Abarat adalah novel fantasi yang ditulis oleh Clive Barker. Salah satu ciri khasnya adalah judul Abarat di sampul ditulis dengan menggunakan ambigram. Abarat bercerita tentang seorang gadis yang masuk ke dalam dunia Abarat, sebuah kepulauan yang terdiri dari 25 pulau dan dihuni berbagai makhluk aneh dan unik.Â
Setiap pulau mewakili setiap jam dengan pulau ke-25 berada di tengahnya. Abarat pertama kali diterbitkan pada tahun 2002 di saat kepopuleran Harry Potter sedang melanda seluruh dunia melalui novel dan filmnya.Â
Meski sama-sama mengusung genre fantasi, Abarat sejauh yang saya tahu hingga saat ini belum pernah berada di spotlight yang sama dengan Harry Potter. Bahkan menurut saya cenderung tidak populer meskipun menurut saya kualitas Abarat tidak kalah dengan Harry Potter.
Saya pertama kali membaca Abarat waktu duduk di bangku SMP, sekitar 15 tahun yang lalu. Saya menemukannya di rak buku di perpustakaan kota. Sejak saat itu buku Abarat selalu melekat dalam pikiran saya.Â
15 tahun berlalu saya memang sudah tidak terlalu ingat detail cerita Abarat tetapi saya masih bisa mengingat rasanya membaca buku tersebut. Hal itu yang membuat saya selalu ingin memiliki buku Abarat dan sekuel-sekuelnya.
 Hingga akhirnya beberapa hari yang lalu setelah gajian saya iseng mencari buku Abarat di salah satu platform e-commerce. Puji Tuhan, ada yang menjual 1 set buku Abarat dari buku pertama sampai ketiga. Tidak perlu banyak berpikir saya langsung membelinya.
Dulu pertama kali diterbitkan Abarat dibanderol dengan harga Rp99.000,- di saat buku pertama dan kedua Harry Potter dibanderol masing-masing tidak lebih dari 50.000 rupiah.
Banderol harga yang terbilang mahal tersebut bukan tanpa sebab. Jika ada dari kalian yang pernah membaca buku karangan Sujiwo Tejo kalian akan menemukan beberapa lukisan Sujiwo Tejo yang diikutkan dalam bukunya.Â
Begitu pun Clive Barker, beliau membubuhkan berbagai lukisannya ke dalam novelnya. Mau tidak mau buku Abarat harus dicetak full colour. Lukisan yang ditampilkan bukan sembarang lukisan tetapi lukisan yang merupakan ilustrasi dari novelnya. Pembaca tidak perlu lagi berusaha memvisualisasikan deskripsi yang ada di novel tersebut karena pembaca dapat melihatnya secara utuh melalui lukisan-lukisan Cliver Barker. Hal ini yang juga menjadi ciri khas buku Abarat.
Abarat bukanlah suatu trilogi, masih ada 2 judul lagi yang akan diterbitkan untuk melengkapi seri Abarat. Namun kapan akan diterbitkan mungkin hanya Tuhan yang tahu. Ini yang menjadikan buku Abarat unik. Bahkan sejak buku pertama pun proses pembuatannya memakan waktu yang tidak singkat. Clive Barker tidak mau terburu-buru dalam menyajikan karyanya.
Abarat memang bukan dunia yang berisi hal-hal menyenangkan seperti duniaHarry Potter tetapi soal fantasi Abarat tidak kalah luar biasa.Fantasi yang ditawarkan Abarat cenderung lebih gelap tetapi tetap menyenangkan. Dengan adanya lukisan-lukisan di dalam bukunya membuat Abarat menyajikan fantasi yang utuh bagi pembacanya.
Itulah sebabnya mengapa meski 15 tahun telah berlalu tetapi saya masih berusaha mendapatkan buku Abarat yang belum saya miliki meski telah membacanya. Kalian harus merasakan bagaimana rasanya masuk ke dunia Abarat lewat petualangan Candy Quackenbush.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H