Mohon tunggu...
Vilya Lakstian
Vilya Lakstian Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Penulis adalah Dosen Linguistik di Jurusan Sastra Inggris dan Pusat Pengembangan Bahasa IAIN Surakarta, Akademi Bahasa Asing Harapan Bangsa, dan International Hospitality Center. Selain mengajar mahasiswa, dia juga mengajar untuk staff hotel, pelayaran, dan pramugari. Penulis adalah lulusan Pascasarjana Prodi Linguistik Deskriptif di Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Sarjana Sastra Inggris konsentrasi Linguistik di IAIN Surakarta. Penulis aktif dalam penelitian dan kajian sosial. Penulis juga sering menulis untuk media massa, dan penelitian untuk jurnal. Dalam berbagai kajian bahasa yang telah dilakukannya, linguistik sistemik fungsional menjadi topik yang sering dibahas dan dikembangkan.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Oke, Saya Berhenti Minum Kopi Susu!

10 Januari 2015   05:15 Diperbarui: 4 April 2017   18:18 1319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktukecil saya sudah suka dengan kopi susu. Saat itu ayah memiliki dua wadah berbeda. Yang satu itu untuk kopi, dan yang lainnya untuk susu bubuk. Ayah lebih suka kopi murni, sedangkn ibu memilih lebih suka kopi susu. Tidak mau kalah dengan beliau-beliau, saya coba meracik sendiri untuk membuat kopi susu. Saya masih berumur 8 tahun! Biasa… anak-anak umur segitu ngaku-ngaku sudah gede.

Sluurrp! Kopi susu panas itu memang nikmat. Anak kecil saja sudah bisa merasakannya. Tidak salah kalau mereka, pecinta kopi, atau yang suka dicampur susu ketagihan sampai tua. Ayah dan ibu akhirnya tahu, tapi tidak apa-apa. “Yang penting nggak sering-sering”, ibu bilang.

Tapi lama-lama, saya mulai tidak cocok dengan kopi susu. Kalau susu, sampai sekarang tidak ada masalah. Untuk kopi, kepala saya agak pusing. Setelah itu, “Oke, saya berhenti minum kopi susu!”. Saya stop minuman-minuman yang mengandung kopi. Dan saya merasa nyaman dengan cara itu.

Sekarang, saya sudah menjadi dosen, sambil kerja di sebuah surat kabar. Menulis dan membaca buku-buku adalah keharusan yang cukup menguras tenaga. Kalau lelah, biasanya ngemil tapi malah bikin mengantuk. Tiba-tiba keinginan untuk minum kopi susu panas seperti kecil itu muncul. Lalu, saya putuskan untuk minum. “Udah lama nggak minum. Lagian sekarang sudah dewasa. Pasti badan kuat.”, kataku dalam hati.

Satu gelas kopi susu panas akhirnya habis juga. Saya tidak merasakan masalah pusing-pusing lagi. Mungkin itu dulu karena umur yang masih dalam usia pertumbuhan anak-anak. Sekarang saya lanjut minum kopi susu lagi. Sayangnya, kalau kopi murni saya masih belum berani. Hehehe..

Tertarik dengan kopi susu, saya cari di internet tentang campuran kopi yang manis dan familiar ini. Susu digunakan untuk pembuatan Cappuccino. Susu dipakai untuk pembuat busa pada hasil olahan kopi yang nikmat ini. Busa yang dihasilkan memberi sensasi tersendiri. Banyak orang memilih untuk menyeruput kopi susu karena dua alasan. Pertama, hasil perpaduan kopi dan susu menciptakan rasa yang unik dan lembut. Kedua, pembuatan kopi susu adalah usaha untuk mencampur nutrisi dan kalori.

Ada banyak macam susu yang dapat dicampurkan pada secangkir kopi. Serious Eats, dalam situsnya, menuliskan tiga macam susu, yaitu susu sapi, kambing, dan kerbau.

1. Susu sapi memiliki sifat manis yang tepat dengan tekstur yang sempurna. Susu sapi banyak dipilih karena harganya yang lebih murah, mudah didapat, dan popular.

2. Susu kambing juga menarik untuk campuran kopi. Karakteristik susu ini agak asin, sehingga gurih. Rasanya lebih tajam. Susu kambing ini lebih cocok untuk mereka yang suka yogurt.Meskipun tidak semanis susu sapi, susu kambing disarankan untuk kopi yang tidak terlalu hitam atau dipanggang dalam tingkat yang sedang.

3. Susu kerbau mungkin cukup aneh untuk kopi. Tapi tentu akan membuat anda penasaran. Susu kerbau punya tekstur dan tingkat manis yang kuat. Susu ini mampu menciptakan krim yang berkualitas. Bersiap-siaplah untuk harganya yang agak mahal. Sekali-kali boleh lah… apalagi setelah terima gaji. Hahaha!

Ternyata begitu bervariasi ya… Kopi susu memang disarankan untuk orang-orang yang kalem. Kopi memang sering jadi simbol maskulin, tetapi keberadaan susu membuat anda lebih bijaksana.

Sudah sering dengan kopi susu, saya kemarin coba-coba untuk minum kopi. Tetap saja saya belum berani pilih kopi hitam. Saya pilih white coffee yang cukup mendekati kopi susu. Ternyata nikmat juga. Efeknya tidak terlalu keras dan tetap nyaman di lambung. Bagi anda yang suka dengan white coffee, bagaimana anda biasa menyajikannya? Teman apa yang cocok untuknya? Apa yang membuatnya berbeda dengan kopi hitam? Mungkin saya mulai menyukai kopi dengan warna putih kalem ini dan menjadi alternatif selain kopi susu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun