Mohon tunggu...
Vilya Lakstian
Vilya Lakstian Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Penulis adalah Dosen Linguistik di Jurusan Sastra Inggris dan Pusat Pengembangan Bahasa IAIN Surakarta, Akademi Bahasa Asing Harapan Bangsa, dan International Hospitality Center. Selain mengajar mahasiswa, dia juga mengajar untuk staff hotel, pelayaran, dan pramugari. Penulis adalah lulusan Pascasarjana Prodi Linguistik Deskriptif di Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Sarjana Sastra Inggris konsentrasi Linguistik di IAIN Surakarta. Penulis aktif dalam penelitian dan kajian sosial. Penulis juga sering menulis untuk media massa, dan penelitian untuk jurnal. Dalam berbagai kajian bahasa yang telah dilakukannya, linguistik sistemik fungsional menjadi topik yang sering dibahas dan dikembangkan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Wisata Rakyat yang Murah Meriah dan Mendidik

19 Januari 2015   18:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:49 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap orang suka libur. Liburan identik dengan waktu luang yang didapat dari sekian lama bekerja atau sekolah. Bagaimana orang-orang memanfaatkan liburan? Ada yang suka istirahat di rumah, membaca buku-buku favorit seharian, belanja, dan makan aneka makanan enak. Tampak di sini bahwa berbagai cara dilakukan untuk memanfaatkan liburan. Lalu apakah kita bisa menikmatinya sekaligus? Tentu saja bisa. Saat liburan tiba, kita sering mendengar kata ‘wisata’. Wisata dengan aktifitasnya yaitu berwisata, termasuk bagian dalam domain pariwisata. Sebetulnya, berwisata itu adalah cara memanfaatkan liburan yang paling tepat. Berbagai kegiatan dalam berwisata adalah gabungan dari banyak aktifitas yang dilakukan oleh orang-orang untuk liburan, seperti yang telah disebutkan tadi. Aktifitas berwisata meliputi kunjungan ke tempat-tempat menarik, menemui hal-hal yang baru, mencicipi masakan lokal di tempat yang baru atau sedang kita kunjungi, dan belanja. Aktifitas berwisata sudah ada sejak lama dan terbukti berkontribusi dalam membangun bangsa. Di Indonesia, kita memiliki Kementerian Pariwisata. Pariwisata turut membantu memperkenalkan keunggulan suatu negara pada berbagai aspek seperti sosial dan budaya.

Majunya teknologi informasi, apalagi didukung dengan adanya media sosial, semakin membuat sektor pariwisata diminati. Siapa tidak suka ber-selfie ria di dekat lokasi wisata? Tempat-tempat itu merupakan tourist attraction yang membuat para turis tertarik untuk mengunjungi lokasi itu. Pariwisata memang sektor yang menguntungkan. Sayangnya, sektor pariwisata lebih banyak didominasi oleh turis-turis asing dan kalangan orang kaya. Paket-paket wisata masih mahal dan belum dapat menyentuh masyarakat menengah ke bawah. Padahal, mereka juga turis. Mereka adalah turis lokal yang juga ingin merasakan liburan mereka bermakna. Turis lokal sebetulnya adalah orang-orang yang sangat rentan menghadapi berbagai tekanan dalam kesehariannya. Mengapa? Karena kalangan ini didominasi oleh pekerja yang memiliki tekanan yang lebih besar dari pada bos mereka. Oleh karena itulah, wisata adalah obat yang manjur. Orang-orang ini melibatkan pikiran dan tenaga. Perlu adanya kemajuan dari sektor pariwisata untuk memasukkan orang-orang menengah ke bawah sebagai target.

Nggak Tau Pergi Kemana

Orang-orang yang ada dalam tingkatan ini adalah karyawan kantor, guru kelas, pengusaha warung, dan sebagainya. Mereka juga butuh liburan. Waktu libur yang singkat pasti sangat diharapkan begitu bermakna. Kadang mereka bingung juga. Ketika hari-hari kerja, mereka ingin liburan. Tapi ketika libur, bingung mau kemana karena tempat-tempat rekreasi mahal. Biasanya mereka pergi ke kebun binatang dan museum yang harganya terjangkau. Perlu bagi pemerintah juga mempromosikan paket wisata kepada mereka. Sehingga, mereka bisa lebih produktif lagi saat bekerja nanti. Pada akhirnya, negara juga akan merasakan kemajuan ekonomi dari kerja mereka dan berbagai pemasukan lainnya.

Tentang faktor-faktor mengapa orang-orang mengadakan perjalanan, Yoeti (1983: 73) menjabarkannya dengan ringkas dan tepat. Faktor-faktor tersebut adalah disposable income, leisure time, dan kemauan untuk mengadakan perjalanan (yang dapat ditimbulkan beberapa motivasi). Disposable income dan leisure time adalah faktor-faktor yang ditinjau dari aspek sosiologi karena merujuk pada kedudukan seseorang di dalam masyarakat, kemampuan keuangan, dan lama atau singkatnya waktu libut yang dibayar. Kedudukan orang-orang yang sedang difokuskan dalam artikel ini adalah mereka yang kita sebut sebagai ‘pekerja’. Pendapatan bulanan mereka mungkin tidak lebih dari empat juta rupiah. Keadaan sehari-hari untuk membayar tagihan listrik, air, sekolah, dan pajak mereka alami dengan keterbatasan. Tetapi mereka ini juga punya tabungan yang akan digunakan untuk hari raya dan liburan. Faktor kedua adalah kemauan melakukan perjalanan. Faktor ini berkaitan erat dengan psikologi. Aspek psikologis menggerakkan seseorang hingga menghasilkan keputusan, dalam topik ini adalah meninggalkan rumah untuk sementara waktu untuk berwisata.

Tidak Ribet

Bergabung dengan paket wisata membuat aktifitas menyenangkan ini akan lebih mudah. Paket wisata sebetulnya bisa juga dirancang untuk city tour. Di beberapa negara yang memiliki kota dengan daya tarik wisata tinggi, ada paket wisata keliling kota. Untuk orang-orang menengah ke bawah, sebetulnya mereka itu tidak muluk-muluk.Mereka hanya perlu untuk melihat sesuatu yang baru dan berbeda dengan yang biasanya. Meskipun di kotanya sendiri, mereka akan melihat banyak hal, ternyata ada berbagai macam daya pikat (interest) yang mungkin tidak mereka sadari sebelumnya.

Gebrakan ide pariwisata ini juga sebagai cara meningkatkan semangat masyarakat. Anak-anak misalnya, mereka akan mendapat banyak pengetahuan baru yang dapat mereka ceritakan kembali di sekolah. Guru dan teman-temannya akan mengetahui begitu unik dan menarik kota, provinsi, hingga negaranya. Pariwisata adalah strategi yang jitu untuk menjadi bagian dalam edukasi dan pengetahuan dari tempat-tempat yang dikunjungi. Menarik juga bagi kita untuk merasakan paket wisata keluarga. Dean (dalam AFAR edisi Januari/Februari, 2015:109) menunjukkan berbagai paket wisata keluarga. Paket-paket ini menarik, karena dibagi-bagi berdasarkan kriteria umur anak. Untuk keluarga dengan anak yang masih sekolah dasar dapat menikmati tur yang sesuai. Un-Cruise (dalam AFAR, Ibid: 111) misalnya, menyajikan tur laut Cortes di Meksiko dengan fokus fotografi dan edukasi kelautan. Keluarga dengan usia anak remaja cocok sekali untuk dikenalkan paket wisata dengan daya tarik seperti teater, tari, dan kegiatan museum atau tempat penelitian (contoh: planetarium) (Cunard dalam AFAR, ibid:112).

Pariwisata adalah aset yang memiliki banyak manfaat. Turis lokal dan mancanegara adalah mereka yang dapat merasakan kekayaan alam dari suatu daerah yang dikunjungi. Mereka yang dari luar negeri berkontribusi dalam mengenalkan Indonesia di negaranya. Saudara-saudara kita yang di tanah air juga merupakan orang-orang yang harus selalu dimotivasi. Nenek moyang mereka adalah para pelestari peradaban bangsa sehingga dapat digunakan negara ini sebagai sumber daya yang membuatnya tampak gagah, elok, dan pantas bersama negara-negara di dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun