Sementara mengikuti perjalanan akademis ini, bayangan cinta pertamaku, Maria Yosephine, menjadi semacam perekat gaib yang memberikan daya dorong tak terbatas dalam mengejar mimpi. Seperti sinar terang dari beasiswa yang memecah kegelapan keuangan, cinta pertamaku juga menghadirkan kehangatan pada setiap langkah. Meski terpisah oleh jarak dan waktu, bayangannya tetap menyertai, memberikan semangat dan kekuatan di saat tantangan mendera.
Dan tak pernah lepas dari hatiku, bayangan mama di Flores, yang setia berdoa untuk keselamatan dan kesuksesanku, membekas begitu dalam. Doa-doa dari tanah kelahiran mama adalah sumber kekuatan ekstra dan rasa syukur yang tak terukur. Di setiap hembusan angin akademis, kemanapun perjalanan membawaku, aku selalu merasakan sentuhan hangat dari mereka yang mencintai dan mendukungku.
Dengan beasiswa dan cinta pertama sebagai pendamping setia, perjalanan ini tak sekadar tentang mencapai gelar akademis, melainkan sebuah epik tentang mewujudkan impian sambil membawa kenangan indah yang tak akan pudar. Dan di setiap puncak keberhasilan yang kucapai, aku yakin bahwa di tanah Flores yang jauh, mama senantiasa tersenyum bahagia, dan cinta pertamaku, Maria, turut merasakan kebanggaan dan kebahagiaan yang sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H