilitator. Kurikulum diusahakan untuk mendukung itu, hingga materi dibuat tematik agar siswa dapat memetakan lebih jelas dalam kemampuannya menghubungkan variabel-variabel yang beragam itu dalam suatu kerangka yang terintegrasi. Tetapi pada hakikatnya, guru tetap menjadi pusat berlangsungnya aktivitas belajar. Singkatnya, guru dianggap sebagai seseorang yang pantas dalam memulai kegiatan belajar di lingkungan pengetahuan: sekolah. Mau bagaimanapun kurikulum itu dibuat, guru tetap ada menyertai peserta didiknya.
Budaya menulis harus ditingkatkan, khususnya untuk guru. Guru adalah seseorang yang harus bisa jadi teladan. Mereka berperan penting dalam menciptakan masyarakat yang cerdas. Dengan menulis, profesionalitas guru sebagai pendidik anak-anak bangsa akan semakin mantap. Tanoto Foundation saat ini sedang mempromosikan pentingnya guru menulis. Hal ini perlu untuk diperhatikan karena menulis adalah wujud profesionalitas. Ide untuk menghidupkan semangat menulis, seperti yang saat ini diangkat oleh Tanoto Foundation, perlu kita dukung.

Vilya Lakstian Catra Mulia
Dosen di Pusat Pengembangan Bahasa IAIN Surakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun