Pemerintah Kabupaten Ngada  melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kembali melaksanakan kegiatan Festival Budaya Ngada dengan "sagi" sebagai branding utamanya. Festival Budaya Ngada tahun 2023 ini  didukung oleh platform Indonesiana. Indonesiana merupakan platform pendukung kegiatan seni budaya di Indonesia yang bertujuan untuk membantu tata kelola kegiatan seni budaya yang berkelanjutan, berjejaring, dan berkembang. Program yang diinisiasi oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Kemdikbudristek ini dikerjakan dengan semangat gotong royong dan dengan melibatkan semua pihak yang memiliki kepedulian dan kepentingan atas pemajuan kebudayaan di daerah.
Kegiatan Festival Budaya Ngada yang bertemakan jaga bumi, jaga tradisi dengan "Sagi " (Tinju tradisional) sebagai brandingnya dilaksanakan selama sepekan 22 -- 27 Mei 2023 yang bertempat di lapangan SDN Libunio, Desa Libunio Kecamatan Soa Kabupaten Ngada.  Ada empat agenda besar yang mewadahi 17 item kegiatan yang digelar pada Festival Budaya Ngada 2023 yaitu, Ritual adat,kegiatan lokakarya / pengetahuan, publikasi, dan pergelaran seni  baik perlombaan (karnaval, cerita rakyat berbahasa ibu, musik rakyat)  maupun berbagai antaraksi seni dan tari .
Ritual adat sendiri dilaksanakan sejak tanggal 14 April 2023 yaitu "Ngabha". Ngabha bagi masyarakat adat Libunio merupakan salah satu ritual untuk mengetahui batas wilayah adat itu sendiri sekaligus memberikan petunjuk kapan akan dilaksanakan "Sagi".
Tiga hari menuju  "Sagi" Rabu (17/05/2023) di tengah kampung dilselenggarakan musyawarah masyarkat adat, peserta yang hadir adalah para lembaga pemangku adat utusan dari masing-masing Desa,budayawan,unsur pemerintah terkait,akademisi,tokoh muda, tokoh perampuan, dan pengawas Pendidikan. Diakhir muasyawarah masyarakat adat  peluncuran dan penyerahan buku "Sagi" yang hasilkan oleh tim pengetahuan yang melibatkan Akademisi dari STKIP Citra Bakti Malanuza dan beberapa  tokoh muda dari komunitas Budaya  Libunio. Sehari sebelum Sagi  (Jumad, 19 Mei 2023) pada saat malam hari dikenal dengan malam  Dero (Kamis,18 Mei 2023). Dimana semua masyarakat berkumpul bersama melingkari api didalam arena tinju, sambil menari dan bernyanyi saling bersaut--sautan berupa pantun balasan antara para laki-laki dan perempuan.Â
Malam Dero ini dimulai pada pukul 23.00 hingga hari terang tanah. Semua kegiatan ritual sejak Ngabha sampai sagi didokumentasikan oleh tim publikasi dari  komunitas videografer  Bajawa Independent, Eko Prasatyo Watu yang biasa disapa Eko dan kawan-kawan. Eko sendiri dalam tim kerja sebagai kurator Festival Budaya Ngada 2023. Sagi (Tinju Tradisional/Tinju adat) merupakan kegiatan budaya tahunan yang diselenggarakan oleh masyarakat adat Soa seroga sebagai ungkapan syukur panen atas hasil pertanian baik di ladang maupun sawah.  Kalender budaya tahunan, Sagi yang dimulai dari bulan Maret sampai bulan Juni setiap tahun dimana, bulan Maret  oleh masyarakat adat Mengeruda, April (masyarakat adat Piga),Mei (Masyarakat adat  Lade, Libunio, dan Masu), Juni  (Masyarakat adat Loa). Diyakini secara turun temurun, bahwa ketika dua petinju beradu dan salah satu atau keduanya luka dan  berdarah, maka hasil panen tahun berikutnya melimpah ruah. Darah  karena luka menunjukkan kesuburan. Dan luar biasanya luka dalam sagi, akan sembuh dengan sendirinya, paling lama tiga hari tanpa melalui pengobatan medis maupun alternatif.
Koordinator program Indonesiana daerah  Pascalia Maria Dolorosa  Moi yang biasa disapa Bu Asry dalam wawancara dengan RRI Ende, Minggu 21 Mei 2022 mengatakan  bahwa Festival Budaya Ngada 2023 yang pelaksanaanya terpusat di Libunio -- Soa dan Desa Beiwali ini bertujuan untuk mengembalikan rasa cinta masyarakat, terutama generasi muda, terhadap budayanya sendiri sebagai pembentuk identitas dan jati diri, Merevitalisasi nilai nilai kearifan lokal yang mulai punah dengan membangun kerjasama bersama pemilik budaya itu sendiri serta Mendukung promosi kekayaan budaya Ngada sebagai atraksi budaya dalam mendukung pembangunan kebudayaan dan pariwisata secara nasional.
Senada dengan ibu Asry, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Ngada,Vinsensius Milo,M.M menegaskan bahwa Festival Budaya Ngada 2023 ini sendiri ditilik sebagai kegiatan untuk memperkenalkan nilai nilai budaya dan kearifan lokal yang mulai pudar sejalan dengan begitu banyak tawaran dunia modern. Masyarakat akan terpanggil untuk mengelola, menjaga dan melestarikan semua potensi budaya di bumi Ngada, yang terdiri dari tiga  etnis yakni , etnis Ngadhubaga, etnis Soa dan etnis Riung.
Setelah ritual budaya "Ngabha" sampai "sagi" dilanjutkan dengan kegiatan Festival Budaya Ngada yang dilaksanakan selama sepekan yakni dari tanggal 22 Mei 2023 sampai 27 Mei 2023. Festival budaya Ngada "Sagi" 2023  diwarnai berbagai  kegiatan  diataranya, Perlombaan Karnaval budaya dengan tema jaga bumi,jaga tradisi antar sekolah  SD, SMP  dan Desa se- kecamatan Soa,Senin (22/05/2023),perlombaan cerita rakyat berbahasa ibu antar sekolah SD dan SMP  se-Kecamatan Soa, Selasa (23/05/2023), perlombaan musik rakyat antar desa, Rabu (24 /05/2023),  berbagai antraksi pertujukkan seni dan tari dari pelajar SD, SMP, SMA  se-Kecamatan Soa, SMAK Regina Pacis Bajawa, SMAK St.Thomas Mataloko, SMAN 1 Inereie, Mahasiswa  Prodi Seni dari STKIP Citra Bakti  Malanuza, berbagai komunitas budaya dari tiga etnis ( Ngadubhaga, Soa, Riung) , Edukasi ekologi oleh  komunitas ekologi Yayasan Puge Figo kepada para pelajar Sekolah Dasar  dan Lokakarya  tata Kelola festival budaya  dan lokakarya ketahanan pangan.
Kegiatan pembukaan festival Budaya Ngada "Sagi" 2023 diawali dengan antraksi karnaval kurang lebih 200 km  dari titik star  kantor camat Soa menuju podium utama  lapangan SDN Libunio. Berbagai antraksi  kreafitas  masing-masing peserta dan koreo  yang disuguhkan tersirat  pesan  mulia kepada masyarakat bagaimana menjaga bumi, jaga tradisi yang menjadi tema festival Budaya Ngada 2023 kali ini.
Jaga Tradisi  dibuka secara resmi oleh Wakil Bupati Ngada Raymundus Bena yang ditandai dengan tabuhan gong. Dalam sambutanya, Wakil Bupati Ngada menegaskan bahwa Festival Budaya Ngada menjadi momentum  tepat bagi pemerintah untuk mengajak masyarakat agar dapat berpartisipasi aktif dalam seluruh kegiatan pembangunan berbasiskan kearifan lokal."Pembangunan tidak boleh mengabaikan upaya pelestarian nilai budaya lokal. Sebaliknya kearifan budaya lokal haruslah bertumbuh seiring sejalan dengan gerak pembangunan manusia. Pembangunan berdaya guna adalah pembangun yang berdasarkan pada kearifan lokal" tuturnya.
Festival Budaya Ngada yang mengangkat tema Jaga Bumi,Wakil Bupati Ngada juga menambahkan momen festival tersebut mestinya menjadi pemantik bagi seluruh masyarakat Ngada untuk lebih menggali dan melestarikan budaya-budaya Ngada sambil terus memperkenalkan nilai-nilai kearifan lokal pada generasi muda agar terus dipelihara.
Beberapa kegiatan pada festival budaya Ngada selain perlombaan dan berbagai antraksi budaya juga tidak kalah menarik adalah kegiatan lokakarya,baik  lokakarya tentang tata kelola festival budaya, Kamis (25/05/2023) maupun  tentang ketahanan pangan, Jumad (26/05/2023) bertempat di bawah rimbunan pohon jati SMK Bangun Mandiri Soa.
Panel ahli Indonesiana,  Ade Ulu Panjaitan dan ketua Pokja Kebudayaan Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan Kemdikburistek, Ivan Efendi sebagai narasumber pada lokakakarya mengedukasi bagaimana tata kelola festival budaya dihadapan peserta yang terdiri darai  para pelaku budaya, para kepala desa, LSM, pendidik, tokoh tua maupun tokoh muda . Melalui lokarya tata kelola festival budaya ini, peserta lebih memahami  tentang bagaimana tata kelola penyelenggaraan sebuah festival dimana bayangan selama ini bahwa festival identitik dengan keramaian, hura-hura atau sekedar hiburan semata namun dari lokakarya ini kapasitas peserta dikuatkan bagiamana festival itu dikemas dengan asas partipasi gotong royong sehingga berdampak.
Hasil akhirnya ialah membentuk budaya masyarakat yang mandiri. "Ini ibarat kita sedang menanam sesuatu. Kadang-kadang tumbuhnya itu di luar dugaan, mekar dengan cepat. Bahkan ketika masyarakat  sudah mandiri untuk mengurusnya dan berdaya menjalankan kegiatan itulah keberhasilannya.
Selanjutnya, kepala dinas pertanian Kabupaten Ngada  Ferdin Bura dihadapan peserta  lokakarya ketahanan  pangan  terdiri dari  para petani, para kepala desa, tokoh muda, tokoh perampuan, LSM, dan pendidik memaparkan setidaknya ada empat isu yang berakitan dengan persoalan ketahanan pangan, antara lain isu lahan,isu iklim,isu kebijkkan politik, dan isi rawan pangan .
Salah satu isu yang tidak kalah  pentingnya adalah ketergantungan petani terhadap penggunaan pupuk kimia dan pestisida sehingga tanah dari waktu ke waktu unsur hara yang terkandung di dalamnya semakin berkurang bahkan rusak akibat penggunaan pupuk kimia dan pestisida yang semakin mengkwatirkan sehingga akan berpengaruh pada generasi berikutnya.Â
Dan ini  perlu  ada upaya revitalisasi unsur hara yang terkandung dalam tanah yaitu mendorong petani beralih dari ketergantungan pada pestisida dan pupuk kimia ke pupuk organik atau sejenisnya. Senada dengan kadis pertanian, Paskalis Wale Bai yang juga mantan kadis Pertanian memaparkan testimoni praktik baik perbandingan hasil pertanian yang menggunakan pupuk organik dengan pupuk kimia yang mana beliau sudah melakukan. Dan ternyata hasilnya setelah tahun ketiga sangat luar biasa.Â
(Viktorinus Rg-Koordinator Perlombaan Festival Budaya Ngada 2023)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H